Tiga

75 45 14
                                    

Suara kicauan burung nan merdu, mampu membuat ukiran senyum di bibir Venn. Sehabis sholat subuh, ia tak tidur kembali melainkan menuju balkon kamarnya untuk sekedar melihat pemandangan matahari terbit atau yang kita kenal sunrise.

Kemudian, ia bergegas mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Sesampainya disekolah ia disambut dengan cengiran lebar Atreya.

"Ada bahan gibahan baru." Tangan Venn sudah bersiap-siap menyakar lengan Atreya. Sedangkan Atreya sudah bersiap kabur. Sepertinya ia mengganggu singa yang sedang santai.

"KABURRR!"

"Sini lo maju! Pagi-pagi udah ngajak gibah. Dasar setan," murka Venn.
Sesampainya dikelas, Venn mengatur napasnya yang tersenggal-senggal akibat berlari mengejar Atreya.

"Venn, sini dulu kenapasih. Ini tuh penting banget," ucap Atreya.

"Sepenting apasih?" tanya Venn.

"Ini soal Anan." Venn membeku seketika. Ia buru-buru mendekati Atreya untuk mengetahui berita tentang Anan.

"Nih lo liat." Atreya menyodorkan handphone-nya ke Venn yang berisi Screenshoot Story WhatsApp bernama Anan yang sedang berfoto di depan kaca sebuah hotel dengan memeluk seorang wanita yang Venn yakini itu Zevana.

"Gue mulai sekarang mau bodoamatan aja. Mau dia gimana-gimana juga terserah. Hidup-hidup dia. Gue udah capek bgt suka sama dia," lirih Venn.

Atreya merasa bersalah karena telah membeberkan kabar yang membuat sahabatnya itu patah hati. Kemudian Atreya merentangkan tangannya dan memeluk Venn.

"Yang X ini dikali sama Y terus abis itu dibagi baru ketauan hasilnya ya. Untuk ak-

Tok tok tok

Semua siswa/i kelas XI MIPA 4 serempak menengok ke arah pintu.
Anan dan teman-teman masuk sembari membawa setumpuk kertas. Venn yang melihat itu berteriak dalam hati.

"Assalamu'alaikum, selamat pagi semuanya."

"Wa'alaikumsalam. Pagi juga, Kak," jawab murid XI MIPA 4.

"Maaf mengganggu waktu kegiatan belajar mengajarnya. Kami selaku Panitia Regenerasi OSIS ingin membagikan formulir OSIS. Bagi kalian yang ingin ikut bergabung OSIS, dipersilakan mengambil dan mengisi. Pengumpulan formulir terakhir besok. Itu saja yang dapat kami sampaikan. Sekian, terima kasih," terang Anan.

"Lo ikut lagi Venn?" tanya Atreya.

"Ngikut lah! Kuy." Venn mulai berjalan kedepan. Detak jantungnya bertambah kencang kala ia melihat Anan bertampang dingin dan ketus.
Tak lama, Anan dan kawan-kawan meninggalkan kelas Venn tanpa segaris senyuman.

"Kira-kira, yang lain bakalan ikut lagi gak, ya?" tanya Atreya.

"Ya pastilah, gimana sih lo. Harus positive thinking lah," jawab Venn.

"Bukan gitu Venn, secara tadi si Anan dan pasukannya dateng kaga ada senyumnya pisan. Dia mau ngajak masuk OSIS apa ngajak gelut sih, aneh-aneh aja." Atreya menggebu-gebu membicarakan Anan dan juga teman-temannya.

"Diliat-liat sih keknya mereka ada sesuatu deh. Kek masih ada yg ngeganjel gitu sama masalah yg kemaren," lanjut Atreya.

"Masa sih? Udahlah yang lalu biarlah berlalu," ucap Venn.

"Kok lo jawabnya begitu sih, Venn? Lo gak liat tadi mukanya Anan se -ngeselin apa?" tanya Atreya.

"Nggak ngeselin tuh. Malah gemes, cool-cool gimana gitu. Kaya cogan di wp-wp." Atreya geram sekali mendengar jawaban Venn, ingin rasanya ia mengobrak-abrik isi kepala Venn.

"Dasar manusia bugo, bucin bego!"
Sementara itu.

"Kok lo berubah sih, Nan? Malah jadi tambah ketus. Masalah yang kemaren kan udah clear. Kenapa lo sama antek-antek lo itu jadi ngejauh? Dan gak ada tuh senyum-senyumnya. Kalo kaya gini, gimana bocah pada mau ngikut OSIS lagi? Gue sendiri aja ogah kalo kaya gini ngajaknya. Lo sama temen-temen lo mau ngajak kita masuk OSIS apa ngajak tawuran, hah?!" murka Anin.

"Bukan urusan lo!" tegas Anan seraya lanjut berjalan meninggalkan Anin.

"Kembaran sialan!"

Jam pelajaran telah selesai. Silakan semua murid untuk jajan di kantin. Sekian, terima kasih.

Author: Bacanya pake nada bioskop ya wkwk :v

***

"Lo jadinya ikut OSIS lagi apa enggak nih?" tanya Hansa - Teman Anin -

"Kayanya enggak deh, soalnya gue udah ilang respect bgt sama kembaran gue. Lo pada ga liat tadi muka nya gimana? Gue aja gedek banget liatnya. Mereka tuh niat gak sih ngajaknya? Kok keliatan males-malesan gitu. Untung tadi gue bisa nahan emosi gue. Kalo gak, udah gue lemparin sepatu," cecar Anin.

"Gue setuju sih. Emang parah banget deh. Kayanya ulah kembaran lo yang ngehasutin temen-temennya deh," ucap Ayara.

"Kok lo udah mundur gitu aja sih, Nin? Lo harusnya maju biar lo ada kesempatan buat jadi kandidat ketos. Secara kan lo doang yang paling paling diantara kita," ucap Mahika.

"Hadeh ini lagi. Boljug sih hahaha. Tapi gue udah keburu males banget asli sama Anan. Gak ngerti lagi gue ama dia. Belom aja tuh anak gue usir dari rumah." Ketiga temannya hanya menggelengkan kepala mereka melihat Anin.

"Seru banget kayanya, ngomongin Anan ya?" tanya Raldo yang tiba-tiba datang entah darimana.

"Iya, emang kenapa? Masalah?" tanya Anin balik.

Raldo hanya tertawa dan itu membuat Anin dan teman-temannya jengkel.

"Nan, ada yang gibahin lo nih."

"Biasa," ucap Anan singkat diselip dengan senyum miring identitasnya.

"Hahahaha. Yaudah deh, lanjutin gibahnya. Sorry ganggu," ucap Raldo sembari menjauh dari tempat Anin dan kawan-kawan.

"Bacot!" gertak Anin.

"Udah, Nin. Orang begitu mah gausah diladenin. Mending dilemparin puing aja sekalian," ucap Ayara.

"Dih, ngapain pake puing? Kasian. Mending kita lempar bunga aja."

"Lah?" Semua melihat Mahika dengan aneh. Bisa-bisanya ia membela.

"Maksud gue tuh, lempar bunga sekalian pot-potnya gitu," ucap Mahika.

"Hadehhh." Semua kompak mengusap dada. Mempunyai teman seperti Mahika adalah hal yang langka. Saking langkanya, watak dan tingkat humorisnya juga ikutan langka. Tak dapat dipungkiri bahwa teman seperti Mahika akan kita rindukan kala ia tak hadir dalam suatu perkumpulan. Dan kita akan merasa sepi dan hampa karena tak ada celotehan garing darinya. Teman seperti Mahika juga bisa jadi pencair suasana.

***

"Liat tuh kelakuan kembaran lo," ucap Raldo seraya menunjuk ke arah Anin dan kawan-kawan.

"Biarin aja."

"Tau lo, Do. Kembarannya aja b aja malah lo yang sewot," ucap Kevan.

"Lo gak kesel apa digituin ama kembaran lo sendiri?" tanya Raldo.

"Kesel. Tapi gue punya misi buat bales dendam," jawab Anan.

"Misi yang itu?" tanya Kevan. Anan tak menjawab, hanya menaikkan kedua alisnya.

Terima kasih, jangan lupa vote dan komen ( ◜‿◝ )♡

GLOSSOPHOBIAWhere stories live. Discover now