6. Kebenaran Terungkap

1.2K 105 11
                                    

Sukai sewajarnya dan bencilah sewajarnya, akan tetapi kalau bisa jangan terlalu membenci karena itu tidaklah baik!

Happy reading ☺️
.
.
.
.
.
.
.

"Assalamu'alaikum," salamnya ketika memasuki area pemakaman.

Seorang wanita berbalut gamis berwarna army melangkahkan kakinya menuju sebuah makam di dekat pohon kamboja. Ia tersenyum kemudian berjongkok di samping makam itu.

"Apa kabar, Der?"

"Aku rindu."

"Kamu jahat banget sama aku. Di saat aku terpuruk, kamu tidak berada di sisiku. Ibuk sama Bapak nggak ngerti dengan perasaanku, Der."

"Hiks, kamu jahat banget!"

"Hahaha, mungkin sekarang kamu sedang tertawa jika aku bercerita masalah percintaan denganmu, karena kamu nggak pernah percaya dengan kisah cintaku yang rumit ini."

"Sekarang aku harus ikhlas dan selalu tersenyum seperti yang pernah kamu katakan padaku sebelum kamu menghembuskan napas untuk yang terakhir kali. Kamu banyak mengajarkan aku tentang arti kehidupan, kamu tempatku berbagi suka maupun duka, kamu yang selalu sabar menghadapi tingkahku yang nggak jelas ini, kamu yang selalu marah jika aku pulang terlambat, dan kamu yang mendukung apa pun yang aku suka tentang India. Terima kasih, terima kasih banyak, Bang Derris. Semoga kamu tenang di sana." Ucapnya panjang lebar dan setelah itu ia mendoakan abangnya.

Setelah mengunjungi makam almarhum abangnya itu, Rindi pulang ke rumah. Ia sendiri sekarang, karena Novan pergi entah ke mana.

Rumah Abi

"Kamu salah, Van."

"Tidak seharusnya kamu begini. Jika ada masalah dalam rumah tangga itu wajar, dengan kamu pergi dari rumah seperti ini, itu yang tidak wajar," jelas Umma Sulistiana, Umma Novan.

"Tapi Umma, Rindi seperti menyembunyikan sesuatu. Sepertinya ia belum bisa melupakan masa lalunya," balas Novan.

"Kamu sudah bicara baik-baik dengan dia?" Tanya Umma seraya mengusap pucuk kepala putranya.

"Dia tidak menjawab," jawab Novan.

"Dia butuh waktu, Van. Seharusnya kamu sabar dan biarkan dia sendiri dahulu!"

"Umma ...,"

"Novan, kita tidak akan pernah tahu masalah seseorang jika dia tidak bercerita. Jika Rindi tidak mau menceritakan masalahnya, biarkan saja, mungkin itu benar-benar membuatnya sedih sehingga ia tidak dapat bercerita. Ada masalah yang bisa dibagi dan ada pula masalah yang harus dipendam sendiri dan tidak ada yang boleh mengetahuinya kecuali ia sendiri yang mau berbagi."

"Tugas kamu seharusnya berada di sampingnya, menguatkan, dan memberikan semangat padanya, bukan malah kabur seperti ini. Kamu sudah dewasa, kan? Seharusnya kamu tidak bersikap demikian!" tutur Umma panjang lebar.

"Maaf, Umma. Umma benar, Novan seharusnya tidak seperti ini."

"Tapi, jika itu adalah kekasih Rindi yang tidak akan pernah ia lupakan dan karenanya hubungan kami tidak pernah berjalan dengan baik, bagaimana?" Tanya Novan seraya mengerucutkan bibirnya.

"Astaghfirullah, jangan asal bicara kamu!" Umma menepuk pelan pipi putranya.

"Ya, gimana lagi, Umma?" rengeknya.

"Jangan suudzon dulu, bicara baik-baik sama Rindi, selesaikan masalah kalian dengan kepala dingin. Jangan asal menyimpulkan sesuatu!"

"Sekarang kamu balik ke rumah kamu!" titah Umma.

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Where stories live. Discover now