Dua Puluh Satu

56 37 12
                                    

“Bangun-bangun!” Dianara membangunkan para peserta yang 2 jam lalu baru saja tertidur.

“Bangun-bangun! Ganti baju, abis itu ngumpul di lapangan,” perinntah Bei – Teman Dianara yang juga panitia –

Para peserta kompak mengerjapkan matanya. Rasanya baru saja mereka memejamkan matanya, namun sekarang sudah dibangunkan.

“BANGUN-BANGUN! GANTI BAJU. ABIS ITU KE LAPANGAN. KALAU  TERLAMBAT, AKAN PERGI JELAJAH MALAM SENDIRIAN!” teriak Anan dengan menggunakan toa. Sontak para peserta langsung berdiri walau masih terkantuk-kantuk  dan bergegas ganti baju.

Setelah mereka berganti baju, mereka beriringan menuju lapangan. Masih ada beberapa peserta yang masih berganti baju.

“Tolong dong kakak-kakak mentor, tutup mata para peserta pake slayer,” titah Anan.

Kakak-kakak mentor pun langsung menyuruh anak didiknya untuk menutup matanya menggunakan slayer yang sedari tadi terlilit dileher para peserta.

“Aduh, ada yang baru dateng nih, Kak.” Kevan memicingkan penglihatannya pada 2 orang peserta yang berlari-lari mendekati lapangan.

“Kak, enaknya diapain nih?” tanya Raldo.

“Yang baru dateng sini!” tegas Anan memerhatikan kedua orang itu.

“Orang kalo salah tuh biasanya ngapain ya?” Kedua orang itu diam menunduk.

“Minta maaflah,” ucap Piyu.

“Maafin kami, Kak,” ujar salah satu dari kedua orang itu.

“Itu temennya gak mau minta maaf? Sombong banget, udah salah juga.” Dianara mendelik tajam.

Tidak ada jawaban dari seseorang yang dipanggil Dianara. “ANINKA!” Emosi Anan kembali bergejolak melihat saudara kembarnya yang acuh itu.

“Maaf,” ucap Anin.

“Duduk ditempat kelompok kalian,” titah Anan.

Setelah semuanya kembali kondusif, para panitia kembali mengingatkan para peserta untuk menutup matanya. 3 orang panitia tergopoh-gopoh membawa masing-masing seember air penuh. Anan kembali menyunggingkan senyum miringnya.

“Jangan langsung disiram, diciprat-cipratin aja,” bisik pria itu.

Venn dan peserta lainnya terkejut mendapati cipratan air diwajahnya, dan hal itu dilakukan berulang-ulang.

“Bangun! Bangun! Baca-baca. Jangan tidur lagi!” teriak Kevan.

“Gue punya misi ajaib sebelum misi utama kita berjalan,” bisik Anan pada Raldo. Lalu ia membisikkan rencananya itu.

“Anjir, tega lo?” Raldo menggelengkan kepalanya mendengar rencana Anan.
“Engga, udah buruan,” ucap Anan.

๑๑๑

Anin memberontak hebat kala tubuhnya dibopong oleh 2 orang. Saat ia ingin berteriak, mulutnya disumpal oleh slayer miliknya yang sudah dirampas oleh salah seorang yang membawanya.

Byurrr

Tubuhnya dilempar ke kolam renang sekolah. Sesak memenuhi paru-parunya. Ia berusaha untuk mengambil napas, namun tidak bisa. Mengingat ia tak bisa berenang.
Ia meraba-raba permukaan sekitar, dan akhirnya ia menemukan pembatas kolam renang. Ia berusaha sekuat tenaga untuk naik ke permukaan.

Saat ia sudah berada dipermukaan, ia mengatur napasnya yang tersenggal-senggal. Ia juga terbatuk-batuk akibat air yang masuk ke dalam mulut dan hidungnya. Ia menggigil hebat. Bagaimana tidak menggigil? Diceburkan ke kolam renang pada dini hari, coba saja kalian pikir! Ia menatap sekitar, matanya menangkap siluet 2 orang pelaku yang sudah menyeburkan dirinya ke kolam renang. Pelaku itu sedang tertawa dan bertos ria karena misinya berhasil.

GLOSSOPHOBIANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ