chpt 24 : green apple,

135 18 3
                                    

Angin terus berhembus memasuki jendela kamar ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Angin terus berhembus memasuki jendela kamar ini. Disini, keluarga Weasley sengaja meletakkanku di ruangan sendiri yang ada di rumah kediamannya. Aku terbaring lumpuh di kamar ini sendiri yang sebenarnya ini merupakan kamar milik Ginny. Nanti Ginny dan Hermione akan tidur di ranjang sebelahku. Tapi kini mereka sedang meracik potionku, jadi mau tak mau aku sendirian disini sambil melihat keluar jendela dimana langit sedang menampakkan bulan purnamanya dengan sempurna.

George kembali datang memasuki kamar ini dengan membawa sebuah nampan berisi susu cokelat hangat untukku. Dia membantuku minum dan mengatakan beberapa hal padaku.

"Sepertinya mereka membuat potion baru, yang lebih kuat dari Wiggenweld potion yang diberikan oleh Prof. Minerva untukmu. Tapi kau cukup tenang saja, mereka orang-orang pintar dan Ron sedang mengirim surat kepada Luna dan kakak iparku Fleur mengabarkan kau sudah sampai di kediaman kami." Jelas George padaku.

Aku berterima kasih padanya, tentu saja.

"Did you know, George. Saat kita bertemu di Diagon Alley dan aku mengatakan aku barusaja berkunjung ke toko kakekku, aku menahan tangisku karena aku berpikir aku tidak akan bisa bertemu dengan kalian lagi." Ucapku memecah keheningan diantara kami.

"Bukankah itu saat anak Lucius sedang menyamar ya?" tanya George menebak.

"Yup. Saat itu. And how can you know that?" tanyaku terkejut.

"Well, kita tahu betul Rosie bagaimana caramu menatap matanya sama seperti kau menatap Draco Malfoy saat di Hogwarts." Jelasnya yang membuatku terkejut.

"Apakah aku sangat ketara?" tanyaku hati-hati.

Dia tertawa kecil. "Hahaha... sangat Rosie! Well, meskipun kita agak sedikit membencinya dulu. Tidak. Kita sangat membencinya dulu. Tapi kita tidak bisa apa-apa selain melindungimu dari jauh. Kami semua tahu betul kau mencintainya, Rosie."

Aku meneguk salivaku berat.

"Jika Fred masih disini, aku ingin sekali mengatakan padanya mau seberapa banyak Draco telah menyakitiku, aku tidak pernah menyesal untuk mencintainya." Ucapku lirih.

"Fred tahu kok, Rosie." George tersenyum tipis atas ucapanku.

"George! Bisakah kau bantu aku dibawah!" suara seseorang dari baik pintu ini membuatku terkejut. Karena aku tidak mengenali siapa itu.

"Baiklah Rosie, aku harus ke bawah dulu. Nanti aku akan meminta Ron untuk menemanimu." Dia bangkit dari tempat duduknya yang tadinya berada disamping ranjang yang aku tempati. "By the way, yang tadi memanggilku adalah istriku. Kau akan berkenalan dengannya esok mungkin. But, kau pasti mengenalnya dengan baik."

Setelah itu George langsung buru-buru pergi sebelum istrinya itu memanggilnya untuk kedua kalinya. Benar saja, Ron Weasley kini yang sedang menemaniku.

WHO LOST (sequel PURE-BLOOD; a secret story in Hogwarts)Where stories live. Discover now