12. Cemburu

986 67 6
                                    

Sukai sewajarnya dan bencilah sewajarnya, akan tetapi kalau bisa jangan terlalu membenci karena itu tidaklah baik!

Happy reading ☺️
.
.
.
.
.
.
.

"Aww, manis banget."

"Aduh! Sakit banget itu pasti, jangan dipukul lagi woy!"

"Nahh, ini salah satu scene yang paling aku tunggu."

"Arghh, Babang Sid manis banget woy, tolong!"

"Gak kuat, mleyot aku tuh."

"Arghh! Dia nggak senyum aja kelihatan manis banget."

"Pengin juga pegang kupu-kupu sama Babang Sid di belakangnya."

"Gak kuat, gak kuat, ibunya dulu ngidam apa, sih? Manis banget jadi anak."

"Aaaa, roti sobek. Astaghfirullah! Maaf Ya Allah, lihat dikit doang kok."

"Lagu favorit, nih."

Ketika ada adegan yang membuat jantungnya tidak aman, ia menutup mata dengan telapak tangan tetapi ia masih bisa sedikit mengintip dari cela-cela tangannya.

"Nyesek banget, kenapa harus meninggal pas dia lagi mengandung? Tega banget tuh orang yang ngebunuh, padahal dia udah bilang kalau dia sedang mengandung tapi masih tetap dibunuh. Dasar kejam!"

Rindi mengoceh tanpa henti ketika menyaksikan sebuah film aksi thriller India yang dibintangi oleh salah satu aktor favoritnya. Dia sangat tegang saat para aktor beraksi dan tersenyum seraya menggigit bantal saat adegan romantis. Kala itu ia seperti orang gila dan berangan-angan bahwa dia ada di posisi pemeran perempuan dalam film itu.

Niat Novan yang hendak mengambil air minum di dapur pun ia batalkan karena melihat sang istri yang tengah asik menonton film sambil jejeritan tak jelas. Ia berdiri di samping pintu kamar seraya menyenderkan tubuhnya ke dinding dan bersedekap dada. Kepalanya terus menggeleng dan mulutnya berdecak sebal kala sang istri terus saja memuji aktor India itu.

"Saya lebih manis dari dia."

"Apaan, sih, gitu doang juga saya bisa!"

"Saya juga punya, kamu belum tahu aja." kesal Novan yang mendengar Rindi bertutur mengenai roti sobek sang aktor.

Lama sekali Novan berdiri di situ sambil memandangi sang istri yang terus saja berceloteh. Film yang ditonton Rindi pun usai dan ia sampai ketiduran di situ.

Novan menghampiri Rindi yang ketiduran di sofa ruang tamu dengan laptop yang masih menyala.

Novan memandang Rindi lekat dan kemudian mencoba untuk menggendongnya pelan-pelan agar tak mengganggu sang istri.

"Kenapa harus orang lain yang kamu puji-puji? Saya suami kamu lho, Dik. Saya juga ingin kamu berkata manis ke saya, muji saya, dan ... menerima saya sepenuhnya sebagai suami kamu," tutur Novan kepada Rindi yang tertidur digendongannya.

Novan berjalan perlahan menuju kamar untuk menidurkan Rindi. Tiba di sana, ia letakkan Rindi perlahan agar dia tak terganggu dari tidurnya. Setelah itu ia menyelimuti sang istri dan mengecup keningnya singkat.

Cup

"Maaf, saya nggak izin dulu nyium kamu. Tidur yang nyenyak, semoga mimpiin saya." Tutur Novan kemudian keluar dari kamar.

🦭🦭🦭

Tiba waktu subuh, Rindi terbangun dan mengucek matanya. Ia heran mengapa ia ada di dalam kamar, seingatnya kemarin ia tertidur di sofa. Lalu kenapa dia bisa ada di sini?

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora