[17] Mie Kuah

1.3K 200 41
                                    

Indomie.

Katakan saja Gakushuu tengah bucin kali ini, dengan suka rela membuatkan mie rebus untuk manusia yang kadang tidak tahu diri. Ia tengah berkutat di dapur miliknya, dengan sang majikan -ah, maksudku Karma- dengan Karma yang sudah duduk diam dimeja makan. Memperhatikan Gakushuu yang tengah memasak air.

"Indomie hlo Shuu, jangan mie sedap." Ingat Karma sekali lagi. Mengingat penghuni rumah ini penganut sekte mie sedap, sedang dirinya pengabdi indomie.

Gakushuu hanya menghela napas pasrah, kali ini saja ia akan mengalah pada Karma. Nggak apa-apa, harus sabar.

Setelah selesai membuat mie instan untuk Karma, ia ikut duduk didepan Karma. Dengan mata yang tidak lepas mengawasi Karma makan. Lalu tak lupa, Gakushuu juga sudah menyiapkan air minum untuknya.

.

"Pijitin kaki aku sini." Perintah Gakushuu saat melihat Karma yang tengah berbaring diatas tempat tidurnya.

Karma mengerutkan dahinya, merasa kegiatannya bermain game terganggu. Karma mendengus kesal, "Nggak mau ah, lagi seru ini. Jangan ganggu."

Dengan santai Gakushuu merampas ponsel Karma, membuat sang pemilik ponsel teriak histeris. Pasalnya, sebentar lagi ia akan menang. Gara-gara Gakushuu ia pasti tengah kalah saat ini.

"Tadi udah aku masakin mie hlo, sekarang gantiang dong."

"Loh, nggak ikhlas?" Gakushuu mengangguk pelan dengan memejamkan kedua matanya. "Ah, sialan."

"Heh, mulutnya." Kata Gakushuu dan adegan selanjutnya yang bisa kita lihat adalah Gakushuu yang tengah mengalungkan lengannya dileher Karma. Dengan sedikit mencekik Karma.

Dengan susah payah, Karma melepaskan cekikan Gakushuu dan berlari keluar kamar. Dengan segera menuruni anak tangga dengan sedikit berlari. Sampai dilantai bawah, ia melihat ayah Gakushuu yang tengah asik membaca koran miliknya.

"Ayah." Panggil Karma begitu sampai dimana ayah Gakushuu duduk.

Gakuhou tetap diam, masih fokus membaca koran miliknya.

"Ayah!" Panggil Karma lagi dengan sedikit menaikkan nada bicaranya.

"Siapa yang kamu panggil ayah?" Tanya Gakuhou tepat saat Karma sudah berdiri didepannya.

"Hlo, ya ayah dong. Siapa lagi."

"Sejak kapan saya jadi ayah kamu? Seingat saya, anak saya cuma Gakushuu saja." Karma menepuk dahinya.

"Aku kan sekarang udah jadi tunangannya Gaku, yah. Jadi sekarang ya aku anak ayah juga." Kekeh Karma.

"Siapa bilang? Memang kalian bilang sama saya kalau kalian sudah bertunangan?" Kali ini Karma cemberut, ini salah mereka berdua. Bertunangan diam-diam tanpa persetujuan ayah Gakushuu. Lalu beginilah hasilnya.

"Ayah mah. Sedih nih aku."

"Saya juga tidak peduli." Jawab cuek Gakuhou.

"Padahal aku mau ngadu, kalau tadi Gaku hampir bunuh aku yah. Masa tadi aku dicekik sama Gaku." Karma merosot, duduk dilantai dengan bersender pada sofa.

"Ayah tau nggak sih? Ayah itu terlalu kaku, makanya nggak bisa akrab sama Gaku." Monolog Karma, merasa bodo amat jika ayah Gakushuu mendengarnya berbicara.

Ditempatnya, Gakuhou sedikit menahan senyumnya. Baginya, Karma itu aneh, tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Ucapannya yang spontan dan langsung tepat sasaran membuat Gakuhou kadang menggelengkan kepalanya. Dimana anaknya bisa menemukan makhluk unik begini?

"Gaku itu ya, yah. Tiap hari ada aja yang bikin aku kesal sama dia. Bawaannya emosi aja gitu yah, kalo dideket Gaku. Omongannya juga pedes, sama kayak ayah. Eh, nggak yah, becanda." Ujar Karma. Gakuhou kali ini tidak bisa fokus pada koran yang tengah ia baca. Fokusnya sekarang adalah bagaimana Karma meracau kali ini. Apa yang akan ia dengarkan sekarang.

"Sekalinya romantis pasti ujung-ujungnya ada maunya. Kayak tadi tuh yah, aku suruh bikinin mie rebus aja abis itu minta imbalan. Emang dari kecil udah gitu ya, yah?"

"Keliatan sih, soalnya tampangnya songong gitu. Aku tuh bingung deh yah, kapan ya muka Gaku bisa kayak orang-orang normal. Nggak kaku terus gitu maksud aku, yah."

"Tapi ya gimana ya, yah. Itu juga yang buat aku nyaman sama dia sih. Gaku itu orangnya apa adanya, kalo nggak suka ya bilang nggak suka. Kalo suka ya bilang suka. Pokoknya gitu deh, yah. Aku juga lupa kok bisa aku kenalan sama anak ayah yang begitu ya?"

Lalu tanpa sadar, kekehan kecil lolos dari mulut Gakuhou. Karma ini ya, kadang emang suka nggak sopan sama orang tua. Tapi itu yang menurut Gakuhou baik. Bukan, bukan baik karna nggak sopan sama orang tua. Tapi karena omongan Karma. Yang emang apa adanya, suka ngomong terus terang. Itu yang membuat Gakuhou akhirnya menerima Karma. Memang sepertinya Gakushuu membutuhkan Karma yang cerewet ini untuk dirinya.

"Nah, ayah setuju kan ya sama apa yang aku omongin tadi."

"Duh, kamu ini ada-ada saja. Balik ke kamar sana." Usir Gakuhou, ia ingin menyelesaikan bacaannya terlebih dahulu.

"Nggak mau ah, lagi sebel sama Gaku, yah."

Dan akhirnya, Karma tetap disini. Menemani ayah yang tengah fokus dengan korannya. Dan sesekali, berbincang dengan ayahnya. Eh, nggak, yang terjadi sebenarnya adalah Karma yang tiba-tiba membuka mulutnya, menceritakan apapun yang terlintas dikepalanya dan ditimpali dengan ala kadarnya oleh sang ayah.

Tolong, Gakuhou capek. Tidak kuat menghadapi Karma yang anek, unik dan gila, mungkin. Ia butuh Gakushuu untuk mengangkut tunangannya sekarang juga. Sebelum Gakuhou juga ikut gila.

"Tau nggak yah, kenapa paus bisa dinamain paus?" Kepala Gakuhou terasa berdeyut sekarang, sudah cukup! Ia tidak ingin lagi berdekatan dengan Karma dengan waktu yang lama.

•••

( ≧Д≦)

AsaKaru Story Where stories live. Discover now