Kotak Misterius

446 40 12
                                    

Sukai sewajarnya dan bencilah sewajarnya, tetapi kalau bisa jangan terlalu membenci karena itu tidaklah baik

Happy reading☺️
.
.
.
.
.
.
.

Novan memasuki rumah dengan langkah besarnya, ia mencari keberadaan istri tercintanya dengan tak sabaran hingga menimbulkan suara yang mengganggu. Setelah melihat sang istri berada di dalam kamar, ia masuk dan langsung memeluk Rindi dengan tak sabaran.

"Maaf,"

Gio yang baru saja tertidur sedikit terusik, dengan cepat Rindi membawa Novan keluar dari kamar.

"Shut!"

"Gio baru aja tidur, Mas. Jangan berisik!" tegur Rindi.

"Mas minta maaf, Dik," ucap Novan tak berani menatap sang istri.

"Minta maaf kenapa, Mas?"

Novan bergeming, ia masih setia menatap lantai. Rindi mendekat dan memegang lengannya, "Kenapa?"

"Mas....,"

Seketika Novan langsung memeluk Rindi, ia dekap sang istri dalam-dalam, rasa penyesalan sudah menumpuk dalam dirinya. "Maaf....,"

"Maafin Mas yang selalu ngecewain kamu, Mas selalu buat kamu sedih, maaf....,"

Novan melepas pelukannya, lalu meraih jari jemari sang istri dan dikecupnya berulang kali. "Mas dibohongi sama Vita,"

"Dia.... dia sengaja mengatur pertemuan kami,"

"Kami?" ulang Rindi.

"Iya, dia sengaja atur semuanya agar Mas sama Nanda bertemu di suatu tempat lalu dia ninggalin Mas di sana,"

"Ketahuilah, Dik, Mas nggak macam-macam sama dia, ketika tahu Vita sudah pergi ninggalin Mas, Mas langsung pergi juga ninggalin Nanda yang masih terduduk di sana. Nggak ada interaksi yang berlebih di antara kami. Tolong, kamu jangan berpikir macam-macam!" jelas Novan panjang lebar dan Rindi malah tertawa.

"Kok ketawa sih?" geram Novan yang melihat Rindi tertawa semakin kencang.

"Mas lucu kalau panik gini," balas Rindi yang masih setia tertawa.

"Astaghfirullah, Rindi...., Mas udah panik dan ngejelasin semuanya biar kamu nggak salah paham, sekarang kamu malah ngetawain Mas?" geram Novan frustasi.

"Pftttt,"

Novan semakin geram dengan reaksi sang istri, ia menyejajarkan tingginya dengan sang istri agar ia lebih leluasa menatap manik mata Rindi. Detik berikutnya, Novan menempelkan rongga di muka di mana tempat gigi dan lidah untuk memasukkan makanan dengan milik Rindi, hal itu langsung membuat Rindi bungkam dan berhenti tertawa.

"Ampuh juga bikin kamu diam," tutur Novan dengan smriknya.

Rindi tersadar dan langsung menghujani Novan dengan pukulan mautnya. "Nakal! Nakal banget, ishhh!"

Novan mengadu kesakitan tetapi Rindi tak berhenti memukul dirinya, acara memukul Rindi membawanya dan Novan sampai halaman depan rumah.

"Udah, Dik! Sakit," adu Novan dengan tatapan memelas. "makanya jangan genit!" gerutu Rindi.

"Iya, maaf....,"

"Kamu sih, suaminya bertemu wanita lain malah ngakak!" imbuh Novan.

"Emang Mas ngapain tadi? Nggak ngapa-ngapain kan? Ya udah sih, biarin aja!" sahut Rindi.

"Kamu nggak cemburu?" tanya Novan yang melihat raut wajah Rindi tak menunjukkan kecemburuan sedikit pun.

"Ngapain cemburu? Di sini....," Rindi memegang tepat di hati Novan, "terpatri nama Rindiana Sativa." lanjutnya disertai senyum manis khas Rindi.

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Where stories live. Discover now