Ancaman Gadis Cantik

876 54 18
                                    

Sukai sewajarnya dan bencilah sewajarnya, akan tetapi kalau bisa jangan terlalu membenci karena itu tidaklah baik

Happy reading☺️
.
.
.
.
.
.
.

"Jauhin A' Novan!" bentak seorang perempuan dengan jilbab yang dililit ke lehernya.

"Saya istrinya, kenapa saya harus menjauhi suami saya sendiri?" sahut Rindi sangat sopan.

Byur

"BUNDA!" teriak Gio.

"Astaghfirullah," Rindi memegang wajahnya yang basah tersiram minuman dingin.

"Gigi kamu tonggos ya? Makanya kamu tutup pakai cadar ini, lepas aja sih!"

Srek

Cadar yang Rindi gunakan dirobek paksa oleh perempuan di hadapannya ini.

"Astaghfirullahaladzim, Teh,"

"Bundaaa," pekik Gio yang langsung berlari memeluk kaki Rindi.

Apa yang Nanda pikirkan benar-benar di luar dugaan, perempuan yang selama ini ia anggap bergigi tonggos ternyata sangat cantik. Dia memiliki hidung yang mancung, pipi chubby yang menggemaskan, ditambah bibirnya fresh yang pastinya akan membuat siapa pun tergoda, bahkan wajahnya pun mirip dengan Novan, terlebih saat ia tersenyum dan terlihat gigi gingsulnya. Sempurna, kata itu yang terlintas dalam pikiran Nanda saat mengamati wajah Rindi lekat, bahkan dia tidak hanya cantik fisik, melainkan hatinya pun cantik, pantas saja Novan tergila-gila padanya.

"Gila, cantik banget! Pantes A' Novan nggak bisa berpaling dari dia. Ah, tapi masih cantikan gue, manis gue, menggoda juga gue ke mana-mana, bukan tandingan gue lah!" gumam Nanda dalam hati, tetapi memang ia akui jika sebenarnya ia merasa iri dengan kecantikan Rindi.

Rindi berjongkok untuk menyejajarkan tingginya dengan Gio, "Sayang, kamu tungguin Bunda di depan ya! Bunda ada urusan sama Tante Nanda,"

Gio menggeleng, "Ndak mau, Bunda. Gio di sini aja temenin Bunda,"

"Gio ndak akan bialin Bunda disakiti sama Tante ini." lanjut Gio yang memandang Nanda dengan tatapan kebencian. Sedangkan Nanda berdecih lalu membuang muka ke kanan sambil bersedekap dada.

"Nggak, Gio. Bunda nggak papa, sekarang Gio tunggu di depan aja ya!" pinta Rindi, namun lagi-lagi Gio menolak.

"Gio...., Bunda mau bicara hal penting sama Tante Nanda, sebaiknya Gio tunggu di depan! Kalau Gio nunggu Bunda di sini, Gio pasti bosan," bujuk Rindi dan akhirnya Gio menurut, ia bergegas pergi ke depan.

Rindi kembali berdiri dan menatap Nanda, "Teh, saya mohon sama Teteh untuk tidak meninggikan suara saat ada anak kecil di sekitar kita!" pinta Rindi masih dengan nada lembut.

"Saya nggak peduli!" balasnya dengan nada ketus.

Rindi tersenyum, "Teh Nanda ada perlu apa ke mari?"

"Kamu nggak dengar ya saya ngomong apa tadi? Jauhin A' Novan!" ulangnya yang masih meninggikan suaranya.

Rindi menghembuskan napas pelan, "Mas Novan itu suami saya, kenapa saya harus menjauhinya?"

"Teh...., Teh Nanda ini cantik, berpendidikan, pasti banyak yang mau sama Teteh, lalu kenapa Teteh malah mengejar suami orang? Mas Novan sudah menikah dengan sa-," imbuh Rindi disela oleh Nanda.

"Bodo amat! Nggak peduli banget saya!" sela Nanda kemudian hendak menampar Rindi tetapi dengan cepat ditahan oleh Rindi.

Nanda meremas-remas tangannya di depan wajah Rindi, "Hih!"

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt