Tiga Puluh Tiga

13 2 0
                                    

“Kak Venn, Kak Anan tuh bilang kayak gitu gara-gara cemburu.”

Venn berhenti menangis lalu menatap Kean sejenak, seolah tak percaya dengan apa yang dilontarkan oleh pria itu. “Ngomong apa kamu barusan? Anan cemburu gara-gara kita? Dia gak mungkin cemburu dengan alasan yang gak jelas ini. Dia marah itu gara-gara aku sebagai Ketua OSIS yang gak ada wibawanya, bikin keonaran pagi-pagi. Gak seharusnya tadi kamu gandeng tangan aku kaya gitu.”

Kean menyadari perubahan raut wajah Venn, raut wajah yang menggambarkan bahwa gadis itu tak suka atas pernyataan yang ia lontarkan tadi. “Yaudah, aku minta maaf.”

“Aku pergi dulu, oh iya siap-siap soalnya nanti siang bakalan ada rapat terakhir sebelum besok event,” lanjutnya.

Sekarang gadis itu sendirian, menangis dalam-dalam. Ia bingung harus bagaimana?

“Eh Venn, gue cariin kemana ternyata ada disini.” Atreya akhirnya menemukan Venn, sejak kerumunan tadi dibubarkan, ia tak menemukan Venn di mana-mana.

“Lohh, lo kenapa nangis?” tanyanya seraya memegang pipi Venn.

“Gue harus gimana ya, Rey? Anan tadi marah sama gue gara-gara gue buat onar pagi-pagi,” jawab Venn.

“Yaelah, Venn. Itu Anan kaya gitu tuh bukan gara-gara lu buat onar, tapi gara-gara dia cemburu ngeliat lo sama Kean mesra gitu.” Venn kembali teringat dengan pernyataan yang Kean katakan tadi. Pernyataan yang sama dengan yang diucapkan oleh Atreya.

“Lo gak liat sih tadi muka Anan pas dia merhatiin lo sama Kean. Kek panas, terus kesel, galau, kesian deh pokoknya,” lanjut Atreya.

“Yaampun, Rey. Gue harus gimana?” ujar Venn dengan panik.

“Apanya yang gimana?”

“Tadi Kean juga bilang kalo Anan itu cuma cemburu. Terus gue bilang si Anan tuh marah gara-gara gue buat onar. Dan sekarang dia malah marah sama gue.” Venn sudah lelah dengan ini, semuanya jadi kacau.

“Venn, ribet banget ya masalah percintaan lo. Inget Venn, pilih salah satu. Jangan serakah. Kalo kata anak muda jaman sekarang itu sasimo alias sana sini mao. Percuma cakep Venn, kalo dia sama siapa aja mau.” Atreya memang jagonya menasehati tentang percintaan anak remaja, padahal dia sendiri jomblo dan selalu coba lagi dalam masalah itu.

“Gue suka Anan, Rey. Suka banget malah. Tapi apa daya gue, dia gengsinya udah ngalahin dewa. Lagi pula gue males bersaing sama Zevana, udah pasti si Anan milih dia. Gue kalah cantik, kalah modis, kalah ekonomi juga. Gue nganggep Kean itu kayak adek kandung gue. Gue cuma ngehargain dia karena dia udah ngetreat gue dengan baik. Kadang gue kalo sama dia, gue nganggep dia itu Anan,” jelas Venn.

“Venn, gue tau kok lu ngehargain si Kean. Ngehargain dia yang udah baik sama lu, bantu ini itu, jajanin ini itu. Tapi kalo dia tau lo cuma sekedar ngehargain dia tanpa ada rasa suka, itu bakalan ngelukain dia. Dia suka banget sama lu Venn. Dari cara dia mandang lu, ngomong sama lu, nganter jemput lu, ngekhawatirin lu pas LDK, sampe kemaren dia foto lu diem-diem terus dimasukkin ke Instagram Stories pake lagu bucin. Apa itu namanya kalo bukan cinta?” Atreya bak ibu-ibu yang sedang mengajari anaknya memasak. Sungguh telaten dan berhati-hati agar anaknya tak terkena pisau.

“Saran gue, tinggalin Anan. Dia terlalu batu buat lo yang kayak kapas. Lo harus mulai kisah dengan Kean. Lama-lama juga lu jatuh cinta sama tu orang,” sambung Atreya.

“Gue bisa gak ya? Lupain Anan. He is my first love, gue gak pernah secinta ini sama orang,” ujar Venn.

“Kalo dari diri lo sendiri aja gak yakin, gimana mau coba? Yakinin diri lu sendiri dulu baru coba. Pasti bisa. Walau awal-awal kayak sakit sendiri tapi kan lama-lama jadi kebiasaan,” tutur Atreya.

OSIS 20/21

Anin kembaran my crush

Jangan lupa rapat ya kawan-kawan.

Zevana

Siap, Nin.

Jangan sampe telat ya kawan-kawan.

+62 8572216....

Siap, Kak.

+62 869952.....

Baik, Kak.

Venn hanya membaca pesan dari grup WhatsApp tersebut tanpa ada niat untuk membalasnya. Ia sudah tak memiliki energi yang cukup untuk membalasnya. Ia terlalu takut untuk memulai semuanya. Ia takut akan Phobia yang akan muncul kembali tanpa diminta. Belum lagi permasalahan dengan Kean. Semoga saja ia dan Kean bisa profesional dalam mengemban tugas.

“Venn, disamper Kean noh.” Atreya membuyarkan lamunan Venn. Lalu Venn menoleh ke arah pintu kelas dan mendapati pria itu sedang bersender di sana disertai dengan senyuman manis khasnya, seolah tak ada kejadian apapun sebelumnya.

“Aku pergi dulu ya,” pamit Venn pada sahabatnya itu.

Lalu gadis itu menghampiri Kean yang sedang menunggu dan mereka pergi bersama ke Ruang OSIS. Setelah sampai disana, ternyata sudah banyak BPH (Badan Pengurus Harian) dan juga Pioneer. Termasuk Zevana, gadis itu berada di tengah-tengah dan selalu menempel pada Anin.

“Eh, pasangan kontroversial kita sudah dateng. Beri tepuk tangan yang meriah dong, jangan diem aja. Ehh iya, karpet merahnya belum digelar. Anin, gelarin karpet merah dong,” cibir Zevana.

Anin yang sedang duduk dengan tenang pun jengkel akan kelakuan dari Zevana. “Lu bisa diem dikit gak? Lu tuh masih baru disini. Lu seharusnya jaga sikap dan bisa profesional. Kalo pas awalnya aja lu udah gak profesional, gimana kelanjutannya?”

“Kok lu malah bela dia sih? Lu harusnya bela gue, Nin. Kan gue calon kakak ipar lo,” ucap Zevana dengan memberi penekanan di bagian akhir.

“Cih, lu sendiri kali yang bilang gue calon kakak ipar lu. Lu yang ngaku-ngaku, gue mah gapernah ngakuin kalo lu calon kakak ipar gue,” sindir Anin.

“Anjing lu! Liat aja, gue aduin ke Anan!” ancam Zevana.

Anin hanya tertawa meremehkan perkataan gadis itu. "Aduin aja sono. Gak takut. Paling juga Anan bela gue. Gak mungkin dia bela lu."

“Udahhh, yang ada rapatnya gak mulai-mulai,” keluh Kean pada keduanya. Ia sudah lelah mendengar pertengkaran gadis-gadis tersebut, yang ada masalahnya akan melebar dan menjadi besar.

“Oke-oke maaf,” ucap Anin.

Kemudian Anin memperhatikan Venn yang sedari tadi berdiam di belakang Kean, sepertinya ia terlalu takut dan malu untuk menunjukkan dirinya dihadapan siapapun. “Venn, sini duduk. Malah diem disana.”

“Eh, iya-iya,” jawab gadis itu.

“Lu gak perlu malu, Venn. Lu gak salah apa-apa kok. Yang salah itu manusianya,” bisik Anin di telinga Venn kala gadis itu duduk disebelahnya.

Venn tak menjawab, ia hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Pasti takut ya?” tanya Kean pada Venn.

Venn tak menjawab lagi, ia hanya menghel napas panjang dan menundukkan kepalanya.

“Gak papa. Kalo kata Tsana 'Karena ada banyak hal yang harus di gapapa-in.' Gak perlu takut buat mulai sesuatu. Kalo kakak yakin sama diri kakak sendiri, pasti bisa. Maaf ya tadi tiba-tiba pergi gitu aja,” sambung pria itu.

Sehabis Kean mengatakan itu, Venn seperti disihir olehnya. Ia takjub akan pria itu dalam menenangkan gadis penakut seperti Venn. Benar kata Atreya, ia harus mencoba dahulu untuk melihat sisi baik dan bijak dari Kean, barulah ia akan merasakan jatuh cinta. Dan Venn sudah terbuai dan mulai merasakan percikan-percikan cinta dari seorang Kean.

— Selesai —

Siapa disini yang udh tau arti sasimo?
Apasih sasimo itu?

Btw, terima kasih sudah membaca karya pertamaku ~

Jangan lupa vote, komen, dan share ya ke teman-teman kalian biar pada baca juga (⁠つ⁠≧⁠▽⁠≦⁠)⁠つ

See you on the next chapter (⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 04, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

GLOSSOPHOBIAWhere stories live. Discover now