Dua Puluh Sembilan

45 15 15
                                    

“Siapa Venn yang kepoan?” Venn memegang dadanya yang terkejut akibat Atreya. Ternyata ia lupa untuk mematikan sambungan telepon mereka.

“Lo yang kepoan.”

“Ish, Venn. Serius gue.” Atreya merengek.

“Udah ya, gue tutup telponnya. Bye!”

“Venn jaw-

Tut

Venn menahan tawanya, sudah pasti sahabatnya itu akan mencibirnya dan sahabatnya itu akan mendiaminya saat sekolah sampai Venn menjawab pertanyaan yang belum dijawab.

Ah, ia jadi lupa untuk menjawab pesan WhatsApp dari Anan. Kemudian gadis itu membuka ponselnya.

“Dah, tinggal kirim deh. Bodoamat dia mau marah kek. Gak peduli gue.”

Setelah itu ia menata bantal dan guling miliknya. Ia merentangkan kedua tangannya ke udara. Dan bersiap-siap untuk tidur.

๑๑๑

Sudah setengah jam Anan memandang layar ponselnya. Sesekali ia berdecak karena seseorang tak kunjung membalas pesan WhatsApp-nya.

“Gak usah sok slow respon deh lo. Biasanya juga langsung bales WA apalagi ini gue.”

“Sialan lo! Apa jangan-jangan dia salting dulu kali ya gara-gara gue yang WA? Secara ‘kan gue cinta pertamanya di SMA gitu.” Anan menyugarkan rambutnya kearah belakang.

Ting

Anan tergesa-gesa mengambil ponselnya saat mendengar notifikasi WhatsApp. Ketika melihat seseorang yang ia tunggu sejak tadi membalasnya, ia langsung loncat dari atas kasurnya. Lalu saat ia membuka pesan itu, ia tercengang melihat jawaban dari seseorang itu.

Diagram Venn

Maaf ya, Kak.
Bukannya gimana-gimana.
Tapi ini bukan urusan kakak.
Lagian kan OSIS udah bukan kakak lagi yang megang.
Kakak mending fokus ujian aja.
Sekian, Kak. Makasih. Dan maaf.

“Anjing! Berani banget tuh bocah bilang gitu! Awas aja lo besok!” Dada Anan naik turun. Tangannya juga mengepal. Ia merasa dongkol dengan jawaban Venn. Ia tak sangka bahwa gadis itu akan menjawabnya seperti itu. Segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, termasuk ekspektasi.

“Lo ngapa cemberut gitu?” tanya Anin yang menyelonong masuk ke dalam kamar Anan.

Anan malas menjawab, membuat saudara kembarnya berdecak.

“Gak jelas lo mah! Paling juga gara-gara Venn ‘kan?”

“Kepoan amat lo jadi orang.”

๑๑๑

“Rey, udah dong ngambeknya. Baikan yu. Masa mau diem-dieman begini?” Venn membujuk rayu sahabanya karena kejadian semalam.

“Semalem siapa yang WA lo? Yang lo bilang kepo?” tanya Atreya masih dengan raut wajah yang  ditekuk.

“Ohh itu hmmm, anu. Sodara gue nanya-nanya gitu soal sekolah. Gak jelas dia mah. Orang nya suka iri gitu,” ucap Venn berbohong.

“Ohh gitu,” ujar Atreya.

“Nah udah kan. Mending lo sekarang temenin gue ke toilet. Yuk,” ajak Venn.

Dipertengahan jalan menuju toilet, tiba-tiba Anan and the gang baru saja keluar dari kelasnya. Dan toilet berada di sebelah kelas Anan. Venn menghentikan jalannya. Melihat Venn yang berhenti tiba-tiba, membuat Atreya ikut berhenti.

GLOSSOPHOBIAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt