[10] Silent Eyes

4.2K 320 119
                                    

🌼🌼🌼
.
.
.

Tatapan kosong ia arahkan kedepan. Menatap tembok putih polos yang terpampang jelas didepannya. Tak ada noda yang terdapat disana. Putih bersih.

Ia mengedipkan kedua matanya. Tatapannya masih kosong. Tubuhnya hidup, namun kedua matanya sudah mati. Hidupnya hampa, warna-warni dalam hidupnya sudah lenyap.

Dunia yang ia tahu sekarang adalah gelap. Sepi. Warna yang dulu dengan mudah dapat ia lihat, sekarang lenyap. Digantikan oleh satu warna yang dibencinya. Hitam.

Ia membenci hidupnya sekarang. Yang hanya bisa tahu satu warna dalam sisa hidupnya.

Sekeras apapun ia mencoba, ia tidak bisa lagi melihat bagaimana berwarnanya dunia yang ia tempati.

Semuanya hilang, lenyap. Menyisakan rasa sepi yang dengan setia menemaninya.

Ia membenci dirinya. Ia benci semua orang. Ia benci hidupnya.

"Karma." Seseorang masuk kedalam kamar yang ia tempati. Tubuhnya tersentak, merasa terkejut akan panggilan yang ia dengar.

Kepalanya menoleh kearah dimana suara itu berasal. Menatapnya dengannya tatapan kosong. Mulutnya ia kunci, enggan membuka mulut.

Asano Gakushuu. Dengan langkah perlahan mendekat kearah dimana Karma duduk. Meletakkan nampan yang ia bawa diatas meja.

Ia menyamakan tinggi badannya dengan Karma. Jongkok didepan Karma. Tangannya menyentuh punggung tangan Karma. Dengan cepat pula, Karma menepis sentuhan Gakushuu.

"Jangan sentuh." Lirih Karma. Genangan air dengan perlahan menunjukkan dirinya. Lalu setetes air mata turun, membuat aliran di pipi Karma.

"Ini aku. Aku nggak akan ngapa-ngapain kamu." Gakushuu berkata dengan pelan, mencoba kembali menyentuh tangan Karma. Meski ia selalu mendapatkan hasil yang sama.

"Jangan nangis," Gakushuu mencoba menghapus air mata Karma. Kali ini Karma diam, meski sedikit memundurkan kepalanya saat jari Gakushuu menyentuh pipinya.

"Sekarang kamu makan dulu, ya?" Karma menggelengkan kepalanya pelan. Ia tidak memiliki nafsu makan lagi.

"Kamu harus makan. Kamu harus tetap kuat untuk menghadapi hidupmu sekarang. Aku nggak mau lagi kamu terluka. Cukup sekali aja aku melihat kamu menderita seperti kemarin."

Karma masih diam, tidak ada niatan untuk membalas perkataan Gakushuu. Gakushuu bangkit berdiri, mengambil makanan Karma dan menarik kursi untuk ia duduk.

Ia mendudukkan dirinya diatas kursi, didepan Karma. Tangannya membawa piring, hendak menyuapi Karma.

"Buka mulutmu." Dengan terpaksa, Karma membuka mulutnya. Menerima suapan Gakushuu untuknya.

.
.

Semua kejadian yang terjadi dua bulan yang lalu berhasil merenggut hidup Karma.

Semua karena ulah Terasaka -mantan kekasihnya-, entah hari itu ia sedang sial atau memang sudah takdirnya.

Terasaka pulang ke apartmen yang mereka beli dengan uang mereka. Mereka berhasil menyisihkan uang bulanan mereka dan sudah cukup untuk membeli satu buah apartmen.

Hari itu, Terasaka pulang kerumah dengan keadaan mabuk berat. Wajahnya sembab, penampilannya kacau. Berantakan.

Kantor dimana ia bekerja mengalami masalah. Bangkrut, dan dengan terpaksa mengeluarkan hampir separuh karyawannya. Terasaka salah satunya.

Ia marah, dan melampiaskan semuanya ke minuman keras. Ia mabuk berat. Kepalanya berat, belum lagi masalah keluarga yang tengah dihadapinya. Membuatnya semakin kacau.

AsaKaru Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang