chpt 13 : the pain of eye contact

194 36 3
                                    

👣 hai guys, jangan lupa vote dan komentar di setiap chapter ya. Karena setiap vote dan komentar akan berharga bagiku.👣

✨jangan lupa ucapkan 'Alohomora'✨

Dengan tubuh yang lumpuh aku masih bisa melihat jalanan kota Darkleys yang gelap. Air mataku menetes kendati seketika terlintas kenangan demi kenangan di kota ini silih berganti terputar di kepalaku. Paling banyak adalah kenanganku bersama dengan kak Xander serta Mommy. Beberapa kali kenangan tentang Malfoy juga terputar. Tetapi kini aku hanya bisa apa. Diam, lumpuh, dan hampa.

Dan sepertinya langit Darkleys berpihak juga kepadaku. Buktinya ia mengirimkan setetes demi setetes air hujan untuk ikut bersedih bersamaku. Oh Tuhan, entah apa salahku di kehidupanku sebelumnya, mengapa Engkau membuatku tertidur selama itu.

"Hampir satu dekade kau melewatkan ulang tahunmu, aku sudah menunggumu cukup lama, Rosienna Abellard Darkleys Ollivander." Aku masih mengingat jelas saat seseorang itu tiba-tiba muncul di hadapanku.

Kami saling bertatapan cukup lama sebelum dia mulai mengemasi beberapa hal yang ada di ruanganku tadi.

"Wand sudah. Sword sudah. Apa lagi ya?? Ah... Dumbledore's key!!" ucapnya sembari memasukkan semua barang itu di kantong ajaibnya.

"Okey, semua sudah aku bawa tinggal dirimu, Rosienna. Apa kau sudah siap?" tanyanya padaku.
Meskipun ada beribu-ribu pertanyaan yang muncul di benakku, bibirku tidak bisa mengatakannya. Aku hanya bisa menatapnya tajam.

"Rosienna, tenang... kau tidak usah panik seperti itu. Aku akan membawamu pergi dari sini. Tidak, itu bukan kalimat yang tepat. Aku akan mengulanginya. Jadi aku harus membawamu pergi dari sini. Tempat ini tidak aman, Rosienna. Mrs. Weasley yang menyuruhku."

Mrs. Weasley??

Sejak saat itu aku berusaha mempercayainya. Jadi tibalah aku disini. Di atas kereta barang, dia berusaha mengelabuhi semuanya dengan meletakkanku masuk ke dalam peti yang ada di kereta barang. Awalnya aku cukup ragu saat dia tak meletakkan sedikit pun bunga mawar di dalam peti itu, apalagi saat aku teringat bagaimana hebohnya si Tudung Maroon dan Jacob apabila mengetahui aku kekurangan bunga mawar. Namun, lihatlah hingga saat ini aku tidak merasa kenapa-napa bahkan saat aku sudah sangat jauh dari mansion-ku.

Tak beberapa lama kemudian, kereta barang ini berhenti. Lalu aku mendengar beberapa pasang kaki berjalan berlari mendekat. Aku meneguk salivaku berat, ini pertanda baik, bukan?

"Apakah dia ada di dalam?" tanya seseorang dengan suara beratnya.

"Tentu saja."

"Ayo cepat bawa ke atas! Aku tidak punya waktu banyak!" teriak seorang wanita dari kejauhan.

Entah mengapa hal seperti ini membuatku takut. Apalagi saat aku tidak bisa melakukan apa-apa, rasanya seperti seonggok mayat yang sedang digiring entah mau dibawa kemana. Aku terdiam meratapi nasibku, aku bahkan tidak mati, aku tidak tahu aku dikategorikan sebagai manekin atau mayat.

Mereka berdua membawa peti yang berisi diriku entah kemana. Yang jelas saat mereka membuka petiku, aku melihat cahaya yang sangat terang menyinari tempat ini. Dan wajah-wajah lama tersenyum takjub menatapku.

"Ma Princesse." Ucap mereka bersamaan takjub.
Aku melihat wajah-wajah yang mengelilingiku dengan tatapan mengharukan. Madam Giselle dan gundiknya Anne, serta Monsieur Johnson Jr mereka berada di hadapanku saat ini.

Madam Giselle sempat tumbang masih terkejut menatapku. Untung saja Anne siap memegangi Tuannya sebelum jatuh. "Astaga, Tuhan..."

"Ma Princesse, apakah kau masih ingat kepadaku?" tanya Monsieur Johnson Jr terkejut.

WHO LOST (sequel PURE-BLOOD; a secret story in Hogwarts)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang