[29] In the Train

332 37 3
                                    

***

Rangkaian kereta bergerak perlahan, menghampiri stasiun yang menjadi tempatnya berhenti. Sedang di dalam kereta sudah dipenuhi oleh penumpang, banyak orang tua yang sedang duduk santai, ada juga beberapa pemuda yang berdiri. Menandakan bahwa kereta kali ini penuh.

Pengumuman kereta terdengar, mengatakan jika pintu kereta akan terbuka. Membiarkan penumpang turun dan naik secara bergantian.

Seorang pemuda sedikit menggeser tubuhnya saat dirasa pintu mulai bergerak terbuka. Membiarkan beberapa penumpang turun terlebih dahulu, baru bergantian dengan penumpang yang ingin naik.

Earphone ditelinga menyala saat dengan sengaja ia menyalakan musik untuk mengusir rasa bosan. Sambil kedua mata menelisik seluruh penumpang. Bersamaan dengan pintu kereta yang tertutup dan dengan perlahan bergerak.

Kedua matanya terpaku saat melihat pemuda berambut merah tengah bercengkrama dengan beberapa temannya dengan berbisik. Takut menganggu penumpang lainnya.

Entah sudah berapa kali ia melihat pemuda tersebut saat menaiki KRL diwaktu yang sama. Ia jadi penasaran, ingin rasanya menghampiri dan menyapa. Tapi, diurungkannya niat tersebut. Akan dipandang aneh jika seorang pemuda dengan sengaja menghampiri pemuda yang lain dan berniat untuk menjadi lebih dekat.

Ia mengalihkan pandangan, ketika tidak sengaja sang pemuda melirik sekilas kearahnya. Wajahnya terasa panas, entah kenapa. Dengan sengaja menyibukkan diri dengan ponselnya.

.

Setengah jam berlalu, dan stasiun tujuan sudah ada di depan mata. Pemuda yang sering dipanggil Gaku tersebut bersiap-siap. Melepas earphone yang sedari tadi ia pakai, dan memasukkannya ke dalam tas kecil yang ia bawa.

Matanya menatap kearah pemuda berambut merah tersebut, karena ini stasiun terakhir dan semua penumpang akan turun, ia sedikit bergegas takut kehilangan jejak sang pemuda. Gaku bahkan tidak mengetahui siapa nama pemuda berambut merah tersebut.

Ketika semua penumpang keluar dari rangkaian kereta, dengan kedua mata yang menyapu pandangan. Gaku berhasil menemukan pemuda tersebut. Rambut merahnya mempermudah dirinya untuk ditemukan.

Dengan perlahan Gaku mengikuti arah kemana si Merah tersebut.

Dadanya berdegup kencang, dengan perasaan was-was ia mengikuti kemana langkah si Merah. Earphone kembali ia pasang ditelinga, mengusir rasa gugup yang sedari tadi hinggap di hati.

Rombongan di depan kasak kusuk, sepertinya mencurigai dirinya yang sedari tadi mengikuti langkah mereka. Gaku sedikit kikuk, lalu memasukkan kedua tangannya ke saku jaket. Kemudian, ia memutuskan untuk berhenti di minimarket terdekat. Ia akan menghentikan kegiatannya. Takut jika ia mengikuti terlalu lama, akan menambah rasa curiga rombongan tersebut.

Gaku menghela napas lega setelah menengguk setengah botol air mineral. Ia duduk di depan minimarket. Tatapannya melayang ke arah atas, pandangannya kosong. Ia melamun.

Lamunannya buyar ketika pahanya ditepuk beberapa kali. Seorang anak kecil berdiri di sampingnya, "Kakak, jangan melamun nanti barang kakak dicuri orang." Anak kecil yang berusia sekitar enam tahun tersebut mengingatkan. Suaranya lucu, tanpa sadar Gaku terkekeh pelan. Mengacak pelan rambut anak laki-laki tersebut.

"Terima kasih." Kata Gaku, lalu tersenyum. Tak lama setelah itu, seorang perempuan muda sedikit berlari kearahnya. Lalu berhenti tepat di depannya.

"Aduh, maaf ya mas. Anak saya menganggu ya?" Tanya wanita tersebut.

Gaku menggeleng, "Nggak kok, mbak. Tenang aja." Setelah mengucapkan kata maaf sekali lagi, wanita tersebut lalu mengajak anak laki-lakinya untuk pergi. Meninggalkan Gaku sendirian lagi.

AsaKaru Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang