Enam

73 41 14
                                    

Pagi ini Venn sudah dibuat pusing oleh dokumen yang berserakan. Dengan keadaan masih memakai piyama tidur berwarna nude, Venn telaten menyusun dokumen itu secara urut.

"Nah sekarang tinggal pap ke ana KIR. Terus suruh mereka dateng cepet," ucap Venn mencari ponselnya itu.

Setelah ponselnya ketemu, ada banyak notif yang muncul di lookscreen. Kebanyakan dari notif itu adalah grup WhatsApp KIR. Namun ada salah satu notif yang mengalihkan pandangan Venn. Notif itu berasal dari

WhatsApp

Ananka<3
Semangat lombanya.

Venn membekap mulutnya agar tidak teriak karena kondisi yang masih terlampau pagi. Karena kalau tidak, bisa-bisa ia di demo oleh warga sekitar. Namun Venn sudah tak kuat lagi untuk menahan kegembiraannya.

"KYAAAA ANAN. PAGI-PAGI UDAH BIKIN MELELEH. ANAN SI HATI BATU TERNYATA BISA SOSWEET JUGA," teriak Venn.

"Venn! Masih pagi udah buat gaduh aja," omel Rinta - Ibu Venn -

"Hehe maaf, Bu." Venn meringis malu, tapi tak apa. Semangat Venn meningkat 5 kali lipat karena disemangati oleh pelipur hatinya.

***

Anan menuruni anak tangga. Sesekali ia merapihkan rambutnya yang berantakan. Sampai di anak tangga terakhir ia melihat kamar Anin yang berada tak jauh dari tempat Anan berdiri. Ia mengernyitkan dahi. Pintu kamar gadis itu tertutup rapat. Tak biasanya gadis itu menutup pintu pagi-pagi. Biasanya setiap pagi Anin membuka pintu lebar-lebar sambil bermain bersama Loni, kucing anggora kesayangannya.

'Kemana ni bocah? Bukannya siap-siap interview,' batin Anan.

Tak ingin berlama-lama disana. Anan langsung menyambar kunci motor yang sedang menggantung di tembok.
Kemudian, Anan menyalakan motor sport abu miliknya dan mengendarainya, membelah jalanan ibukota Jakarta yang masih lengang. Entah karena masih terlalu pagi atau karena sekarang weekend jadi semua orang menikmati liburnya untuk bersantai di rumah.

Setibanya Anan di sekolah, ia disambut oleh teman-temannya yang memakai almamater hitam khas SMA 4 JAKARTA.

"Hormat pada bos besar, grak!" lawak Raldo dengan gaya seperti hormat saat upacara bendera, hal itu membuat mengocok perut semua temannya.

"Udah pada dateng?" tanya Anan.

"Sebagian sih udah," jawab Kevan.

"Oiya anak KIR yang ikut OSIS pada izin soalnya ada lomba," ucap Viyu.

"Udah tau." Viyu yang mendengar respon Anan hanya bisa mengelus dada, sudah biasa.

Semua teman Anan pergi ke ruang kelas yang akan dipakai untuk interview terkecuali Anan. Entah dorongan darimana, Anan pergi ke lapangan.

Sesampainya di lapangan, Ada banyak orang yang berlalu lalang sambil membawa beberapa map dan juga tumpukan dokumen, sudah bisa ditebak kalau itu adalah anak KIR. Mereka sedang bersiap-siap untuk berangkat menuju tempat lomba. Manik mata Anan terlihat sedang mencari seseorang. Dan manik mata itu berbinar kala ia menemukan apa yang ia cari. Anan tersenyum sangat tipis, bahkan semua orang tak tahu bahwa ia sedang tersenyum.

GLOSSOPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang