15. Flashback 1

799 55 7
                                    

Sukai sewajarnya dan bencilah sewajarnya, akan tetapi kalau bisa jangan terlalu membenci karena itu tidaklah baik!

Happy reading ☺️
.
.
.
.
.
.
.

"Ayolah, Rin! Pegang nih!"

"Gak mau, Ca!" tolak gadis berkerudung maroon.

"Ayolah! Sekali saja!"

"Suaraku jelek, nggak mau!"

"Dicoba dulu! Ayolah Rin, ini akan jadi kado terindah di hari ulang tahunku." Pinta gadis di sebelahnya sambil memasang puppy eyes.

Gadis berkerudung maroon pun pasrah dan menerima mic itu. Tak berselang lama, ia pun mulai melantunkan sholawat.

"Busyro lana nilnal muna,"

"Zalal 'ana wa falhana,"

"Waddahru anjaza wa'dahu,"

"Wal bisyru adlha mu'lana,"

"Busyro lana nilnal muna,"

"Zalal 'ana wa falhana,"

"Busyro lana nilnal muna,"

"Zalal 'ana wa falhana."

"Aaa ... bagus banget! Makasih Rindi." Puji gadis itu kemudian memeluk sahabatnya.

"Mending gue nyanyi India aja, deh." Celetuknya kemudian membalas pelukan sahabatnya sambil tertawa pelan.

"Iya, deh, iya. Penggila Prindapan!" ejeknya yang membuat Rindi memberenggut kesal.

"Ututu, jangan gitu, dong! Nanti cantiknya hilang," bujuk sahabat Rindi.

"Awas ya Lo, Ca!" ancam Rindi.

Tanpa sepengetahuan mereka, ternyata ada seseorang yang tengah memperhatikan kegiatan kedua gadis tersebut. Orang itu tak henti-hentinya menyunggingkan senyum namun sebisa mungkin ia tahan demi menjaga image di hadapan para jamaah.

Berulang kali hatinya berdecak kagum akan keindahan ciptaan Sang Kuasa, tetapi detik berikutnya ia berusaha mengalihkan perhatiannya agar tidak terjadi zina hati dan mata.

Dia berusaha menjaga pandangannya, akan tetapi hatinya berkata lain. Ia sangat ingin memandang gadis yang jauh berada di depannya itu terus menerus. Walau tidak begitu dekat dan masih ada sekat berupa kaca, tetapi dia masih bisa melihat dengan jelas tingkah gadis di depannya itu.

Jantungnya berdegup kencang kala mendengar sang gadis mulai melantunkan sholawat. Ia tak pernah merasakan hal ini sebelumnya, perasaan apakah ini? Apakah ini yang dinamakan senam jantung? Ah, bercanda kawan. Maksudnya itu, apakah ini yang dinamakan cinta pada lantunan sholawat pertama seorang gadis yang didengar oleh telinga Tuan Novan Maulana Affandi?

Sejak saat itulah Novan mulai mencari tahu apa pun mengenai gadis berkerudung maroon yang melantunkan sholawat busyrolanaa. Ia benar-benar terpikat oleh suara serak-serak basah khas milik gadis itu. Ia seperti tersihir kala mendengarkan suara dan senyum sang gadis, manis sekali menurutnya.

Sepulangnya dari acara itu, sahabat Novan menyenggol bahu Novan karena laki-laki itu bersikap bak orang gila.

"Kesambet jin Lo, Van?"

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Where stories live. Discover now