35

1.5K 234 34
                                    

Dahyun

Aku menghela nafas sesaat selesai memposting foto foto ku. Kulempar benda pintar itu di sisi sofa kosong yang kududuki. Kalimat Sana eonnie dari tadi terus menghantuiku. Pindah katanya? Dan meninggalkanku disini? Apa dia berencana semakin menyiksaku?

Aku begitu lelah seperti ini. Aku sangat merindukannya. Aku jujur untuk itu. Entah kapan terakhir kali aku bangun dan mendapati wajah cantik itu disebelahku! Aku benar lupa saking lamanya.

"Apa sebaiknya aku menghentikan kemauannya ini? Kami berdua sama sama tak menginginkannya" Aku menggumam.

"Sama sama tak menginginkan apa Dahyunie?"

"KKamjagiya!!" Aku jelas berteriak kaget mendengar suara lain. "Momo eonnie~ Jangan datang tiba tiba seperti itu" Aku menegur. Jantungku masih terasa berpacu saat ini.

Sedangkan yang aku tegur hanya terkekeh pelan. "Mian. Aku tidak bermaksud begitu" ucapnya lalu terlihat menguap kecil. "Yang lain kemana? Kenapa dorm sangat sepi begini?" Tanyanya lalu mengambil duduk disebelahku.

"Beberapa sedang keluar. Yang lain mungkin di kamar mereka masing masing" Jawabku. "Eonnie baru bangun?" Tanyaku sembari menatap jam dinding yang terpasang di atas televisi. Ini sudah cukup sore. Apa dia selelah itu karena jadwal yang tak ada habisnya ini?

"Ne. Rasanya sangat puas bisa tidur seharian" Ucapnya sembari meregangkan otot ototnya. "Apalagi saat bangun begini, aku melihat wajah menggemaskan mu itu"

"Mwoya? Jangan menggodaku" Aku tertawa. Momo eonnie punya cara tersendiri membuatku melupakan masalah ku meskipun hanya sejenak. Jadi, bagaimana mungkin aku membuat jarak dari eonnieku yang satu ini? Dia sudah ku anggap sebagai kakakku sendiri. Kenapa juga Sana eonnie harus secemburu itu dan mengakibatkan ini terjadi? Ck!

"Wae? Kenapa menatapku begitu?" Momo eonnie bertanya dengan wajah bingungnya. Itu menggemaskan tapi aku malah melihat wajah Sana eonnie saat ini. Aku benar benar gila. Aku benar merindukannya.

"Huh? Aniya eonnie" aku memutus kontak mata. Lalu sibuk mengambil handphoneku yang berada di samping eonnieku itu duduk.

"Dahyunie?"

"Hm? Eh? Eonnie?!" Aku segera bergerak menjauh saat daguku di sentuh olehnya. Aku benar terkejut. Itu skinship yang sangat tiba tiba.

"Oh Ayolah.. Haruskah kau seterkejut itu bahkan menjauh dariku?"

"A~ Mi-Mian eonnie. Aku hanya kaget" jawabku sembari memperbaiki posisiku dan mulai menyibukkan diri dengan handphoneku yang sudah berhasil ku ambil.

"Apa Sana benar tak suka kau di sentuh oleh orang lain? Sampai itu kau menghindar seperti tadi?"

Jariku terhenti saat menscroll layar. Ku tatap sang pemberi pertanyaan. "Kenapa eonnie tiba tiba membawa bawa Sana eonnie?" Tanyaku. "Selama ini eonnie terlihat masa bodoh dengan pertengkaran kami" Lanjut ku bingung. Sudah lama sebenarnya aku ingin bertanya. Sikap Momo eonnie terlalu mencurigakan.

"Kau sudah putus dengannya?"

"HUH? Pertanyaan apa itu eonnie?!" Aku kaget dan juga kesal secara bersamaan. "Aku tidak akan putus dari Sana eonnie. Tak akan pernah" Tekanku.

Dia terlihat menghela nafas. "Okey. Kenapa kau jadi marah padaku begitu?"

Ck! Bagaimana tidak akan marah kalau diberi pertanyaan begitu? Itu seperti sebuah doa. Aku tidak mau itu terjadi.

"Mian sudah membuatmu kesal. Aku tidak bermaksud begitu"

"Hah~" Aku menghela nafas. "Aku mengerti eonnie. Gwencana"

Momo eonnie tersenyum. "Kalau begitu aku traktir kau makan ice cream sebagai permintaan maaf. Bagaimana?"

Ku gigit bibir bawahku. Itu tawaran menggiurkan. Lagipula dorm juga nampak sepi begini. Aku pasti mati bosan. Tapi di lain sisi, aku ingin berlahan membuat jarak dari Momo eonnie. Aku tidak tahan lagi dengan sikap dingin Sana eonnie. Aku ingin segera berbaikan dengannya.

"hey? Kenapa melamun? Kau tidak mau?" Guncangan yang diciptakan di bahu melunturkan lamunanku. "Pergi atau tidak?"

"Mian eonnie. Aku tidak ingin keluar dari dorm saat ini. Aku malas" Ku keluarkan sebuah alasan. Wah..aku benar berhasil menolak tawarannya. Mina eonnie harus tau ini. Aku sedikit demi sedikit menuruti nasehatnya.

"Baiklah kalau begitu. Nanti kubelikan kau saja saat aku pulang" Dia terlihat berdiri. Terlihat jelas wajah kekecewaannya. Dia marah?

"um..eonnie mau keluar juga? Apa ada jadwal individu?" Tanyaku

"Begitulah" jawabnya ambigu lalu pergi meninggalkanku sendirian.

"hah~" Aku menghela nafas lagi. Entah ini yang  keberapa kali. Aku terlalu frustasi. Rasanya setiap pergerakan dan perkataan ku selalu salah di mata member memberku itu. Termasuk kekasihku sendiri. Ck! Ini benar membuat sakit kepala saja.

.

Malam menjelang. Beberapa memberku mulai pulang dari aktivitas mereka diluar. Aku yang kembali bermalasan di depan TV setelah mandi dan makan tadi hanya melirik kecil mereka yang menyapa kecil padaku. Aku memilih fokus pada tontonanku saat ini.

Sesekali ku lihat jam dinding. Ini sudah hampir jam 10 malam dan Sana eonnie belum kembali juga. Sebenarnya dia dan Jihyo eonnie kemana? Tidak mungkin selama itu hanya untuk ke tempat donasi. Apa mereka keluar jalan jalan dan lupa waktu? Aku jelas tak bisa fokus kalau sudah beginii.

beep beep beep..
Ku dengar seseorang tengah menekan password lagi. Apa itu mereka?

"Kami pulang" Suara Jihyo eonnie terdengar. Aku reflek tersenyum. Itu benar mereka. Segera ku berlari mendekati pintu masuk. Kedua memberku itu terlihat heran saat mendapatiku.

"Kenapa kau berdiri disitu sambil tersenyum?" Jihyo eonnie bertanya menyadarkanku. Apa Aku memasang wajah segembira itu? "Ini sudah malam. Masuk kamarmu dan tidurlah" Perintahnya sebelum melewatiku dan menuju ke kamar Tzuyu.

Aku yang diperintah tak bergerak. Mataku hanya lekat menatap Sana eonnie yang terlihat lelah. Dia bahkan kesulitan membuka sepatunya sendiri. Segera ku dekati dia dan berjongkok untuk membantunya.

"Eh? Dahyun? Apa yang kau lakukan? Aku bisa sendiri"

"Sudah. Diam dulu. Biar aku yang lakukan ini" Ucapku di tengah kesibukanku membuka sepatunya bahkan kaus kakinya sekalipun. Hingga kini memperlihatkan kaki putih dan cantik miliknya itu. "Kenapa selelah ini? Buka sepatu saja tidak bisa" Aku bertanya sembari bangun berdiri dan menatap wajah mengantuknya itu.

"Gomawo" Ucapan terima kasih dia ucapkan sebelum berjalan mendahuluiku dan masuk sembari menarik tasnya. Membiarkan tas mahal itu bergesekan dengan lantai. Dia terlihat enggan menjelaskan aktivitasnya hari ini.

"Eonnie?" Kukejar dia. Kuhentikan langkahnya.

"Hm?" Dia menguap kecil lalu menatapku.

"Eonnie sudah makan? Mau ku buatkan sesuatu?" khawatirku.

"Aku sudah makan dan tidak butuh apa apa" ucapnya. "Terima kasih sudah menawarkannya padaku" Dia tersenyum kecil lalu mengacak ringan rambutku. "Aku hanya butuh tidur. Good night Dahyunie" Ucapnya lagi lalu benar melanjutkan langkahnya menaiki tangga.

Perasaan bahagia ku rasakan. Entah dia sadar melakukan itu atau tidak, tapi itu sudah cukup membuatku senang bukan main. Setidaknya dia tidak memberiku aura dingin saat ini. Apa ini tanda tanda kami akan segera baikan?

Semoga iya.

_Tbc_

Haruskah ku update tiap hari? 🤔
Eh..
Tapi bo'ong dong para jomblo..
Btw, selamat bermalam minggu di kamar🙈

About Us? S4 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang