Tujuh

58 42 17
                                    

Sedari tadi Venn memegangi jantungnya yang berdebar-debar, ia sedang menunggu giiran sekolahnya dipanggil maju ke depan untuk mempresentasikan karya ilmiahnya.

"Re-rey," panggil Venn. Gadis yang dipanggil pun menengok.

"Kenapa?"

"Gu-gue gak ikut ma-maju ya. Kambuh la-lagi nih."

Kini Venn memegangi perutnya yang terasa sangat mual. Wajahnya terlihat sangat pucat. Hal ini membuat Atreya juga ikut gelisah melihat Venn.

"Aduh gimana ya. Okedeh, ntar gue kasih tau ke yang lain. Siapa tau ada yang mau gantiin," ucap Atreya.

Atreya berlari meninggalkan Venn menuju tempat teman-temannya menunggu. Setibanya disana, Atreya menetralisir napasnya yang masih tersenggal-senggal.

"Bu," panggi Atreya pada seorang wanita berseragam cokelat muda.

"Kenapa, Rey? Kok kamu keliatan panik?" tanya wanita tersebut.

"Si Venn phobia-nya kambuh lagi, Bu. Perutnya mual sama mukanya pucet banget," jelas Atreya.

"Kalo gitu gantian aja sama yang lain ya. Venn-nya dibawa ke uks," suruh Bu Yuka.

"Baik, Bu." Atreya berlari menuju Venn dan membawa Venn ke UKS.
Setibanya di UKS SMA 2, Atreya membantu Venn merebahkan diri diatas brankar.

"Kak, tolong bantu temen saya, dia phobia-nya kambuh. Mual sama pusing gitu," ucap Atreya pada penjaga UKS.

"Saya buatin teh dulu ya, Kak. Perutnya dikasih minyak kayu putih aja dulu," ujar penjaga itu.

Atreya pun menyodorkan minyak kayu putih. 5 menit Atreya tak digubris oleh Venn, sstiba-tiba gadis itu menangis.

"Loh, Venn? Kok nangis? Ada yang sakit?"

"R-rey. Gue capek harus gini terus hiks," ujar Venn sembari terisak-isak.

Aatreya terdiam, ia tahu benar sahabatnya sudah lelah menghadapi phobia yang dideritanya itu. Namun ia tak mau mengomentari apa-apa. Ia takut salah bicara dan membuat Venn menjadi murung. Akhirnya Atreya memeluk Venn dan mengusap-usap punggungnya pelan.

"Udah gak usah inget-inget kejadian itu lagi."

FLASHBACK ON

Venn senyum sumringah kala melihat hasil prakarya yang dibuatnya dan teman-temannya. Mereka membuat kerajinan vas bunga kering yang dililitkan oleh tali rami.

"Bagus banget!" puji Atreya.

"Oh tentu dong," ucap Syila.

Venn hanya terkekeh mendengar obrolan mereka.

"Emang kita disuruh buat tugas begituan ya?" tanya salah seorang perangkat kelas.

"Iya. Emangnya kamu gatau? Kemaren Bu Oki yang ngajar pelajaran prakarya yang suruh kita," terang Venn.

"Ohh. Lagian ntar tuh guru belom tentu inget sama tugas yg dia kasih sendiri. Hahahah," ketus perangkat kelas itu.

Venn dan teman-temannya dibuat emosi oleh orang itu. Pasalnya, ia adalah seorang perangkat kelas yang tugasnya membimbing teman-teman kelasnya untuk mengerjakan tugas. Lain halnya dengan orang itu.
"Agak lain deh anaknya," ejek Syila.

10 menit kemudian, Bu Oki pun datang dengan beberapa tumpukan kertas ditangannya.

"Yang udah siap presentasi tentang prakarya dan makalahnya silakan maju kedepan."

GLOSSOPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang