16

6.9K 682 113
                                    

Kakinya diayunkan ke depan dan ke belakang sedangkan kepalanya menunduk kesal. Isi kepalanya terus terngiang-ngiang perkataan Yibo malam hari. Sore ini biarlah cahaya mentari menguning menemaninya hingga gelap.

"Sialan! Lebih baik aku di panti saja. Lumayan bisa baku hantam dengan Guocheng."

Gerutunya, Xie Yun baru pulang sekolah. Kini dia duduk di halte bus. Menunggu bus yang akan datang di kloter selanjutnya. Xie Yun sudah hapal jadwal busnya karena memang dia dari kecil sering menaikai kendaraan umum itu dengan temannya di panti.

Yang pasti sekarang dia enggan pulang, dia tidak mau membuat Yibo semakin jengkel. Itu malah membuatnya ikut kesal.

Tengah sibuk dengan pikirannya, seseorang menepuk bahunya. Lantas dia menengadah.

"Kau Xie Yun kan?"

"Paman Kuan?"

Nah, sama-sama melempar pertanyaan. Awalnya Kuan tidak yakin jika itu anak angkat Yibo, tapi jika dilihat memang benar. Haikuan pernah bertemu beberapa kali ketika mengantar dokumen ke apartemen Yibo.

"Kenapa tidak pulang?"

"Maksud paman jalan kaki?"
Jawab anak itu dengan pertanyaan kembali.

Oh iiya, busnya belum datang. Tapi yang Haikuan ingat anak ini memiliki sopir. Tapi kenapa justru berada di halte?

"Paman Song tidak menjemput?"

"Karena aku memang memakai bus, Paman. Kau sendiri mau pergi kemana?"

Sangat sopan, Haikuan tersenyum. Anak ini kadang sangat menjadi sopan tapi juga sangat menyebalkan. Haikuan memilih duduk di samping Xie Yun.

"Semalam aku dengar Zhan masuk rumah sakit. Jadi aku ingin menjenguk. Lalu melihatmu disini."

Xie Yun kembali menghela napas, itu lagi. Semakin merasa bersalah karena membuat Zhan masuk rumah sakit.
"Oh"

Hembusan gusar napasnya dapat didengar Haikuan, lelaki itu kembali berbicara.

"Yak, lebih baik pulang dengan Paman."

Anak itu menatap Kuan, lalu menggeleng. Xie Yun lebih tepatnya tidak mau pulang. Dia masih betah di halte.

"Tidak usah. Aku naik bus saja."

"Akan lebih baik kau bersama paman."

Kuan sangat yakin ada yang tidak beres, juga pandangan Xie Yun kentara akan gundah gulana. Akhirnya Kuan bisa memaksa Yun untuk mengungkapkan isi hatinya.

"Hah. Sejujurnya aku tidak mau pulang. Paman lebih baik duluan saja."

"Kenapa kau tidak ingin pulang?"
Semakin penasaran, dia mencecar pertanyaan lagi.
"Paman Kau sangat cerewet."

"Dasar berandalan. Tidak ada sopannya dengan orang tua." dengus Kuan.

Lalu si bocah tetap pada pendiriannya. Lebih baik sendiri di halte sampai nanti benar-benar ingin pulang. Bahkan di panti sudah sering Yun keluyuran keluar jauh.

"Intinya aku tidak mau pulang."

Kuan memiliki ide untuk meng
"Mau cerita?"

"Tidak"

"Tck. "
Haikuan berdecak kesal. Tubuhnya dihadapkan ke depan dan menyandarkan punggung lebarnya ke sandaran kursi tunggu. Dinginnya besi itu bisa menembus blazer tebalnya. Bagaimana dengan bocah itu yang sejak tadi hanya diam di sini dengan seragam dan jaketnya.

Kenapa menjadi cerita yang menyedihkan? Haikuan kira ini akan terus gila ceritanya. Ternyata anak itu bisa juga melankolis.

"Aku ingin kembali ke panti."
Celetuk tiba-tiba. Yun tiba-tiba teringat kamarnya. Jadi membayangkan kamarnya biru laut itu mungkin sudah dipakai anak baru.

Me To You (YIZHAN) ✔Where stories live. Discover now