BAB 4

3.2K 556 25
                                    

🌿🌿🌿

"Hah?! Drio?!"

Spontan saja Sanja memeluk pria itu saat menyadari kehadirannya.

Drio balas mendekap Sanja. Pria itu tersenyum. Dia merupakan teman secandi Ayu, Nala, Sanja, Tanra, Lexan dan juga seorang anak tak tahu diri yang tak tahu bagaimana kabarnya sekarang, Bastian.

Drio sekarang mengenakan pakaian adat khas Papua dengan rumbai dedaunan yang indah. "Aku baru saja membeli ini," katanya menunjukkan sebuah benda persegi yang entah berisi apa. "Kalian ikut karnaval besok, kan?"

Ayu mengangguk.

Sementara Nala masih kebingungan. "Kenapa kau bisa ada disini? Dunia sempit sekali."

Mendengar celotehan Nala membuat Drio tertawa kecil. "Aku juga terkejut... Kami ada pesta keluarga. Papa menyuruhku mengasingkan diri, jadi aku kesini saja sendirian, daripada ke Prancis. Omong-omong kalian sudah dengar berita tentang Lexan?"

"Sudah."

"Ah malang sekali. Aku berniat menjenguknya. Aku dan Tanra sudah membicarakan ini. Tetapi karena Lexan seorang aktor jadi sulit sekali menghubunginya. Kami berdua juga lupa meminta nomor ponsel kalian. Tetapi Tanra bilang dia sudah mengirimkan surat padamu lewat pos. Keluarga Ayu adalah keluarga penyihir, jadi kami pikir kalian tak memainkan ponsel."

Drio berbicara menggebu-gebu.

"Lexan baik-baik saja kok," ucap Nala.

"Sungguh? Kalian dapat info darimana?"

"Kekuatan sihir."

Dua kata yang membuat Drio terdiam dan bernapas lega. "Syukurlah. Apapun itu, yang penting ia baik-baik saja. Aku akan segera memberitahu Tanra soal ini."

"Kami masih tak menyangka kita bisa bertemu di tempat ini Drio," gumam Ayu. "Kalau saja Lexan, Tanra dan Bastian ada... mungkin akan lebih menyenangkan lagi."

"Ya, pasti. Oh aku lupa. Kalian sendiri kenapa bisa kemari? Memang ingin menyaksikan karnaval atau bagaimana? Oh atau liburan para penyihir memang kemari? Aku sendiri sih dapat Infonya saat baca di buku. Tanra juga dapat banyak info soal kota ini. Mudah saja ternyata."

Mendengar itu Ayu tersedak. "Mudah?" katanya. "Karena kau punya banyak uang."

Drio menyeka belakang lehernya. Dia memang anak konglomerat. Keluarganya punya lahan tambang yang cukup luas di Papua. Drio juga jadi lebih cerewet. Apalagi Serandjana membuatnya antusias. Dia ingin menceritakan banyak hal tentang perjalanannya mengunjungi kebun binatang penyihir, pasar, toko-toko juga tempat wisata magis. Namun sebelum ia menceritakan semuanya. Ayu menjawab pertanyaan sebelumnya soal mengapa ia, Nala serta Sanja bisa berada disini.

"Kami mendapatkan empat tiket liburan dari kementrian. Ayah memenangkan undian."

"Wah luar biasa. Lah terus mana ayah-ibumu Ayu? Kuharap bisa bertemu dengannya."

"Ayah sedang pergi ke kota sihir yang lain, sementara ibu... dia bilang ada urusan penting sebentar."

Maka mereka berempat tinggal beberapa saat. Menimati es krim salak di salah satu kedai penyihir. Ini merupakan cabang es krim yang ada di Archipelagos. Penyajiannya pun sama, menu buku datang menghampiri mereka dan tak lama setelah mereka menunjuknya, es krim iu datang. Benar-benar luar biasa.

Sembari mereka bercerita, Leom pergi, katanya dia ingin mengunjungi sesuatu sebentar.

Drio memanfaatkan situasi ini. "Makanan disini enak. Tak kusangka kalau kota penyihir seperti ini. Kalian tahu, aku habis dari toko permen dan menemukan permen ulat sagu. Kukira rasanya buruk, ternyata tidak juga."

ARCHIPELAGOS 2 (Wizarding School in Nusantara)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ