Pembunuh!

643 66 11
                                    

Sukai sewajarnya dan bencilah sewajarnya, akan tetapi kalau bisa jangan terlalu membenci karena itu tidaklah baik!

Happy reading ☺️
.
.
.
.
.
.
.

Novita menggertakkan giginya kala melihat seorang perempuan yang tengah duduk di sebuah taman dengan tatapan yang fokus pada ponselnya, sesekali ia menggumamkan sesuatu tetapi Novita tak mendengarnya. Ia menghampiri perempuan itu dengan amarah yang siap meledak.

Plak

Novita menampar perempuan itu dengan tega dan membuatnya terkejut bukan main.

"Kenapa? Sakit?"

"Itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang kamu torehkan kepada Teh Rindi. Tega kamu!"

Perempuan itu bangkit dari duduknya dan tak berani menatap manik mata Vita. Vita sungguh menakutkan jika sedang marah seperti ini. Tatapannya mengintimidasi, tangannya terkepal kuat dan siap melayangkan pukulan demi pukulan untuk memberi pelajaran kepada orang yang telah menyakiti hatinya maupun orang yang ia sayangi. Sungguh, Mauli benar-benar takut melihat keadaan Vita yang seperti itu.

Vita mencekal lengan Mauli. "Sekarang, ikut aku! Akui segala perbuatan kejimu itu kepada Teteh!"

"No-Novi-,"

"Diam! Perbuatanmu itu sungguh sangat rendah, Mauli! Kenapa kamu tega sama Teh Rindi? Kamu juga perempuan, tapi kenapa kamu tega membunuh seorang bayi mungil yang tak berdosa? Apa yang ada di dalam pikiranmu itu, tidakkah kamu merasa kasihan kepadanya?"

"Bu-bukan aku yang membunuh an-,"

Vita tergelak. "Apa? Apa katamu tadi?"

"Sudah sangat jelas jika kamulah pelakunya, dan dengan tak tahu dirinya kamu masih menyangkal?"

Mauli menggeleng cepat.

"Sudahlah, Mauli! Semenjak kepergian Zain, sikapmu terlihat sangat aneh. Kamu orang terdekat Teteh, tetapi kenapa kamu tidak ada di sampingnya kala ia membutuhkanmu? Dan ekspresi ketakutanmu ini sudah menunjukkan semuanya."

"Bukan seperti itu, Novita," sangkal Mauli.

"Lalu seperti apa?" tanya Vita. "pura-pura menjadi orang terdekat kemudian menusuk secara tiba-tiba dari belakang, begitu?"

"Wajah polos tak menjamin perilaku juga polos, Mauli! Terkadang, seorang pendiam lebih menakutkan daripada orang yang banyak bertingkah. Ikut aku!"

Mauli melepas paksa cekalan tangan Vita kemudian berlari sejauh-jauhnya dari perempuan itu.

Vita menggeram kemudian mengejar Mauli. "Mauli! Jangan kabur kamu!"

"Jika kamu tidak bersalah, mengapa kamu lari? Seharusnya kamu bertemu dengan Teteh dan menjelaskan semuanya! Jika sikapmu seperti ini, berarti benar kamu adalah pembunuh keponakanku." Teriak Vita yang terus mengejar Mauli.

"Mauli! Berhenti!"

"Dasar pembunuh!"

Selang beberapa menit, Mauli berhasil menjauh dari Novita. Ia mengatur napasnya yang tak beraturan setelah berlari tadi.

"Bukan! Aku bukanlah pembunuh." Gumam Mauli kemudian mengetikkan pesan kepada seseorang.

🦭🦭🦭

"Ingat! Tujuan kita cuma satu yaitu memisahkan mereka. Jika sampai kau menyakiti dia, aku akan lebih menyakiti orang yang kau cintai itu!" tegas laki-laki bertopi yang bertuliskan huruf 'A'.

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Where stories live. Discover now