chpt 22 : grandpa,

119 17 2
                                    

Aku tidak menyangka jika aku berakhir bermimpi di tempat tidur Draco

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak menyangka jika aku berakhir bermimpi di tempat tidur Draco. Ya, aku yakin ini mimpi karena aku tiba-tiba mendapati diriku berada di lapangan rumput yang tinggi rumputnya sendiri bahkan lebih tinggi dari tubuhku saat menjongkok. Lalu sayup-sayup aku mendengar suara Draco memanggilku. Suara yang sangat aku rindukan ini memanggilku lembut.

"Darling-ku, kau dimana??" suara laki-laki yang aku cintai itu terdengar mulai mendekat.

"Darling-ku... oh ayolah, keluar... mari kita bersenang-senang..." tawaran yang sangat menggiurkan terdengar keluar dari mulut manisnya.

Namun sebelum dia mendekat, aku segera menegakkan tubuhku dan aku melihat ke arah sekitar. Benar bukan. Dari arah kiri ku aku melihat Draco yang sedang berlari hendak menangkapku. Dan tentunya sebelum tertangkap olehnya aku segera berlari menjauh darinya.

"Kejar aku kalau bisa!" teriakku girang seperti anak kecil yang saling kejar-kejaran.

Kami berdua saling berkejaran mengelilingi lapangan rumput yang luas ini. Entah mengapa aku sama sekali tidak merasa lelah. Aku merasa seperti telah hidup kembali. Aku merasa bebas. Aku merasa tidak ada yang perlu aku khawatirkan lagi. Lalu tibalah saat Draco berhasil menangkapku dan kami pun terjatuh diantara rumput-rumputan yang tak setinggi yang tadi tetapi rumput yang penuh dengan bunga. Ia menjatuhkanku dengan lembut dan menciumi kedua pipiku dengan gemas.

"Akhirnya aku menangkapmuuu!!!" teriaknya senang.

Kita berdua tersenyum lebar dan tertawa terbahak-bahak. Karena ini pertama kalinya setelah sekian lama aku mendengar tawa renyahnya kulkas berjalan ini. Pandangan kami lurus ke atas langit yang biru. Tidak ada awan hari ini, namun cukup berangin sehingga mengurangi terik panasnya matahari. Entah mengapa aku tidak berani menoleh kepadanya saat ini juga. Dan entah mengapa setelah merasakan kesenangan ini aku tiba-tiba langsung tersadar jika ini sekedar kebahagiaan semu.

"Aku tahu ini semua mimpi, Draco." Ucapku memecah keheningan.

Aku merasakannya sedang menoleh kepadaku dan melihatku dengan lamat-lamat. "Tapi aku tidak ingin bangun dari mimpi ini."

Aku mendengar Draco membangunkan dirinya. Dia terduduk disebelahku menatapku dengan hangat. "Kau tidak usah menangis, Darling."

Ucapannya membuatku mengharuskan diriku untuk melihatnya. Tatapanku saat ini memandangnya dengan sangat putus asa. Sosok ini. Sosok yang ada di hadapanku ini. Aku ingin memeluknya erat.

"Draco, bisakah kau memelukku?"

Tanpa banyak kata, tubuh semu nya itu meraih tubuhku untuk bangun dan memelukku erat. Aku tidak tahu mengapa mimpi ini terasa begitu nyata. Bahkan pelukannya terasa dingin sama seperti biasanya.

WHO LOST (sequel PURE-BLOOD; a secret story in Hogwarts)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang