14. Ibadah Bersama

1K 75 17
                                    

Sukai sewajarnya dan bencilah sewajarnya, akan tetapi kalau bisa jangan terlalu membenci karena itu tidaklah baik!

Happy reading ☺️
.
.
.
.
.
.
.

"Aww!"

"Maaf, saya nggak sengaja, Dik."

"Lihat-lihat dong kalau jalan, Teh!" ketus Vita.

"Iya, maafin Teteh, ya!"

"Yang sopan kamu sama istri Abang!"

"Udah, Om! Nggak papa," bisik Rindi.

Novita memutar kedua bola matanya malas. Ia pergi tanpa berpamitan pada Novan maupun Rindi.

"Maafin Vita, ya, Dik!"

"Nggak papa, Om. Saya yang salah tadi."

"Tapi kan–"

"Sudah, lupakan saja!" potong Rindi.

Tibalah pada acara yang sudah dinanti dan disiapkan dengan sebaik-baiknya. Semua anggota keluarga Novan berkumpul dan membaca doa bersama. Acara itu hanya dihadiri anggota keluarga dan tetangga terdekat, pasalnya pemerintah sudah membatasi kegiatan yang terdapat banyak orang di dalamnya. Alhasil, mereka harus patuh dan melaksanakan acara tersebut dengan jumlah orang yang terbatas.

Setelah acara selesai, mereka membereskan semuanya dan bersantai di ruang keluarga. Novan mengendap-endap ke belakang untuk menemui Rindi, tak sengaja Novita melihat hal itu dengan tatapan kesal bukan main. Ia bergegas ke depan menemui Umma dan Abi.

"Piwwit, cantik," goda Novan pada Rindi dan ia menoleh sekilas.

"Dicuekin lagi."

Kini Novan sudah berdiri di samping Rindi. "Kamu cantik sekali hari ini."

"Berarti hari-hari biasanya nggak cantik, gitu?" timpal Rindi.

Novan gelagapan, salah terus ia di mata Rindi. "Bukan gitu, tapi ... maksudnya hari-hari biasanya juga cantik, tapi hari ini cantiknya nambah berkali-kali lipat."

Rindi hanya berdecak sebal mendengar penuturan Novan.

"Biar saya bantu." Tutur Novan yang mulai membantu pekerjaan Rindi. Tak berselang lama...

Pyarrr

"Astaghfirullah."

"Astaghfirullah."

"Sudah, biar saya saja yang beresin ini." Sergah Novan kala Rindi ingin membantunya membersihkan pecahan piring di lantai.

Novan kembali setelah membuang pecahan piring tadi ke tempat semestinya. Ia berniat untuk membantu Rindi tetapi cepat-cepat Rindi menolaknya.

"Sudah, biar saya saja, Om! Lebih baik Om ke depan saja!"

Novan memandang Rindi dengan tatapan penuh harap agar ia diizinkan untuk membantunya lagi. Hal itu membuat Rindi ingin tertawa saja karena ekspresi lucu sang suami. Ia pun berdehem sebentar guna menghilangkan rasa ingin tertawanya.

"Sudah, ya, Om! Duduk saja di situ, biar saya selesaikan ini dulu!" titah Rindi.

"Saya kan mau bantu kamu."

"Tidak perlu, duduk yang manis saja di sini." Ucap Rindi yang menuntun Novan duduk.

Setelah pekerjaan Rindi selesai, mereka pun menyusul anggota keluarga yang lain ke ruang keluarga. Sesampainya mereka di sana, tatapan sebal Novita langsung tertuju pada Rindi. Ia sepertinya paham akan maksud tatapan Novita, tetapi ia berusaha membuang jauh-jauh pikiran negatifnya.

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Where stories live. Discover now