Pengakuan

687 63 6
                                    

Cie yang ketipu, hahaha

Gimana, seru kan?🤣

Tenang-tenang, masih ada beberapa part lagi sebelum ending! Tungguin aja, Bestie!☺️












Sukai sewajarnya dan bencilah sewajarnya, akan tetapi kalau bisa jangan terlalu membenci karena itu tidaklah baik!

Happy reading ☺️
.
.
.
.
.
.
.

"Pasti laki-laki itu akan menikahi si perempuan," celetuk Novan.

Rindi menepuk pelan bibir sang suami. "Ish! Jangan spoiler!"

Novan mengerucutkan bibirnya. "Nggak seru! Lebih baik tidur." Ucapnya yang kemudian memutar kepalanya menjadi menghadap ke perut Rindi.

"Lebih baik seperti itu! Daritadi Mas nggak bisa diam, selalu aja nebak-nebak alur cerita," gerutu Rindi.

Lagi-lagi Novan mengerucutkan bibirnya, entah mengapa moodnya sangat buruk hari ini.

"Pijitin!"

Rindi menghiraukan ucapan Novan, ia masih asik menyaksikan film Bollywood yang menampilkan aktor kesayangannya itu.

"Dik,"

Lagi-lagi Rindi menghiraukan Novan.

Novan bangkit dari tidurnya kemudian menarik wajah Rindi hingga berhadapan dengan wajahnya.

"Kenapa, Mas? Itu lagi seru lho adegannya."

"Lebih seru melihat wajah tampan milik Mas daripada itu! Lihat Mas, Dik!" titah Novan tetapi Rindi masih sibuk mencuri-curi pandang ke arah televisi.

"Rindi," geram Novan.

"Apa sih, Mas?"

"Lihat Mas!"

Rindi memperhatikan manik mata sang suami, dipandangnya lekat dan membuat Novan salah tingkah.

"Jangan begitu!"

"Tadi disuruh lihat, giliran sudah dilihat malah nggak boleh lihat. Mas maunya apa, sih?" geram Rindi.

"Mas mau-,"

Tok tok tok

"Ck! Ganggu aja!"

Baru ingin bangkit untuk membukakan pintu, Novan mencekal lengan Rindi.

"Ada tamu, Mas. Aku buka pintu dulu,"

"Ikut," rengek Novan.

Rindi menghembuskan napas lelah. "Ya udah, ayo!"

"Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam,"

Seketika mata Rindi dan Novan terbelalak melihat dua orang dihadapannya itu.

"Aku mohon jangan mengusir kami!"

Rindi mengerjabkan matanya berulang kali kemudian saling berpandangan dengan Novan.

"Duduk, Teh!" Rindi mempersilakan Nanda dan Izal untuk duduk di sofa ruang tamu.

Hening. Beberapa saat lamanya tidak ada yang membuka suara, mereka sibuk dengan pikiran dan pertanyaan masing-masing yang telah memenuhi isi kepala mereka.

Beberapa detik kemudian Izal membuka suara. "Kalian pasti heran melihat aku dan Nanda bersama."

Tepat sasaran, apa yang diucapkan Izal memang benar. Baik Novan maupun Rindi sudah mempunyai segudang pertanyaan yang siap mereka tanyakan kepada laki-laki itu, namun tak kunjung mereka sampaikan.

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Where stories live. Discover now