BAB 30

2.2K 427 45
                                    

Waktu melesat begitu cepat. Anak-anak mulai terbiasa dengan latihan. Meski banyak terjadi kasus kekerasan dan penyerangan di luar jam pelajaran. Kesenjangan antar kekuatan tingkatan juga semakin lengang. Tingkatan dua sudah bisa mempelajari mantra tingkat empat. Seperti bagaimana Tanra melakukannya.

Namun meski demikian, Nyai Rondo melakukan perbaikan agar meminimalisir kecelakaan, seperti pengawasan dan larangan menggunakan mantra di sembarang tempat. Hukumannya juga semakin meningkat. Perubahan kurikulum yang terjaid membuat peraturan di Archipelagos harus menyesuaikan.

Anak Candi Tellu melatih kekuatan mereka dengan baik dan fokus. Ayu dan Tanra semakin akrab dengan medis air sampai Encik Petra menjadikan mereka anak angkat, mereka kini tak asing lagi dengan keriput di telapak tangan dan jamur air.

Tanra jadi semakin sering ke perpustakaan. Tak hanya perpustakaan Terhon, ia juga menghabiskan waktu di perpustakaan mininya di Candi. Tak dapat dipungkiri jika anak itu masih mencari petunjuk soal Buku Serandji Nusantara diam-diam. Namun masih tak ada petunjuk penting. Untung saja bukan itu tujuan utamanya, ia ke perpustakaan untuk mempelajari mantra-mantra yang ia dapatkan walaupun isu soal dirinya yang berlebihan mempelajari mantra level empat menjadi topik yang hangat dibahas beberapa minggu lalu. Beruntungnya ia punya teman. Ije, perempuan ambisius yang kini jadi teman karibnya.

Selain isu soal Tanra, isu soal Angela juga merebak begitu cepat. Careline tak bisa menutup mulutnya kalau ia sudah sering kehilangan barang. Perempuan itu menggerutu sepanjang waktu. Maka Angela yang sempat popular kini sering mengasingkan diri. Anehnya, popularitas Edo sang mantan, bersinar kembali. Alasannya sederhana, ia lebih banyak diam, bertingkah seolah mengakui kesalahannya dan menarik perhatian banyak orang dengan senyumnya yang menjijikkan. Padahal Edo yang telah menarik Angela ke dalam lubang penghinaan bersamanya. Lalu sekarang, gosip menyeruak entah darimana menyebutkan bahwa Edo menyukai Ayu dan mereka merahasiakan hubungan mereka.

"Gosip konyol," gerutu Ayu setiap dimintai klarifikasi oleh siapapun.

Berbeda dengan Ayu, Nala sibuk berperang dengan dirinya sendiri. Ia memikirkan bagaimana cara memberitahukan teman-teman secandinya soal apa yang Lala katakan tentang kehidupan Engku Tarno yang menyedihkan. Rumit memang, di satu sisi kalau Anak Candi Tellu tahu, mereka kemungkinan besar akan memberikan solusi. Tetapi disisi lain teman secandinya malah akan menyuruh Nala menjauhi Lala dengan alasan bahwa Lala barangkali masih membela Sang Pengkhianat, sampai ke kemungkinan terburuk bahwa Lala bisa jadi membela Berong Ketujuh demi mewujudkan cita-citanya menjadi seorang guru.

"Kau memikirkan apa Nal?" tanya Sanja yang baru selesai dengan rajutannya.

Nala menggeleng. "Tak ada apa-apa. Oh iya, kau mau ke pemukiman hari ini, kan? Hati-hati."

Sanja mengangguk.

Sanja juga nampak sibuk. Ia sering ke pemukimannya untuk berlatih menjinakkan hewan-hewan serta mepelajari mantra pemanggil binatang, ia juga diangkat sebagai Wakil Ketua Ekstrakurikuler Faunal atas dedikasinya sebagai relawan terbaik yang merawat binatang di pemukiman Tanko. Dia juga masih berusaha mengajak kura-kura tua berbincang lebih soal kehidupan masa lampau, namun nihil. Kura-kura tua yang jadi sumber informasi telah melupakan banyak hal.

Sanja bangga pada dirinya, karena tak ada satu pun penyihir binatang yang mampu mengajak kura-kura tua itu berbincang termasuk Engku Taroi yang merupakan Wali Tanko sekali pun. Keanehan itu membuat Sanja berpikir bahwa barangkali ada sebab-akibatnya. Tak secara kebetulan. Namun karena tingkahnya yang aneh itulah Sanja juga sering dijauhi, bahkan oleh teman-teman satu golongannya sendiri.

"Kau tak perlu dengar ucapan mereka." Itu yang selalu Bastian dan Nala ucapkan saat beberapa anak akhir-akhir ini bergosip soal Sanja.

Sanja adalah anak yang aneh di mata mereka. Ia terlihat mistis seperti hantu yang penuh misteri. Senyum tipis, poni yang hampir menutup mata, berbicara dengan pelan serta terobsesi mengasingkan diri, berbicara pada kura-kura dan bertemu binatang di hutan saat malam, membuat siapa saja menduga kalau ia barangkali punya kelainan jiwa. Beruntungnya karena Anak Candi Tellu menerima ia apa adanya. Ia punya Nala dan Ayu yang selalu siap menemaninya. Juga Bastian yang berulang kali memujinya bahwa Sanja adalah manusia unik nan langka yang patut dilestarikan.

Bastian sendiri saat ini terkenal dimana-mana. Bukan terkenal karena ia adalah idola macam Lexan. Melainkan karena ia aktif di banyak ekstrakurikuler dan klab. Ia juga suka menyapa orang asal-asalan di jalan. Sekarang pria itu juga mendapat julukan baru : Angin Ribut. Pertama karena ia adalah penyihir udara, dan kedua karena ia berisik dan sering membuat keributan dimana saja ia berada. Makanya, diantara anak Candi Tellu yang lain dia yang paling jarang belajar sihir, malah fokus untuk mencapai tujuannya untuk masuk ke dalam tim sepak takraw Dolok.

Lexan telah sembuh dari Anxiety-nya. Walaupun masih sering dipanggil oleh Nyai Mina untuk memastikan bahwa ia benar-benar baik-baik saja. Lexan menghabiskan waktu belajar di rooftop candinya, tempat yang kini resmi menjadi wilayah kekuasaannya di Candi Tellu. Jika kalian tak menemukan Lexan, maka carilah ia di rooftop. Dia ada disana, entah itu berbaring, bersemedi, berlatih, atau duduk melamun disana sepanjang hari menunggu matahari terbenam.

Lexan mempelajari bagaimana cara menggunakan mantra pemuncul senjata, serta melatih dirinya bersama senjata yang ia beli di pasar seharga satu koin. Mantra Persenjataan adalah mantra yang kompleks. Itulah alasan mengapa golongan ini sempat tak diakui sebagai golongan sihir. Karena senjata dan sihir dahulu kala adalah dua kekuatan yang berbeda. Namun perlahan, para peneliti serta ilmuan sihir telah menemukan banyak mantra yang bisa menghubungkan keduanya, mereka gencar melakukan ini karena meyakini Lui sang pendiri Ranang bisa mengeluarkan mantra. Salah satunya seperti yang dipelajari Lexan : mantra pemuncul senjata. Dimana kalian memasukkan senjata dan menyimpannya di bagian lain lalu memunculkan senjata itu kembali saat dibutuhkan.

Walaupun sering menghabiskan waktu di rooftop, Lexan tetap merepotkan teman Candinya yang lain karena kado dari penggemar yang sudah menumpuk sampai berserakan di ruang tengah Candi. Hadiah-hadiah yang membuat Nala semakin ragu memberikan Pengasah Pedang yang dibelinya di Wentira.

Drio terobsesi dengan Piere Remero. Ia semakin mendalami dirinya dengan teknologi sembari mempelajari soal sihir tanah. Elemen besi menjadi penghubung diantara keduanya. Drio tertarik mempelajari sihir tanah lanjutan yang berhubungan dengan besi.

Ketujuh anak itu mengasah kemampuan mereka lebih sistematis dan terarah daripada sebelumnya saat mereka menghadapi Berong Keenam. Mereka mungkin bisa mengeluarkan kekuatan hebat saat itu, namun tak bertahan lama. Sihir bukan sesuatu yang instan seperti yang Nyai Rondo dan Encik Inem katakan. Mereka membutuhkan latihan secara alamiah untuk bisa menjadi penyihir hebat.  

Keputusan Nyai Rondo untuk mengubah kurikulum berdampak baik kepada Ketujuh Anak terpilih itu, secara tidak langsung mereka bisa berlatih mantra-mantra level tingkat tinggi tanpa perlu latihan sembunyi-sembunyi lagi. Tak ada yang perlu curiga bahwa mereka adalah anak terpilih karena semua orang mempraktikkan sihir secara langsung sekarang.

ARCHIPELAGOS 2 (Wizarding School in Nusantara)Where stories live. Discover now