Delapan

58 40 8
                                    

Hallooooo semuaaa.....
Selamat membaca cerita pertamaku, semoga suka🙌🏻🌌

__________________________________________________

Anan mengusap keringat yang berjatuhan di pelipisnya. Waktu menunjukkan pukul 17.00 sore. Ia dan teman-teman Panita Regenerasi OSIS baru saja selesai menginterview para murid calon anggota OSIS.

"Nan, minjem hp lo dong. Mau live Ig, biasa mau nyapa fans gue," ucap Raldo.

"Di atas meja," balas Anan.

Belum 5 menit, Raldo kembali menghampiri Anan, lebih tepatnya mengganggu Anan.

"Ngapa si lu! Gue lagi pusing nih!" murka Anan.

"Ada whatsApp dari Venn." Tentu saja Anan tak percaya dengan omongan Raldo, karena Raldo suka bercanda dan berbohong.

"Gue serius, Nan."

Anan melihat Raldo penuh selidik dan tak terlihat sedikit kebohongan di wajahnya. Anan langsung menyambar ponsel miliknya yang berada ditangan Raldo.

WhatsApp

Venn

Kak, boleh tolong jemput gue di SMA 2 gak?
Gue sendirian, temen-temen gue udah pada pulang
Pliss, Kak

Anan mengernyit dahi, heran. Isi pesan Venn seperti bukan dirinya yang mengirim. Biasanya Venn selalu memakai 'aku' dan tak pernah memakai 'gue' saat mengobrol dengan Anan, baik secara langsung maupun tak langsung.

Anan masih berpikir apakah ia perlu menjemput Venn atau tidak?
Sampai satu orang mengejutkan dirinya dengan iseng. Anan menatap pelaku dengan wajah datar. Ya, siapa lagi pelakunya kalau bukan Raldo.

"Yaudah sih, Nan. Jemput aja tuh cewe, kasian magrib-magrib. Ntar dia digondol jamet baru tau rasa lo."

Kemudian, Anan menghela napas panjang dan mengambil kunci motornya yang tergeletak di meja.

"Gue berangkat," pamit Anan.

Anan berjalan menuju parkiran sambil merenung kenapa ia mau menolong Venn? Padahal ia bukan tipikal orang dermawan. Bahkan ia sering menolak mentah-mentah ketika dimintai pertolongan.

'Kenapa gue bisa luluh sama tu cewe lemah ya? Au ah bodoamat. Mending gue buru-buru deh. Kasian juga,' batin Anan.

Apa yang baru saja hati Anan katakan? Kasihan? Atau jangan-jangan mulai timbul percikan rasa Anan pada Venn? Atau Anan cuma sekedar kasihan?

Sesampainya di parkiran, Anan menyalakan motor sport-nya dan melaju membelah jalanan ibu kota yang masih tampak ruwet.

๑๑๑

Sudah setengah jam Venn dan Atreya menunggu di depan SMA 2. Tak lama, sebuah motor Beat berwarna biru menghampiri mereka, rupanya itu adalah kakak laki-laki Atreya. Venn kian murung, karena ia tak tahu pulang dengan siapa.

"Venn, jangan gitu dong. Gue jadi merasa bersalah nih. Oiya, bentar lagi pangeran berkuda putih lo bakalan dateng kok tenang aja." Venn sedikit tertawa mendengarnya.

GLOSSOPHOBIAWhere stories live. Discover now