[07.1] Mantan. -1-

5.8K 480 33
                                    

🐕🐕🐕

Mantan. Sebuah kata yang terlarang diucapkan atau didengar oleh keturunan Akabane.

Entah karena apa, mantan dan segala jenisnya bisa dengan mudah memperburuk moodnya.

Bahkan dengan mendengar dua huruf pertama dari 'mantan' saja bisa membuatnya naik darah. Sungguh, lebay sekali keturunan Akabane satu ini.

Pemuda berambut panjang berwarna biru yang sengaja dikuncir dua itu mengembuskan napas lelah. Kenapa susah sekali menasehati orang yang ada didepannya saat ini. Ingin rasanya dia membalikkan meja yang ada didepannya dan menyiram orang didepannya dengan susu stroberi kesukaan sang sahabat tepat dimukanya.

Ia mengelus dadanya mencoba untuk bersabar lebih lama lagi. Bisa-bisa dia stress sendiri kalau lama-lama seperti ini. Darah tinggi.

"Kan aku sudah bilang. Apa susahnya minta maaf" pemuda berambut biru itu mengulangi berkatannya, membuat keturunan Akabane merasa bosan karena mendengar hal yang sama terus menerus.

"Dia yang salah. Kenapa harus aku yang minta maaf?" Keturunan Akabane itu menantang. Oke stop, jangan bilang keturunan Akabane - keturunan Akabane, terlalu panjang. Mari kita panggil saja dengan sebutan yang lebih pendek. Karma. Bukan buah yang sering dimakan saat sedang puasa. Itu Kurma. Jelas sangat berbeda. Kurma manis, sedangkan Karma pahit. Sepahit sifatnya yang membuat siapapun akan mundur perlahan jika disuruh menjadi temannya. Pokoknya Karma ini mempunyai sifat yang buruk. Meski dalam segi pelajaran dia selalu menjadi yang terbaik. Ah bukan, yang terbaik sudah jelas anak Ketua Dewan. Karma nomor dua. Ah, dia juga pernah menjadi yang nomor satu.

"Aku kan sudah bilang kalau kau hanya salah paham"

"Nagisa" Karma memanggil pelan, sekarang kita tahu siapa nama pemuda-berambut panjang-yang dikuncir dua-dan berwarna biru itu. Yap, namanya Nagisa dari keluarga Shiota.

"Ya?"

"Pulang sana. Aku mau tidur" sungguh, kalau bukan sahabat Nagisa sudah pastikan besok pagi Karma hanya tinggal nama. Untung saja dia sudah kebal dengan sifat Karma yang sungguh menyebalkan. Jadi dia hanya tersenyum lembut menanggapi perkataan Karma.

"Karma... ngopi yuk" Karma memandang Nagisa dengan alis terangkat satu. "Sudah aku siapkan kalium sianida khusus buatmu"

"Bangsat!"

*-*

Sedangkan diluar sana yang jaraknya beberapa puluh kilometer dari kediaman Akabane. Seorang pemuda dengan poni alaynya merayu sang sahabat agar tidak marah-marah lagi. Sungguh dia capek. Mendengar sahabatnya yang bermarga Asano mengomel itu adalah hal yang melelahkan. Dia tidak boleh bergerak sedikit pun saat sang Asano junior belum menyelesaikan ucapannya. Untung saja dia masih diizinkan untuk bernapas. Mari bersyukur.

"Seenaknya saja di memutuskanku. Dia punya hak apa? Harusnya disini aku memutuskannya bukan dia yang memutuskanku. Tidak tau diri" Asano junior masih mengomel ditempatnya.

"Ga--"

"Diam. Ren. Aku belum selesai bicara" Asano junior menyela perkataan Ren, sahabatnya.

Sang sahabat hanya menghela napas lelah, disaat seperti ini kemana tiga orang temannya yang lain. Menyebalkan.

"Dengar Asano" Ren berkata dengan nada yang dingin.

"Apa?" Tanya Asano junior malas.

"Kalau kau masih mencintainya jujur saja. Tidak usah sok-sokan benci dan semacamnya" tandas Ren.

Asal kalian tahu. Asano junior bisa saja menipu semua orang tapi tidak dengan Ren. Tingkat kepekaannya sangat tajam. Asano benci itu.

"Siapa bilang"

AsaKaru Story Where stories live. Discover now