Tiga Puluh Dua

7 2 0
                                    

“Kak, lucu gak?” tanya Kean.

Bando berbentuk telinga kelinci bertengger manis di kepala Kean.

“Lucu bangetttt,” pekik Venn.

“Ambil, bawa ke kasir,” suruh Kean.

Bukannya menuruti kata Kean, Venn malah terdiam. Senyum yang sedari tadi mengembang, seketika meluntur. Kean yang tidak merasakan gerakan Venn pun berbalik.

“Kenapa diem?”

“Aku kok ngerasa ada yang janggal ya?” tanya Venn.

Alis Kean berkerut. “Kenapa bilang begitu?”

Venn menggelengan kepalanya pelan. Ia tidak boleh memikirkan hal yang belum terjadi. Kean akan selalu ada untuk dirinya dan takkan kemana-mana.

“Kenapa, Kak?” tanya Kean lagi.

“Gak papa kok. Tadi tiba-tiba gak mood aja,” jawab Venn.

“Ohhh kirain kenapa. Kita beli es krim aja deh,” ajak Kean.

Kemudian mereka meninggalkan toko pernak-pernik tersebut, menuju stand es krim. Setelah tiba, Kean pun langsung memesan. Ia berdiri di depan meja kasir. Matanya tertuju pada Venn yang duduk dekat jendela. Gadis itu masih bergeming. Entah apa yang telah Kean lakukan sehingga gadis itu terlihat murung. Satu nama terbesit dalam pikirannya. ‘Apa gara-gara Anan?

“Hey.” Kean datang dengan membawa dua es krim vanilla. Ia sedikit meggeser kursi untuk ia duduk.

“Makasi,” singkat Venn.

“Kalo ada apa-apa cerita aja,” ujar Kean.

“Gak ada apa-apa kok, kamu tenang aja.”

Kean menghela napas panjang. Ia tak tahu lagi harus melakukan apa. Namun satu ide muncul di benaknya. Ia langsung merogoh kantong jaketnya dan mengambil handphone miliknya. Jari-jemarinya sangat lihai mengotak-atik di atas benda pipih tersebut.

Ting.

Venn dengan malas mengangkat handphone miliknya. Dahinya bergelombang. Ia menatap sosok yang ada di depannya, sudah pasti pria ini adalah pelakunya. Kean memotretnya diam-diam tanpa sepengetahuan Venn, lalu Kean masukkan foto itu ke dalam Instastory miliknya diiringi dengan lagu Mabuk Cinta yang dinyanyikan oleh Armada.

“Lucu tau fotonya,” ucap Kean seraya menunjukkan jarinya yang membentuk peace.

Venn mendelik, namun di dalam hatinya menjerit. Setengah mati ia menahan salah tingkah. Lalu ia mengambil selembar tisu untuk membungkam bibirnya agar tidak senyum. ‘Plisss salting brutallll, batin Venn.

“Cih, kalo salting mah salting aja kali. Gausah di tahan-tahan,” ujar Kean.

“Ap-apansih!”

๑๑๑

[Anan PoV]

Uhukkk uhukk

Tangan Anan meraba-raba meja makan sembari memukul-mukul pelan dadanya. Saat tangannya sudah meraih gelas, ia langsung menenggak semua air yang ada didalam sana.

“Ngapa lu?” tanya Anin.

Anan tak mejawab melainkan hanya melanjutkan makan yang sempat tertunda. Anin hanya memasang wajah jengkel. Lalu Anin membuka handphone miliknya dan matanya terbuka sangat lebar. Ia menutup mulutnya, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

“Anjir! Demi apaa?” teriak Anin.

“Gue ngerti sekarang kenapa lu keselek. Hahahahaa.” Anin menunjuk-nunjuk kembarannya itu

GLOSSOPHOBIAWhere stories live. Discover now