chpt 1 : he's forget me

633 82 26
                                    

🌼HAIII FINALLY I'M COMEBACK AGAIN🌼
maaf kalau sebelumnya part2nya aku hapus ya... takutnya kalian malah bingung kalo mau baca ulang😭

semoga enjoy baca nya yaaa💕

👣 hai guys, jangan lupa vote dan komentar di setiap chapter ya. Karena setiap vote dan komentar akan berharga bagiku.👣

✨jangan lupa ucapkan 'Alohomora'✨

"Bangunlah Muggle, kau kira ini duniamu yang sesungguhnya?"

Aku tidak tahu mengapa aku mendengar suara yang tak asing ini lagi. Seharusnya aku tak mendengarnya, karena jelas-jelas aku sudah bunuh diri saat itu.

"Hei Muggle, apa kau tuli? Ah, terserah kau lah... Kalau kau tidak bangun sekarang Parkinson akan menggeretmu keluar dari asrama ini."

Aku meneguk salivaku berat. Ini sangat tidak asing. Suara itu, kalimat itu, aku pernah mendengarnya sebelumnya. Apakah sekarang saatnya Tuhan memperlihatkan seluruh ingatanku semasa hidup? Apakah Ia menyuruhku untuk membayar segala kelakuanku selama di dunia?

"Baiklah, kalau itu mau mu. Kau akan ketinggalan pelajaran Prof. Snape dan dia akan menghukum mu habis-habis an." Lalu aku mendengar suaranya berjalan pergi.

Tes.

Tes.

Tes.

Kenapa dia pergi begitu saja. Meskipun hanya sebentar, aku masih sangat merindukan suaranya.

Perlahan aku bisa membuka kedua mataku. Aku masih belum bisa menggerakkan anggota tubuhku yang lainnya, aku sudah berusaha hanya saja setiap kali aku berusaha rasanya seperti tulangku patah berserakan. Begitu sakit sekali.

Tapi setidaknya aku bisa membuka mataku sekarang. Aku seperti telah tertidur cukup lama, entah rasanya seperti itu. Dan saat ini aku berada di sebuah ruangan yang aku tidak tahu mengapa hanya tampak warna putih dari segala sisi. Jika benar saat ini Tuhan sedang menyuruhku untuk menunggu giliran maka memang takdirnya selesai untukku. Tidak akan ada lagi Rosie disana. Tidak akan ada lagi yang mengingatku karena aku telah meng-obliviate seluruhnya.

Seketika otakku memutar kenangan dimana peristiwa Paman Berjanggut Putih jatuh dari menara astronomy Hogwarts. Air mataku selalu sukses meluncur setiap kali aku mengingat kejadian itu. Sekali lagi aku beruntung Aresto Momentum-ku berhasil, setidaknya itu yang bisa aku lakukan untuk Paman.

"Hogwarts tidak akan sama jika Paman tidak disini, Professor." Aku bahkan ingat sekali kalimat itu yang aku katakana kepada Professor Minerva yang mencoba untuk membuatku mengurungkan niat untuk menghilang dari semuanya.

"Baiklah, ayo lakukan ini bersama-sama. Biar aku saja yang mengingatmu, Rosie. Biar aku saja." Aku senang sekali saat Professor Minerva mengatakan hal seperti itu. Aku benar-benar ingin dia mengingatku.

Ya, ingin sekali sebelum kalimat dari seseorang yang aku benci muncul dan merusak segalanya. "Aku sudah meng-obliviate Prof. Minerva tentangmu. Jadi kau tidak perlu khawatir tentang hal itu." Ucap seseorang itu memotong.

Tap. Tap. Tap

"Kau bilang Princesse akan sadar sebentar lagi, tapi kapan pastinya? Bisakah kau membantuku untuk-"
Jacob? Bukankah itu suara Jacob?

"Kau tidak bisa seperti itu Mon Roi Curtis. Ini juga berat bagi Rosie, tidakkah kau membayangkan dia bertahan hingga bertahun-tahun sampai sekarang?"

Suara ini... aku yakin betul jika ini suara seseorang yang paling aku benci meskipun orang lain tetap mengira jika dia adalah malaikat penolongku. Siapa lagi kalau bukan si Tudung Maroon. Tapi dari perkataannya tadi... Shit, aku bukan sedang menunggu untuk di hukum Tuhan, tapi ternyata aku sudah tidak sadarkan diri selama bertahun-tahun?

WHO LOST (sequel PURE-BLOOD; a secret story in Hogwarts)Where stories live. Discover now