10 - Fever

413 67 112
                                    

Loverdose : 10
.
.
.

[]

Rintikan air hangat dari shower membasahi tubuh cowok yang tak terbalut apapun itu. Hari senin adalah hari yang melelahkan, awal dan pembuka yang membuat Nekara sibuk mengurus sekolah yang menjadi tanggung jawabnya.

Senyumnya mengembang mengingat bahwa Noina menyebut dirinya 'gemas'. Nekara jadi malu sendiri dan menutupi wajah basahnya dengan tangan, senyum di bibirnya berubah menjadi kuluman salah tingkah, kepalanya menengadah membiarkan terpaan air itu mengalir membawa kenikmatan.

"Kak OSIS yang terhormat, buruan woi! Ponsel lo diteror Ravy noh," teriak Noina menanti Nekara yang tak kunjung juga selesai mandi. Padahal ponsel cowok itu sudah lebih dari lima kali berdering, sang wakil ketua OSIS itu sudah memanggil sedari tadi.

Di dalam kamar mandi itu Nekara mendengkus, senyum di bibirnya menghilang digantikan decakan tak suka. Badannya berbalik dengan suasana hati yang sudah tak seceria tadi.

 Badannya berbalik dengan suasana hati yang sudah tak seceria tadi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Iya, sebentar lagi." Nekara membalas seraya mematikan shower.

Noina tengah menyisir rambutnya di depan kaca besar nan membuat aura kecantikan mencuat dari dirinya. Rambutnya dibuat bergelombang dengan polesan make up yang sangat tipis.

Semua yang melekat di tubuh gadis itu baru, bahkan bajunya kemarin yang bertabur tepung sudah diganti Nekara tanpa sepengetahuannya. Sepatu putih nan tinggi itu membuat kepercayaan bertambah pada dirinya. Serta tas merah muda yang menampung semua perlengkapan belajar Noina.

Dari cermin yang besar itu Noina dapat memperhatikan Nekara yang sudah mengenakan seragam. Rambutnya yang basah dan berantakan dibiarkan begitu saja, almameter kebanggaan cowok itu dipasang asal-asalan. Cowok itu terlihat tergesa-gesa dengan raut wajah cemberut.

Nekara mendekati Noina yang memperhatikannya dari balik pantulan cermin, bibirnya menerbitkan senyum manis nan menghangatkan. "Selamat pagi," ucap cowok yang tengah menyugar rambut lepek itu.

Noina berbalik badan, menatap Nekara tak suka. "Duduk," suruhnya menunjuk kursi yang menghadap cermin itu.

Nekara bergeming. Tatapannya menampakkan raut bingung.

Noina menghela napas lelah. Tanganya menarik lengan Nekara dan mendudukkan cowok itu dengan cepat. Gadis itu merapikan almameter Nekara yang tak enak dipandang mata. Tangannya yang gesit membelai rambut Nekara dengan hembusan angin panas dari hairdryer milik cowok itu.

Noina menjauh dari Nekara, membentuk tangannya seperti persegi dan mengarahkan pada wajah Nekara yang bengong. Bibirnya berdecak dengan kepala menggeleng.

LOVERDOSE [END]Where stories live. Discover now