Empat

56 39 13
                                    

"Lo seriusan gak mau ikut OSIS lagi, Nin?" tanya Ayara lewat sambungan video telepon.

"Enggak, lagian juga bunda gak izinin gue jadi buat apa gue ngikut lagi," jawab Anin.

"Gimana bisa gak izinin lagi? Kan bunda lo, bundanya Anan juga ya seharusnya bunda lo percaya gitu. Pahamkan maksud gue?" tanya Hansa.

"Ya paham lah, lo pikir gue kaya Mahik." Mahika yang sedang termenung menjadi heran, mengapa namanya disebut-sebut.

"Hah?"

"Ngang ngong ngeng ngong, hahahahaha. Ngakak bgt," kelakar Ayara.

"Pliss ga ngerti lagi sama Mahik," ucap Anin.

"Woy udah-udah. Back to topic. Jadi gimana bisa nyokap lo gak izinin lo ikut OSIS lagi?" tanya Hansa.

"Gue nyeritain kalo Anan ngajak OSIS kaya mau ngajak tawuran. Terus kaya masalah yg kemaren seharusnya udah selesai kenapa masih dia bawa-bawa. Dan bunda bilang gausah ngikut lagi. Terus kalo Anan dimarahin, tuh anak pasti diem aja, jawabnya paling iya sama heeh doang. Bunda udah pusing banget kalo ngomelin dia, kepala batu banget dia. Dia dari kecil mana mau disuruh ngalah, pokoknya egois pol." Anin mengatur napasnya karena berbicara terlalu panjang dan cepat.

"Buset, kita nyuruh lo nyeritain soal lo gak diizinin masuk OSIS. Ngapa ujung-ujungnya gibahin kembaran lo?" heran Ayara.

"Hahahaha ya maap namanya juga kesel," canda Anin.

"Obrolannya sampe sini dulu ya gaes. Maaciw. See you tomorrow in the school," pamit Ayara.

Tut tut tut

***

Keesokan hari, Venn tersenyum melihat selebaran formulir rekruitmen OSIS dengan yakin ia masukkan selebaran itu ke dalam tas.

"Huh, bismillah."

Sebuah sepeda berwarna tosca membelah jalanan ibukota. Sang pemilik mengayuhnya dengan hati-hati karena jalanan yang basah disebabkan guyuran hujan semalam. Sepeda tersebut berhenti didepan SMAN 4 JAKARTA.

"Kak Anan!" panggil Venn sambil memarkirkan sepedanya.

Anan yang sedang berjalan menjadi terhenti dan ia menengok ke belakang untuk mencari siapa yang memanggilnya.

'Venn?' batin Anan

"Nih, formulir OSIS udah aku isi." Venn memberi formulir OSIS kepada Anan.

"Pegang. Nanti aja ngasihnya," ucap Anan. Sehabis itu Anan pergi membiarkan Venn sendiri dengan pikiran yang berantakan.

"Tinggal diterima doang apa susahnya sih, heran banget gue. Untung ganteng."

"DOR!"

Venn memegang dadanya, jantungnya hampir saja keluar karena dikagetkan oleh seseorang. Dan seseorang itu adalah

"ATREYA!"

"Hahaha, ya maap namanya juga sengaja. Lagian lo ngapain lagi, bengong di parkiran, bikin merinding tau gak?"

"Btw, tadi lo ngomong sama Anan ya? Ngomong apaan?" lanjut Atreya.

"Iya. Dia Cuma bilang i love you aja sih," jawab Venn.

"Ngada-ngada, gak percaya gue," ucap Atreya.

"Eh, dikit lagi bel. Yuk buruan masu." Venn berlari karena ia tahu Atreya akan terus bertanya-tanya perihal obrolannya dengan Anan.

"Dasar! Awas aja yaaa," teriak Atreya yang tak digubris oleh Venn.

Sesampainya Venn dan Atreya di kelas, mereka dikejutkan oleh Anan dan Panitia Regenerasi OSIS dengan wajah yang masih masam.

GLOSSOPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang