Part 31. Abi Sayang Daddy💕

37 11 1
                                        

Holaaa... 
Selamat malam semua...
Walau telat, tapi tetap mau ngucapin...
HAPPY NEW YEAR 🥳🥳🥳

Awal yang baru, mulailah memperbaiki diri. Ingat, masa depan tak bisa dicapai dengan rebahan.

Coba komen Hal apa yang sangat berkesan di tahun 2021 lalu?

Dan harapan kalian ditahun 2022 ini?

Happy Reading!!!...

Part 31.

Mempunyai anak laki-laki memang sebuah kebanggaan, tapi memiliki anak perempuan adalah kebahagiaan tak terkira terlebih bagi seorang ayah. Ayahlah yang akan menjadi cinta pertama putrinya, ayahlah yang akan menjadi perisai untuk putrinya dari kerasnya dunia, dan ayahlah yang paling sakit hatinya kala gagal mendidik putrinya.

Itu pula yang All rasakan sekarang. Ia merasa gagal menjadi ayah untuk putrinya. Ia gagal menjaga Abi dari pergaulan yang tak seharusnya. Membuat putrinya salah memilih laki-laki yang malah menjerumuskan Abi dalam sebuah pergaulan bebas.

Hari itu, tepatnya seminggu lalu saat All memergoki tanda dileher Abi, hingga membuat Abi terkena amukan All. Abi sendiri sudah menjelaskan semua, dan berkata ia dan Ramon belum sampai pada tahap itu. Hampir memang.

Dan semenjak hari itu pula All memgasingkan diri disebuah vila milik keluarganya setelah menghajar Ramon hingga masuk rumah sakit. Ressi sendiri datang setiap hari agar All tak merasa sendiri. Tak menginap, karena ia pun harus menjaga Abi.

All memejamkan mata, menikmati hembusan angin sore di balkon kamar. Vila ini terpencil, dikelilingi pepohonan rimbun. Sangag cocok untuk memenangkan diri disini.

All membuka mata kala sebuah tangan menyusup memeluk pinggangnya. All melepas pelukannya, berbalik dan wajah dengan senyum manis nan menenangkan Ressi membuat perasaannya sedikit membaik.

"Kamu ngapain disini?" Ressi bertanya.

Tersenyum tipis, All menggeleng pelan, "Gak ngapa-ngapain. Cuma meratapi nasip aku yang gagal jadi ayah buat Abi."

Ressi cemberut mendengarnya. Ia mengusap pipi All. "Gak boleh ngomong gitu! Kamu udah jadi ayah terbaik buat anak-anak. Cuma memang dunia ini keras, salah pergaulan dikit aja, terjerumus sudah dalam lubang hitam penuh dosa. "

Ressi memegang pagar balkon. Menghirup udara dalam, lalu menghembusnya. Berharap dengan itu rasa sesak didada dapat terobati. Ia pun kecewa dan sakit hati. Ia hanya ibu yang terlalu menyanyi putrinya itu.

All melingkarkan tangannya dipinggang Ressi. Meletakkan dagunya dibahu Ressi. Menikmati senja dalam keheningan

Lima belas menit dalam keheningan, Ressi memutuskan  buka suara.

"Sayang,"

"Hm?"

"Kamu gak mau ketemu Abi? Aku sedih lihat Abi murung terus. Abi butuh kamu, butuh ayahnya."

All bergeming. Tak berniat membalas ucapan Ressi. Biarlah dia tenangkan dulu hatinya disini. Belum siap untuk  melihat Abi lagi, karena itu membuat rasa bersalah menyeruak dalam dada karena tak menjadi ayah yang baik.

"All?"

All membuang nafas gusar. "Aku... Belum siap," turur All.

"Aku butuh waktu. Melihat Abi membuat dada aku sesak. Aku kecewa, tapi ini juga salah aku yang gak tegas atas pergaulan Abi," sambung All.

"Aku sayang Abi. Dan sayang aku ke Abi gak akan pudar walau sekecewa apa pun aku."

****

Abi menatap hampa jendela rumah sakit yang terkana rintik gerimis. Cuaca mendung dan sesekali kilat guntur memenuhi langit. Seakan mengejek suasana perasaan Abi yang juga mendung.

I'm YoursDonde viven las historias. Descúbrelo ahora