Dua Puluh Tiga

32 29 12
                                    

“Kalian ngapain?!”

Venn dan Kean refleks saling melepaskan rengkuhan dan menjauh beberapa senti. Mereka menatap pria yang baru saja datang.

“Ngapain kalian berduaan di sini?!” tegas pria itu.

“Kak, seandainya kak Venn gak diceburin ke kali, kak Venn gak ada di sini! Gara-gara kakak dan temen-temen kakak, Venn hampir aja gak selamat, Kak!” protes Kean.

Pria itu terbungkam. Tak lama, datanglah Anin dengan baju dan juga celana yang dibawanya. “Ngapain lo di sini?”

“Mau ngetawain Venn gara-gara misi bajingan lo berhasil?” imbuh Anin.

“Apaan si-

“LO YANG APA-APAAN! MISI BRENGSEK LO ITU BIKIN VENN HAMPIR GAK SELAMAT TAU GAK!” potong Anin, membuat suasana di UKS mencekam.

“LO GAK USAH KAYA ANAK KECIL DEH, NAN! LO UDAH GEDE, UDAH DEWASA, UDAH BEDAIN MANA YANG BAIK DAN MANA YANG BURUK!” Anin sangat marah pada saudara kembarnya, ia tak habis pikir dengan jalan pikiran saudara kembarnya itu.

“OTAK LO KEMANA SIH?! KOK GAK DIPAKE? PAKE DONG, NAN! PAKE TERUS OTAK LO. BIAR LO BISA BERPIKIR LEBIH JAUH. KALO MAU BERTINDAK JADI TAU AKIBAT DARI TINDAKAN LO ITU!” Para panitia dan para peserta mulai berdatangan ke UKS karena suara Anin yang begitu menggelegar.

“GUE UDAH CAPEK BANGET ASLI LIAT KELAKUAN LO. KEMAREN GUE PENDEM KEKESALAN GUE. TAPI SEKARANG GUE UDAH GAK TAHAN. INI UDAH KELEWATAN BANGET. DARI KEMAREN TANGAN GUE UDAH  GATEL BANGET PENGEN NAMPAR LO. TAPI GUE TAHAN. KENAPA? YA KARENA GUE NGEHARGAIN VENN. GUE TAKUT LO LAMPIASIN KE VENN!” Anin memijit pelipisnya yang mulai terasa sakit akibat ia terlalu emosi.

“Apa-apaansih lo teriak-teriak gak je-

“LO DIEM AJA YA BANGSAT! LO JUGA SAMANYA KEK KETUA LO,” sela Anin pada Piyu.

“DENGER YA PARA PANITIA YANG TERHORMAT. INI NAMANYA BUKAN LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN! TAPI LATIHAN DASAR KEKERASAN!” Anin semakin menggebu-gebu mengeluarkan emosinya.

“Gue masih berbaik hati buat ngelepasin kalian. Tapi kalo sampe kalian ngelakuin hal macem-macem lagi ke Venn, ke Kean, dan peserta lainnya. Gue gak bakalan tanggung-tanggung buat laporin lo-lo semua Komnas Perlindungan Anak!” Gadis itu menetralisir napasnya yang terengah-engah karena terus berteriak.

“Dah, bubar semuanya!” usir Raldo yang disoraki kekecewaan oleh para peserta.

“Venn mending lo sekarang ganti baju. Oiya, gue masih ada urusan bentar. Lo gak papa ‘kan sendirian?” ujar Anin.

Venn mengangguk lemah. Tangannya bersandar di sisi ranjang UKS untuk berdiri.

“Kuat?” tanya Kean.

“Kuat kok. Oiya, aku minta maaf ya. Gara-gara aku, kamu harus jadi terlibat,” jawab Venn.

Kean memegangi bahu Venn, ia tersenyum manis yang membuat siapa saja pasti akan melebur dibuatnya. “Gak papa, Kak. Aku seneng bisa bantu-bantu kakak. Aku juga minta maaf kalo aku belum bisa bantu banyak.”

“Kean, umm thanks for the hug. Aku jadi sedikit lebih tenang.” Pipi Venn memanas. Sial, kenapa dia yang berbicara, dia juga yang salting?

“Hehehe, it’s okey. Kalo butuh pelukan atau sandaran, panggil aku aja,” ujar Kean.

Ah, Venn melupakan sesuatu. Ia harus ganti baju sekarang. Badannya mulai terasa hangat. “Kean, aku ganti baju dulu ya.” Lalu ia berlari meninggalkan Kean yang mematung karena tingkah gemas gadis itu.

Sesampainya Venn di kamar mandi, ia tak menemukan siapa-siapa selain seorang gadis yang sedang mencuci tangannya di wastafel.

“Kamu Venn ya?” tanya gadis itu.

Venn mengangguk. Tangan gadis itu terulur untuk berjabat tangan.

“Gue Ayara, temen Anin.” Lalu mereka saling bersalaman dan saling melempar senyum.

“Lo gak papa ‘kan? Gue denger-denger lo diceburin ke kali sama kak Piyu,” tanya Ayara.

“Iya. Tapi gue gak papa kok,” jawab Venn.

“Mereka jahat-jahat banget ya.” Ayara bergumam pelan, namun masih bisa didengar oleh Venn.

“Gue ganti baju dulu ya.” Venn memasuki salah satu bilik khusus ruang ganti. Setelah dirasa Ayara sudah pergi, barulah Venn menangis sejadi-jadinya di dalam kamar mandi. Ia membekap mulutnya sendiri agar tak mengeluarkan isakan-isakan yang lebih kencang.

“Nan, kenapa harus lo? Dan kenapa harus gue? Gue secinta itu sama lo, tapi lo kenapa begini?” lirih Venn.

๑๑๑

Venn sedikit merapikan bajunya, ia melihat jam dinding yang terletak di depan pintu kamar mandi. Sudah jam 05.30 ternyata. Venn menguap, ia sangat lelah dan kantuk mulai menyerang. Tak mau menunggu lama-lama, ia pun berlari menuju kelas yang ditempati kaum perempuan. Di sana banyak sekali teman-temannya yang sedang berbaring, ada juga yang merumpi, ada juga yang tertidur.

Venn melangkahkan kaki ke tempat tas-nya berada. Ia mengambil tas-nya, menaruhya di lantai, dan menggunakan tas-nya sebagai bantal. Baru saja ia ingin memejamkan matanya, namun seseorang memanggilnya.

“Venn.” Mau tak mau Venn kembali bangun. Dilihatnya Anin, Atreya, dan teman-temannya sedang melingkar.

“Sini gabung,” ajak Anin. Ah, apa Anin tak melihatnya tadi Venn sedang apa? Apa ia juga lupa bahwa Venn habis diceburkan ke kali?

Dengan langkah gontai, ia berjalan ke tempat mereka.

“Sumpah ya, tuh panitia pada bawa otak gak sih?” cibir Atreya.

“Iya anjir, masa disuruh makan bawang putih. Gak jelas banget. Mana nyawa gue diambil,” tambah Ayara.

“Lo pada gak tau ‘kan kalo balon air itu diambil terus dipecahin di atas pala Venn?” ujar Anin.

“Lo pada juga gak tau ‘kan kalo yang diceburin ke kolam renang itu gue?” imbuh Anin.

Semua teman-temannya memasang wajah terkejut.

“Bener-bener gila tuh panitia!” geram Hansa

“Bukan gila lagi. Udah kelampau stress malah. Tapi sejauh ini, Venn yang paling parah. Dia juga diceburin ke kali.” Anin menatap nanar Venn, namun Anin merasa ada yang aneh dengan gadis itu.

“Venn, lo abis nangis?” Anin mengangkat dagu Venn. Di sana Anin juga menemukan luka akibat dicengkeram kuat oleh Anan. “Venn, lo juga luka!”

“Gue ambil obat merah dulu.” Venn mencekal tangan Anin yang sudah setengah berdiri.

“Nin, gak usah. Gu-gue gak papa kok.” Venn menarik Anin untuk duduk kembali, lalu gadis itu memeluk Anin dan menangis di sana. Anin tak tinggal diam, ia mengusap pelan punggung Venn yang bergetar.

“Venn, kalo lo udah tenang, ceritain semuanya ke kita.”

______________________________________________

Untuk kalian yang lagi gak baik-baik aja. Tetep semangat oke? Dunia akan terus berjalan meski kalian sedang rapuh.

Fighting! And stay healthy ( ◜‿◝ )♡

Terima kasih sudah mau baca cerita pertamaku ✨

Vote, komen, tambahkan ke perpustakaan kalian dan share juga ya ke teman-teman kalian, kalau suka 🤎

— Papat

GLOSSOPHOBIAWhere stories live. Discover now