Empat Belas

50 42 8
                                    

"Lo dapet pesan dari Anan yang dia bilang jangan ada rapat-rapat sampe selesai LDK?" tanya Shalenna saat ia dan Venn sedang menunggu para kandidat dan juga para panitia.

"Dapet," balas Venn.

"Lo tau siapa yang nyepuin?" tanya Shalenna lagi.

Venn menggeleng, "Gak tau."

"Apa mungkin si Anin yang nyepuin?"
Venn kembali menggeleng, "Kalo emang dia yang nyepuin, dia makan ludah sendiri dong. Toh dia yang bilang jangan ada yang nyepuin, masa iya dia yang nyepuin. Lagian kan si Anin sama Anan masih renggang."

"Iya juga sih," ucap Shalenna.

"Hayooo pada ngomongin apa?" tanya Piyu yang datang tiba-tiba.

'Untung aja udah selesai bahasnya. Coba kalo belum, bisa berabe urusannya,' batin Venn.

"H-hah? Eng-enggak bahas apa-apa kok. Cuma nanya ko yang lain belum sampe. Hehe," alibi Venn.

"Ohhh gitu. Yaudah mending kita ke kelas XI MIPA 2 yuk," ajak Piyu.

๑๑๑

"Lo semalem buka-buka HP gue 'kan?" tanya Anin pada pria yang lahirnya berbeda 5 menit dengannya.

Pria itu menghela napas gusar, "Lo kalo gak kepilih gausah iri!"

"Tapi lo buka-buka HP gue! It's a privasy, jerk!" murka Anin.

"Gausah nuduh-nuduh gue kalo lo gak punya bukti!" sanggah Anan.

Anin tersenyum miring, "Buktinya lo udah buka room chat WhatsApp grup gue. Masih mau ngelak lagi?"

"Lo juga sering buka HP gue," ucap Anan.

"Tapi itu gue izin sama lo ya, Njing!" berang Anin.

Anan mengontrol emosinya supaya tidak ikut terbawa, "Gue mau ke sekolah."

"Oiya, kalo sampe lo ada rapat-rapat tentang kandidat ini. Gak segan-segan gue ngelakuin lo," imbuhnya.

"Bacot! Gue gak takut sama lo!" ketus Anin.

Anan langsung melenggang pergi dari sana. Daripada emosinya tersulut dan berakhir menyerang saudara kembarnya. Ia sebenarnya tak sungguh-sungguh berbicara itu pada Anin. Ia juga sangat sayang kepada saudara kembarnya itu. Hanya saja ia tak mau menampakkannya. Gengsinya terlalu besar.

๑๑๑

"Sumpah demi apa, lo sama Kean keliatan cocok banget!" seru Nazea ditengah foto untuk poster.

"Ap-apansih lo," ucap Venn. Kini pipinya memanas.

"Liat deh, Len. Masa pipi Venn merah, hahaha," ledek Nazea.

Venn saat menjadi panitia MOS merupakan mentor Keananta. Dan Venn menyukai pria itu dalam diam. Sejak masuk MOS, Keananta menjadi populer karena ketampanannya. Venn menyukai pria itu bukan karena ketampanannya, melainkan karena kesederhanaannya dan juga pria itu sangat sopan.

"Keananta. Ananka. Kok kaya mirip gitu ya, hahaha. Jadi lo milih siapa nih, Venn? Keananta atau Ananka?" goda Shalenna.

Entah perasaan Venn saja atau memang benar, Anan sedari tadi melihat kearahnya dengan tatapan yang aneh.

'Apa jangan-jangan dia cemburu ya? Ah, gak mungkin juga. Masa dia cemburu sama gue gara-gara pada ngeledek gue sama Kean. Dia juga tau sendiri, gue gagal move on sama dia,' batin Venn.

Tepukan keras dibahu Anan, membuatnya terlonjak kaget. Ia menatap garang sang pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah Raldo.

"Woi! Jealous lo ya ngeliatin Venn dicocok-cocokkin sama si Kean, hahaha. Makanya, bales cintanya, Nan. Mau sampe kapan lo gengsian mulu?"

GLOSSOPHOBIADonde viven las historias. Descúbrelo ahora