Tiga Belas

48 41 3
                                    

Suasana canggung menyelimuti Anan dan Venn yang tengah berjalan di lorong kelas. Setelah kejadian Venn memergoki Anan yang berpelukan dengan Zevana, Anan langsung menyuruh Zevana pulang karena dirinya masih banyak kerjaan. Lalu Anan menghampiri Venn, dan Venn beralibi Anan dipanggil oleh panitia yang lain padahal Venn ke sana untuk memastikan keadaan Anan. Apakah ia baik-baik saja? Bucin sekali memang.

Mereka akhirnya sampai di ruang kelas X MIPA 2. Mereka disambut tatapan aneh oleh orang-orang yang berada di sana.

"Ekhem, pangeran berhati batu mulai terkikis," goda Raldo.

"Aduh panas banget ya disini, gak ada AC apa ya?" timpal Viyuna. Viyuna terlalu fokus untuk menggoda Anan, hingga ia tak tahu bahwa ruangan itu sudah terpasang 2 AC.

"Para kandidat, silakan maju. Kita bakalan ngocok nama-nama pasangan kandidat." Anan berusaha untuk tak memedulikan godaan dari sahabat-sahabatnya itu.

"Pepet teross bosssque," bisik Raldo pada Anan.

Anan menghela napas panjang, butuh tenaga dalam untuk menghadapi sahabatnya yang satu ini. "Diem atau gue penggal leher lo?"

Mendadak nyali Raldo menciut.

"Oke kita mulai ya." Anan mulai memberikan gulungan kertas kecil yang berisi nama mereka. Untuk calon Ketua OSIS akan mendapatkan nama-nama dari calon wakil Ketua OSIS, begitu juga sebaliknya.

"Nanti bukanya barengan ya," titah Kevan.

"1, 2, 3. Silakan buka kertasnya," tambah Kevan.

Venn membuka gulungan kertas tersebut dan ia mendapatkan nama Keananta. Ohh iya, kalau kalian mau tahu, Keananta adalah sekretaris di ekstrakuliler KIR.

"Shalen, kamu dapat siapa?" tanya Anan.

"Cheva, Kak."

"Venn?"

"Keananta, Kak."

"Oke, berarti Nazea dapet Feksa," ucap Anan.

Kemudian Anan menyuruh Dianara untuk menulis paslon-paslon tersebut di papan tulis.

KANDIDAT KETUA OSIS DAN WAKIL KETUA OSIS PERIODE 19/20

PASLON 1: SHALENNA REANE & CHEVA VALENSYA

PASLON 2: VENNDRIANA AVICENNA MISEZA & KEANANTA GHEBASTA

PASLON 3: NAZEA XANNE & FEKSA PHILDA

"Oke, nanti akan ada poto untuk poster. Pake putih abu-abu, bawa almet OSIS nya," pesan Anan.

"Lusa ya jam 9. Jangan sampe gak hadir loh," imbuh Raldo.

"Siap, Kak." Semuanya kompak menjawab.

"Oke, kalian boleh pulang. Makasih udah nyempetin waktunya. Semoga kalian bisa jaga amanah ini dengan baik," ucap Anan.

Para kandidat mulai meninggalkan ruangan itu. Namun masih ada seseorang yang masih stay di bangkunya.

Venn teringat satu hal, Anin. Tadi di lapangan kedua ia hanya melihat Anan dan tentunya Zevana. Ia sama sekali tak melihat Anin. Di mana gadis itu sekarang? Venn harus berbicara kepadanya mengenai kandidat Ketua OSIS ini. Ah, ia baru ingat. Kenapa ia tak menanyakannya pada saudara kembarnya saja? Kemudian ia menghampiri Anan.

"Pasti lo mau nanya gue tentang kembaran gue 'kan?" tebak Anan yang diangguki oleh Venn.

"Gue saranin sih mending lo jangan nemuin dia dulu." Dahi Venn berkerut, tak mengerti maksud Anan.

Anan menghela napas panjang. "Gausah nemuin dia dulu. Takutnya dia malah makin marah sama lo. Dia pasti sekarang lagi gak mood banget. Jadi gausah ditemuin dulu."

GLOSSOPHOBIAWhere stories live. Discover now