Sepuluh

66 38 11
                                    

"Sebagai seorang sahabat, gue bukan ngelarang sahabat gue jatuh cinta. Gue cuma takut sahabat gue cuma disakiti sama orang yang lo cintain."

- Atreya Gheandra -

◍◍◍◍◍

Di dalam kamar bernuansa hitam bercampur abu-abu, seorang lelaki menyesap es kopi susu yang dipesannya melalui ojek online. Sesekali pria itu menggaruk pipinya yang tak gatal seraya membalaskan pesan WhatsApp dari gadis yang menyukainya tahun lalu. Lalu, terselip ide yang membuatnya tersenyum simpul. Jari-jemarinya menari-nari diatas layar ponsel. Kemudian lelaki itu tertawa sumbang, sembari bertanya-tanya 'kenapa ia bisa gila karena gadis yang sering ia bilang lemah itu?'

WhatsApp

Anda

Sorry.

Tadi sore gue kelewatan.

Sorry juga jadi rame beritanya.

Anan tak menyadari bahwa sedari tadi Anin sedang memperhatikan gerak-geriknya yang sangat Aneh, bukan aneh lebih tepatnya gila.

"Lo ngapa, Nan? Kesurupan, kerasukan, apa keracunan?"

Anan membeliak dan kembali menggaruk pipinya yang tak gatal namun memerah menahan malu. Anan sudah seperti maling yang tertangkap basah. Bukan maling ayam ataupun kotak amal masjid, melainkan maling hati Venn.

"Ap-apaan sih lo. Lo da-dari tadi disitu?"

"Iye," jawab Anin.

"Ohhh," ucap Anan.

"Ah oh ah oh aja lo. Ngapain lo senyam-senyum sendiri?" tanya Anin.

"Dih, emang salah kalo gue senyum? Tambah ganteng yang ada gue," balas Anan.

"Bikin merinding yang ada," ujar Anin.

Anan hanya memutar bola malas.

"Si monyet, gue nanya dari tadi!" ketus Anin.

"Kalo gue monyet, lo apa? Bekantan?"

"Lagian gue senyum-senyum sendiri gara-gara kelakuan si Raldo," imbuh Anan.

"Nan, lo belok?" tanya Anin.

"Hah? Dasar bangsat, itu kelakuan Raldo lagi ngelawak woi. Gue belok juga liat-liat kali. Toh gue juga masih suka cewe, apalagi si-

"Venn?" sela Anin.

"Ngada-ngada lo ya. Filter dulu tuh mulut sebelum ngomong. Muka jelek doang di filter, mulutnya kagak!" sindir Anan.

Anin hanya mengedikkan bahu. Anan yang geram pun langsung memelintir bibir Anin dan dihadiahi tatapan tajam oleh korban.

Sebenarnya Anin tahu bahwa Anan senyum-senyum sendiri karena apa dan ia juga tahu Anan berbohong. Pasalnya tak mungkin Anan senyum-senyum sendiri karena ulah Raldo, melihat Raldo melucu saja Anan menatapnya datar.

๑๑๑

Sudah 5 menit Venn menggulingkan badan ke sana-kemari. Ia bingung bercampur senang. Mungkin jika Atreya melihatnya seperti ini, ia sudah diledek habis-habisan dan berbangga diri bahwa keinginannya untuk mendekatkan Venn dengan Anan hampir berhasil.

WhatsApp

Ananka<3

Sorry.

GLOSSOPHOBIAWhere stories live. Discover now