Part 30. Kenikmatan berujung murka 💕

59 13 1
                                        


Howlaaaa....
Seminggu lebih gak up 😔
Otak gabisa diajak kompromi, hari ini beru selesai nulis.

Btw, A C E R bakalan ganti judul nih.
Pun bakalan ganti cover juga.

Awalnya bakalan buat ini cerita dengan konflik ringan aja, tapi gabisa 😔 kulebih suka yang berat, kaya kalian yang berat banget kalo disuruh votmets 😭

Ada sedikit adegan 🔞, yang gak suka atau jijian silakan skip aja 😌
Walau kutahu kalian pasti baca, yekan 🙂

Happy Reading.....

Part 30....

Abi mengeratkan pelukannya pada lutut, angin yang berhembus dari jendela membuat bulu-bulu Abi berdiri karena merinding. Ia membenamkan wajahnya seraya memeluk lutut.

Perasaan Abi tak menentu, di satu sisi ia takut, tapi satu lagi ia senang. Sentuhan yang Ramon berikan tadi masih membekas jelas diingatannya.

Saat kesalahan itu hampir terjadi, suara bel menghentikan.  Entah Abi harus senang atau sedih, tapi sentuhan Ramon membangkitkan suatu keinginan yang ia sendiri tak tahu.

Abi semakin membenamkan wajahnya di antara lutut kala suara pintu terbuka, disusul langkah kaki menghampirinya.

Abi mengangkat wajah saat merasakan usapan di kepalanya. Senyum hangat nan menenangkan Ramon yang pertama ia lihat.

"Ra-Ramon... " Abi berhambur memeluk Ramon. Tangisnya pecah, terisak diperlukan Ramon.

"Abi kenapa nangis?" gumam Ramon pelan, mencium puncak kepala Abi.

"Enggak tahu, tapi Abi sedih," lirih Abi.

Ramon mengusap punggung Abi, menenangkannya. Lima belas menit berlalu, tangis Abi reda. Ramon mengajak Abi makan karena makanan pesanan mereka sudah sampai.

Mereka makan dalam diam. Terua begitu hingga selesai.

"Abi?" Abi yang tengah minum menoleh, meletakkan kembali gelas di meja.

"Aku minta maaf," tutur Ramon.

"Aku hampir melewati batas, aku harusnya bisa tahan nafsu aku. Aku minta maaf Abi," sambung Ramon. Ia tertunduk, raut menyesal kentara di wajahnya.

Usai makan, perasaan Abi sedikit membaik. Sebelah tangan Abi terangkat, mengusap pipi tirus Ramon. Ia memaklumkan, Ramon laki-laki normal. Itu yang Abi kecamkan di hatinya. Ramon tak bermaksud seperti itu, Ramon baik.

"Gak papa. Abi maafin," ucap Abi.

Ramon tersenyum. Ia menggenggam tangan Abi di pipinya. "Pengen peluk Abi," pinta Ramon.

Abi tertawa, tak urung menuruti kemauan Ramon. Memeluknya.

"Abi?"

"Iya, Ramon?"

"Apa yang aku lakuin tadi, jangan bilang sama siapa pun, ya? Apa lagi sama daddy kamu,"

Abi mengangguk. "Iya."

*****

"Aammpp..."

Baru satu langkah Abi melewati pintu toilet, seseorang tiba-tiba membekap mulutnya. Abi berontak mencoba melepaskan diri, tapi ia kalah tenaga.

Abi memukul tangan yang membekap mulutnya. Tapi tangannya malah ditahan, ia ditarik ke taman belakang sekolah yang sepi.

Saat bekapan dimulutnya dilepas, Abi berbalik hendak memukul orang itu. Tapi tangannya terhenti diudara.

I'm YoursWo Geschichten leben. Entdecke jetzt