7. Kuras Habis

1.1K 100 7
                                    

Boom!

Tetap update walau nggak ada yang baca

Tapi gapapa, tetap happy kiyowo☺️🙏🏽




Sukai sewajarnya dan bencilah sewajarnya, akan tetapi kalau bisa jangan terlalu membenci karena itu tidaklah baik!

Happy reading☺️
.
.
.
.
.
.
.


Hubungan Rindi dan Novan kini kian membaik setelah melalui berbagai suka maupun duka. Rindi yang dulunya belum siap membagi cerita dengan Novan, kini ia mulai bisa membaginya. Menurutnya, Novan adalah pendengar yang cukup baik.

Hari ini Rindi kembali pada aktivitas biasanya, terlihat seorang anak laki-laki berusia 4 tahun menghampirinya. "Bundaaa ... ."

Rindi tersenyum dan menyambut hangat anak laki-laki itu.

"Bunda, ini bagaimana?" Tanya anak laki-laki itu seraya menunjukkan buku yang berada di tangannya.

"Sini, Bunda lihat!" titah Rindi lembut.

"Jadi, kita buat angka 3 dahulu, terus tarik ke atas seperti ini. Habis itu buat kepala dan paruhnya, terus diberi kaki, jadi deh." Jelas Rindi seraya memberi contoh menggambarkan sesuatu dan anak itu memperhatikan dengan seksama.

"Alyan mau coba, Alyan mau coba." Terlihat bocah itu sangat antusias dengan suara khas anak kecil yang tak bisa mengucap huruf 'r'.

Rindi memperhatikan tingkah Aryan seraya tersenyum, sesekali ia tertawa kecil melihat Aryan yang kesusahan menggambar.

"Ih, susah," keluh Aryan.

Dengan sabar Rindi mengajari Aryan sampai anak itu benar-benar bisa menggambar sendiri. "Apabila kita melakukan sesuatu dan sering mengulangnya, maka kita akan cepat bisa. Seperti yang kamu lakukan ini, Aryan, semakin sering kamu latihan, maka kamu akan semakin cepat bisa dan menguasainya." Tutur Rindi seraya membelai surai lembut milik Aryan.

"Nak Rindi!" panggil seseorang dari arah seberang kemudian menghampiri Rindi.

"Iya, Buk Yah. Ada apa?" Tanya Rindi yang melihat raut seseorang yang ia panggil Buk Yah itu berubah cemas.

"Ikut saya sebentar, Nak!" ajaknya.

"Sebentar, Buk." Rindi berjongkok ke arah Aryan dan meminta anak itu bergabung bersama temannya di dalam kelas. "Aryan, kamu masuk ke kelas dulu, ya!"

"Baik, Bunda." Jawabnya kemudian berlari memasuki kelas.

"Jalannya pelan-pelan aja, Sayang!" ingat Rindi.

"Jadi bagaimana, Buk? Kenapa Buk Yah kelihatan cemas gitu?"

"Sekolah kita ...," Buk Yah menggantungkan ucapannya.

"Iya, ada apa dengan sekolah ini?" tanya Rindi.

"Sekolah kita, Nak!"

"Iya-iya. Kenapa dengan sekolah kita, Buk Yah?"

"Sekolah ini mau dirubuhkan."

"Apa? Kok bisa? Emang kenapa? Terus siapa yang mau merubuhkan sekolah ini?" Rindi melontarkan berbagai pertanyaan.

"Saya nggak tahu, beberapa hari ini ada sekumpulan orang ke sini sambil nunjuk-nunjuk sekolah. Saya tidak sengaja mendengar percakapan mereka bahwa sekolah ini akan dirubuhkan dan digantikan dengan mall." Jelas Buk Yah dengan raut panik.

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang