18. Gelud😏

682 52 10
                                    

Sukai sewajarnya dan bencilah sewajarnya, akan tetapi kalau bisa jangan terlalu membenci karena itu tidaklah baik!

Happy reading ☺️
.
.
.
.
.
.
.

"Jangan digigit begitu!" tegur Novan membuyarkan lamunan Rindi.

"Kamu mau mancing saya?"

"Cuma begini doang udah kepancing?" tanya Rindi balik.

Novan bangun dari tidurannya dan menatap jail Rindi. "Kalau saya nekat, bagaimana?"

Rindi gelagapan. "M-mau ngapain emang?"

"Mau icip." Jawab Novan seraya menyentuh bibir Rindi dengan ibu jari tangannya. Hal itu membuat Rindi memundurkan tubuhnya.

Novan terkekeh melihat ekspresi takut di wajah sang istri. "Tenang! Saya tidak akan macam-macam sebelum kamu sendiri yang mengizinkannya."

Rindi menghembuskan napas lega. Kemudian terbesit ide jail, lalu ia mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah Novan dengan tatapan menggoda. "Kalau sekarang saya berikan izin, bagaimana?"

Novan mematung, apakah istrinya ini tak sepolos yang ia bayangkan. Ia menelan ludah berkali-kali kemudian tertawa pelan. "Jangan bercanda, Dik!"

"Saya serius."

"Nggak! Ini pasti bukan Rindi istri saya." Novan mendekati Rindi dan meletakkan telapak tangannya ke kepala Rindi. "A'uudzubillaahi minas syaithaanir rajiim–"

Sontak Rindi menepis telapak tangan Novan dari kepalanya. Apa-apaan suaminya ini, memangnya dia sedang kerasukan? "Ini bukan acara jurit malam!"

"Saya masih sadar, kenapa dibacain doa begitu, memangnya saya kerasukan jin?" gerutu Rindi.

"Habisnya kamu aneh," sahut Novan.

"Om yang aneh! Tadi aja godain saya, giliran digodain ganti malah dikira kesurupan." Sewot Rindi yang kemudian beranjak dari duduknya.

Rindi menghentikan langkahnya dan menoleh sekilas ke arah Novan, ia berharap Novan akan mengejar dan mencekal lengannya. Akan tetapi, Novan masih setia di tempatnya, sungguh tidak peka. Rindi memilih untuk melanjutkan langkahnya menuju kamar. Di sepanjang jalannya, mulutnya tak berhenti mendumel dan kakinya ia hentak-hentakkan karena menahan kesal.

Sedangkan Novan merebahkan tubunya kembali ke lantai, pikiran dan hatinya sedang tidak baik-baik saja. Ia berguling-guling ke kanan dan kiri, bibirnya tak henti-hentinya menahan senyum dan sesekali ia gigit. Ia berpikir apakah Rindi sudah benar-benar memberikannya lampu hijau? Ah, dia senang bukan main. Kemudian ia beranjak berdiri untuk menyusul istrinya yang sedang merajuk itu.

Dahi Novan mengerut ketika melihat Rindi yang tengah asik menonton film di laptopnya. Ia melihat sekilas ke arah laptop kemudian berdecak pelan. Ia putuskan untuk menghampiri Rindi.

"Ck, serius banget nontonnya," tegur Novan. "lagi nonton apa, sih?"

Rindi menghiraukan keberadaan Novan, ia melanjutkan melihat aksi sang aktor dalam film tersebut. Detik berikutnya Novan dibuat kaget dengan teriakkan Rindi.

"WOOO! KEREN BANGET, GILA!" teriak Rindi kala melihat aktor favoritnya sedang beraksi.

"Saya juga bisa seperti itu!" sahut Novan.

Lagi-lagi Rindi menghiraukan Novan yang terus saja memasang ekspresi kesal.

"Perfect." Puji Rindi seraya mengarahkan telunjuk dan ibu jari ke arah sang aktor setelah ia kecup pelan.

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang