Double Date

534 45 16
                                    

Terlihat seorang laki-laki tampan sedang membenarkan rambutnya di depan cermin, sesekali ia memainkan kumis tipisnya dan terkekeh pelan.

Bugh

Laki-laki itu menoleh karena punggungnya dilempar boneka beruang putih oleh seseorang, "Gantian!"

Laki-laki itu hanya tersenyum dan melanjutkan aktivitasnya.

"Woy, Om! Gantian dong!" teriak Rindi.

"Saya mau benerin hijab nih,"

"Ya udah, sini!"

"Anda geser dulu dong!"

"Iya,"

Setelah Novan sedikit bergeser menjauhi cermin, barulah Rindi melangkah maju ke situ. Ia mulai membenarkan hijabnya yang sedikit meleyot. Aktivitasnya tak luput dari pandangan Novan, kemudian ia mendekat dan memeluk sang istri dari belakang, "Maa syaa Allah, cantik, tapi saya nggak suka,"

Rindi menoleh dan mengangkat sebelah alisnya, "Kok gitu, bukannya senang punya istri cantik?"

"Hm, tapi cantiknya harus buat saya doang," sahut Novan yang membuat Rindi memajukan bibir bawahnya.

"Lihat itu!" pinta Novan seraya menunjuk pantulan dirinya di cermin, "tampan sekali bukan?"

"Dih, pede sekali Om-Om satu ini ya?" ejek Rindi.

"Saya bukan Om kamu!"

"Siyi bikin Im kimi!" cibir Rindi menirukan gaya bicara Novan.

Tak terima dengan ejekan sang istri, Novan mulai menggelitiki Rindi dan membuat perempuan itu mengadu kegelian, "Geli, Om! Hahah, udah-udah!"

"I-iya, maaf. Nggak diulangi lagi kok,"

"Geli ih, udah dong!"

"Bilang dulu kalau saya ganteng!" pinta Novan yang masih menggelitiki Rindi.

"Gak mau, ahahah," tolak Rindi masih mencoba menghentikan aksi Novan.

"Kalau gitu nggak akan saya akhiri ini," ancam Novan.

"Jangan dong! Geli tau,"

"Om, udah dong!"

"Iya-iya saya bilang,"

Novan menyunggingkan senyumnya tetapi tangannya masih betah untuk menggelitiki Rindi.

"Om jelek, eh... ganteng maksudnya,"

"Udah kan ya?"

"Nggak ikhlas gitu bilangnya," timpal Novan.

"Ih, banyak mau deh!"

"Ulangi coba!"

"Iya-iya. Tuan Novan Maulana Affandi yang terhormat dan rajin menabung, Anda tampan sekali, berhenti gelitiki saya ya, geli tau!"

Novan menghentikan aksinya kemudian menatap Rindi, "Benarkah itu Nona Rindiana Sativa?"

"Iya, benar sekali, Tuan. Anda memang sangat tampan, bahkan pangeran Arab pun masih jauh... jauh lebih tampan daripada Anda maksudnya. Kabuuur...," ucap Rindi kemudian berlari untuk menghindari amukan Novan.

"Rindi...,"

"Awas kamu ya," teriak Novan diiringi seringaian di bibirnya.

Sampai di depan rumah, tiba-tiba Rindi teringat akan sesuatu, "Sebentar,"

"Apa lagi?"

"Bentar, Om!" teriaknya sambil berlari masuk ke rumah lagi. Setelah kembali, Novan dibuat terkejut dengan penampilan Rindi sekarang.

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang