Dua Belas

40 39 1
                                    

Rasa sayang mah gak usah diungkapin. Percuma diungkapin doang, perbuatan sayangnya gak ada.
- Aninka -

Happy reading 🌹

________________________________________________

"Mampus gue!" Venn masih setia melebarkan matanya dan sesekali menguceknya. Apa ia salah melihat bahwa namanya tertera di papan tulis sebagai Kandidat Ketua OSIS dan Wakil Ketua OSIS Periode 19/20? Sepertinya tidak, ia sedikit melirik sahabatnya dan sahabatnya juga tak kalah kaget dengannya.

"V-venn?"

"Kalian udah telat, sekarang malah bengong! Udah sana duduk!" titah Anan.

Venn dan Atreya mengangguk lemah dan berjalan menuju tempat duduk yang kosong.

"Jadi, yang kepilih jadi kandidat Ketua OSIS dan Wakil Ketua OSIS periode 19/20 ada Shalenna Reane, Nazea Xanne, Venndriana Avicenna Miseza. Untuk calon Wakilnya ada Keananta Ghebasta, Feksa Philda, dan Cheva Afianti. Bagi yang namanya saya sebut tadi, jangan pulang dulu." Anan menyapu pandangan ke semua orang yang ada disana. Tatapannya jatuh kepada seseorang dengan sorot mata yang tersirat akan kebencian.

"Oh ternyata kembaran lo masih dendam gara-gara masalah yang kemaren?" tanya Kartha pada Anin.

Kemudian Anin menghela napas panjang. "Hh, dia mah emang gitu. Gue udah capek banget ngadepin dia. Kayanya dibawa ke orang pinter juga, orang pinternya yang kena mental."

"Sebagai penutup, saya ucapkan selamat lagi bagi yang lolos calon Anggota OSIS. Semoga kalian bisa memegang amanah ini dan bisa solid. Terima kasih sudah menyempatkan hadir dalam rapat kali ini. Kalian boleh pulang," terang Anan.

Beberapa peserta sudah meninggalkan ruangan itu, hingga tersisa Anin, Kartha, dan anak-anaka yang tadi Anan sebutkan. Lalu Anin berjalan menuju Anan, lalu menarik kerah anak itu.

"Akh! Apa-apansih lo! Lepas gak?!" titah Anan, namun tak diindahkan oleh kembarannya.

"Gue mau ngomong sama lo!" Anin belum melepaskan Anan dari cengkeramannya.

"Lo tolol apa gimanasi?! Lepasin dulu. Kalo begini, gimana ngomongnya!"

Lalu dengan sengaja Anin membanting tubuh saudara kembarnya itu hingga terbentur ke tembok.

"Sialan! Sakit bego!" bentak Anan.

"Terus? Gue peduli?" Bukannya menolong saudara kembarnya yang tersungkur karena ulahnya, ia malah pergi meninggalkan saudara kembarnya yang kini sudah terbakar emosi. Untung saja para calon anggota OSIS sudah pulang. Kalau tidak, sudah pasti ia akan merasa malu.

Diam-diam Venn memerhatikan Anan di tempat duduknya. Terukir jelas rasa khawatir Venn pada Anan. Ingin rasanya ia menghampiri pria itu, lalu menanyakan keadaannya. Namun ia urung melakukan itu, karena takut Anan melampiaskan emosi padanya. Tiba-tiba Anan membalas tatapannya. Tatapan yang sangat sulit untuk diartikan. Entah benar atau hanya perasaan Venn saja, tatapan itu seperi menjelaskan bahwa Anan baik-baik saja.

"Gue ngurus kembaran gue dulu." Anan berlari mengejar saudara kembarnya yang mungkin saja sudah pulang.

๑๑๑

"Ck! Dimana sih lo!" Sudah 10 menit Anan mencari saudara kembarnya. Mau bertengkar sehebat apapun mereka, Anan masih ada rasa khawatir terhadap kembarannya itu. Sebenarnya mereka saling menyayangi satu sama lain, namun mereka gengsi untuk mengungkapkannya. Mereka lebih memilih mengungkapkannya lewat perbuatan atau saling tolong menolong. Daripada harus mengungkapkannya, itu akan lebih menggelikan menurut Anin.

GLOSSOPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang