Firasat Buruk

634 62 13
                                    

Sukai sewajarnya dan bencilah sewajarnya, akan tetapi kalau bisa jangan terlalu membenci karena itu tidaklah baik!

Happy reading ☺️
.
.
.
.
.
.
.

"ZAIN!"

Novan terbangun mendengar pekikan sang istri. "Kenapa, Dik?"

Napas Rindi terengah-engah. "Aku mimpi Ibuk sama Bapak, Mas."

Novan mengelus surai lembut Rindi. "Tenang, Dik! Istig-,"

"Mimpiku aneh, Mas!" sela Rindi.

"Mimpi apa memangnya?" tanya Novan.

"Ibuk sama Bapak terlihat bahagia," jawab Rindi.

"Mereka bahagia? Anehnya di mana, Dik?"

"Sebentar! Jangan dipotong dulu penjelasanku!"

"Mereka terlihat bahagia sekali dengan Zain berada dalam gendongan Ibuk. Lalu Zain juga selalu tersenyum saat digendong Ibuk, tapi anehnya mereka malah menjauh dan membawa Zain pergi saat aku mendekati mereka, Mas. Aku takut ..., aku takut terjadi sesuatu sama Zain,"

Novan membawa Rindi ke dalam dekapannya. "Istighfar, Dik! Itu hanya bunga tidur. Mungkin Ibuk sama Bapak kangen sama kamu, apa kamu sudah mengirimkan Al-fatihah kepada mereka?" tanya Novan yang diangguki Rindi.

"Sabar, ya! Setelah kamu pulih nanti, kita ziarah ke makam Ibuk sama Bapak!"

"Ta-tapi sebelum mereka menjauh, Bapak bergumam sesuatu dan aku hanya mendengar samar-samar gumaman beliau, Mas," ucap Rindi. "beliau menyuruhku untuk sabar dan ikhlas. Iya, aku samar-samar mendengar hal itu."

Rindi menoleh ke arah Zain yang sedang tertidur pulas, rasa takut mulai menyelimuti dirinya. Ia bangkit dan menuju ke tempat Zain tertidur, dikecupnya pelan kening sang anak. Perlahan, air matanya mulai menetes kala mengingat pesan sang bapak dalam mimpinya tadi.

Novan mendekati sang istri, ia mencoba untuk menenangkan dan menyakinkan kepada Rindi agar tidak terus menerus memikirkan hal-hal yang akan membuatnya khawatir dan overthinking.

Keesokan harinya

Semua anggota keluarga dan beberapa warga setempat tengah berkumpul di rumah Novan untuk menghadiri acara tasyakuran aqiqah anak Novan. Acara diselenggarakan tidak terlalu mewah dan tetap memperhatikan ketentuan yang berlaku. Semua orang pun turut berbahagia akan kelahiran putra pertama Novan dan Rindi, dan tak jarang pula dari mereka merasa gemas dengan Zain.

Di kejauhan, tampaklah sepasang suami istri dengan anak berusia sekitar satu tahun berjalan menuju kediaman Novan.

"Bro!" sapa laki-laki itu.

Novan yang mengenali suara itu dan tentunya sudah menunggu mereka pun bergegas menghampiri. "Assalamu'alaikum." ingat Novan yang dibalas cengiran oleh laki-laki dengan si kecil digendongnya itu.

"Wa'alaikumussalam. Maaf, lupa. Hehe,"

"Lupa terus!"

"Ck, namanya manusia, Van." Elak Zain dengan ekspresi menjengkelkannya.

"Tapi kebiasaan Lo itu nggak baik sama sekali!" tegur Novan.

Zain hanya tertawa sembari menunjukkan deretan gigi tidak rapinya sambil mengangkat telunjuk dan jari tengahnya.

"Ini Chandra, ya?" Tanya Rindi sembari menowel pipi Chandra gemas. "Maa syaa Allah, gemas sekali kamu, Nak!"

"Iya, Tan-,"

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Where stories live. Discover now