Rencana Vita

478 46 18
                                    

"Abang nggak bisa,"

"...,"

"Hari ini mau ngajak jalan-jalan Gio,"

"...!"

"Maaf, Abang nggak bisa,"

"...!"

Novan menghembuskan napas lelah kemudian menutup sambungan telepon dari seseorang.

Rindi merapikan pakaian Gio dan memasangkannya topi, sedangkan Gio bersenandung kecil sambil menggelengkan kepalanya. "Kita mau jalan-jalan ke mana, Bunda?"

"Gio maunya ke mana?" Rindi balik bertanya.

"Dik," panggil Novan membuat Rindi dan Gio menoleh. "ada apa, Mas?"

Novan menggigit bibir atasnya, "Vita...,"

Rindi berdiri dan sedikit panik, "Vita kenapa, Mas?"

"Mas, Vita kenapa?"

Novan memejamkan matanya sejenak, "Dia minta Mas buat nemenin jalan-jalan,"

Rindi menghembuskan napas lega, "Mas buat panik aja, kirain ada apa-apa sama Vita,"

"Kenapa memangnya, kalau dia ngajak jalan ya diturutin aja, Mas!"

"Masalahnya, dia minta Mas yang nemenin,"

"Tanpa kamu....," imbuh Novan lirih.

Rindi sedikit kecewa tetapi detik berikutnya dia tersenyum, "Nggak papa, mungkin itu bawaan hamil, Mas. Dia mau quality time sama Abangnya,"

"Buruan, Mas. Vita pasti udah nungguin kamu!"

"Lalu, kamu sama Gio gimana?"

"Lain kali kan bisa, buruan ke sana, Mas! Mas tega lihat Vita nunggu lama, kasihan lho?"

"Dik....,"

"Mas...., nanti biar aku jelasin sama Gio, in syaa Allah, dia bakalan paham kok," tenang Rindi seraya memegang lengan Novan.

Rindi merapikan rambut Novan yang sedikit berantakan, "Sudah ya, Mas! Buruan pergi, gih!"

Bukannya pergi, Novan malah memeluk erat Rindi, "Maaf," lirihnya.

"Kenapa minta maaf, Mas?" tanya Rindi kemudian melepas pelukan Novan. "kalau aku hamil, Mas juga harus siap-siap jika aku ngidam nanti. Begitu pun dengan apa yang Vita alami sekarang. Mas harus pergi ya!"

"Tapi, Dik,"

Rindi mengunci tatapan Novan, "Mas...., aku nggak papa, nanti kan kita bisa jalan di lain waktu. Sekarang, Mas pergi sama Vita ya!"

"Kamu baik banget sih, Dik. Maafin Mas selalu ngecewain kamu!"

Rindi menggeleng, "Nggak, Mas nggak perlu minta maaf!"

Novan menghembuskan napas pasrah kemudian menghampiri Gio yang sibuk memilih sepatu. "Sayang, maafin Ayah ya! Kita nggak jadi jalan-jalan hari ini,"

Gio memberenggut kecewa, "Kenapa, Yah?"

"Ayah ada urusan mendadak," bukan Novan yang menjawab, tetapi Rindi.

Rindi tersenyum menghampiri Gio, "Kita jalan-jalan di lain waktu aja ya, maafin Ayah nggak bisa ngajak kita jalan hari ini karena ada urusan mendadak," jelas Rindi membuat semangat Gio pudar. "jangan sedih dong, Sayang! Kita kan masih punya banyak waktu, nanti kita jalan-jalan sama Ayah, in syaa Allah, di lain waktu Ayah bisa. Jangan sedih ya, Sayang!" tenang Rindi seraya membelai wajah Gio.

Gio pun akhirnya mengerti. "Ya sudah, kita belajar aja biar Gio semakin pandai!" bujuk Rindi seraya tersenyum dan Gio pun mengangguk. "salim dulu sama Ayah!" titah Rindi kemudian.

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Where stories live. Discover now