[23] Bertaut

850 84 4
                                    

Bertaut
.
.
.

/ Segerombolan pemuda berlari tergesa saat mendengar suara decitan rem. Di ikuti suara motor yang terjatuh serta teriakan orang-orang. Terdapat dua orang yang berbaring di atas aspal yang panas. Satu berada di dekat motor dan satu lagi posisinya sedikit lebih jauh.

Salah satu dari gerombolan pemuda tersebut berlari kearah yang sepertinya korban kecelakaan tersebut. Beberapa luka yang berada di tangan dan kakinya berdarah cukup banyak. Beruntung kepalanya tidak terdapat luka sedikit pun.

"Iso tangi ndak, mas?" Pemuda berambut merah tersebut bertanya, sembari melihat-lihat apakah ada luka yang lain atau tidak.

Korban tersebut hanya meringis, manahan rasa perih yang seluruh tubuhnya rasakan.

"Bawa rumah sakit wae wes. Rausah tanya-tanya, mesakne itu hlo lukanya banyak banget." Salah satu temannya berucap. Menyuruhnya untuk segera membawanya ke rumah sakit.

Ia berlari ke seberang, menyenderkan gitar usangnya dan berlari kearah taksi yang sedang berhenti.

"Pak, tolong saya. Ada yang kecelakaan di sana, tolong bawa ke rumah sakit, ya." Setelah mendapat persetujuan dari supir taksi pemuda tersebut berlari kembali.

Ia dan satu temannya menuntun dengan perlahan korban kecelakaan tersebut.

"Kamu balik aja, ngurus yang satunya. Tanyain juga kronologinya gimana. Kalau dia salah, dia harus tanggung jawab. Aku yang bawa mas ini ke rumah sakit."

.

Keduanya sampai ke rumah sakit yang terbilang paling dekat dengan lokasi kecelakaan. Setelah membayar ongkos taksi, pemuda tersebut dengan segera memapah korban kecelakaan tersebut menuju IGD. Sampai di depan pintu masuk, salah satu perawat datang, dan menyuruh perawat lainnya untuk membawa brankar.

Keduanya bahkan tidak sempat mengobrol, hanya pemuda berambut merah tersebut yang sesekali menenangkan korban.

Ia ikut ke dalam, melihat beberapa perawat yang dengan telaten membersihkan luka serta memberikan anestesi pada luka-luka tersebut.

Nampaknya pemuda korban kecelakaan tersebut masih sedikit syok. Raut wajahnya nampak masih kebingungan serta menahan rasa perih saat luka-lukanya tersentuh.

"Ini sudah selesai, nanti ambil obat dulu lalu pulang. Kalau mau istirahat dulu di sini boleh, tapi jangan lama-lama ya, takutnya ada pasien lagi." Setelah berbicara seperti itu, perawat tersebut pergi.

"Gimana udah mendingan?"

Laki-laki tersebut mengangguk, "Makasih."

"Sama-sama. Aku ambil obat dulu ya, kamu tunggu di sini. Bentar aja, habis itu aku anter pulang."

"Oh, nama kamu siapa?" Lanjutnya, sebelum benar-benar pergi dari sana.

"Gakushuu." /

.

Langkah kaki tersebut begitu mantap ketika keluar dari stasiun. Koper warna hitam ia tarik dengan percaya diri. Kota ini, terakhir kali ia menginjakkan kaki di sini saat duduk di bangku kelas dua sekolah menengah atas. Saat itu pun, kejadian tak mengenakkan menimpa dirinya. Meski sudah satu tahun terlewat, ia masih sedikit trauma jika ingin ke kota ini.

AsaKaru Story Where stories live. Discover now