BAB 10

3K 518 30
                                    

🌿🌿🌿

Hari di Archipelagos nampak bersahaja. Murid tingkatan dua belajar Sejarah Sihir lanjutan, sebagai mata pelajaran wajib sekaligus untuk meninggalkan ketertinggalan mereka . Semester lalu Pak Tarno tak banyak membawakan materi. Hanya memberikan tugas.

Engku Angga adalah pria yang karismatik. Semua mata tertuju padanya saat pria itu menumpukkan banyak kertas di meja, lalu memperkenalkan diri dengan singkat.

"Sepertinya kita semua tak perlu khawatir soal sejarah." Engku Angga melihat tumpukan kerta yang dibawanya saat masuk ke kelas. "Lihatlah ini anak-anak. Huh! Banyak rupanya yang ingin masuk ekstrakurikuler Sastra Baca."

Pandangan Engku Angga beralih ke murid-murid.

"Materi hari ini adalah kota dan desa-desa sihir di Nusantara."

"Ada empat kota sihir di Nusantara. Pertama Kota Serandjana. Pusat kementrian sihir kita. Disana juga jadi tempat pusat perdagangan dan perkumpulan pemerintahan. Kotanya penuh dengan bangunan tinggi, dengan delapan pohon besar sebagai tempat dimana kementrian bekerja. Sayangnya, kalian semua pasti tahu apa yang terjadi di kota itu kemarin. Larinya para tahanan dari penjara. Huh ...."

"Kedua ada Wentira. Dibanding Serandjana, Engku pribadi suka dengan kota ini. banyak tempat wisata, karya seni, orang-orang yang bersahaja. Kecanggihan dari bangunan-bangunan yang semuanya terbuat dari emas. Jika Kota Serandaja adalah pusat pemerintahan, kota Wentira bisa disebut sebagai kota hiburan. Portal masuk disini dengan melewati jembatan kuning, lalu tembus masuk ke kebun kopi. Omong-omong aku lahir di sana," kata Engku Angga dengan bangga. Semua orang jadi tahu kalau dia adalah Japa.

"Ketiga ada sebuah kota di pesisir danau Toba di pulau Sumatera. Bagi kalian yang bukan Japa, atau tinggal di dunia luar, kalian pasti tahu pulau Samosir. Di bawah pulau itu ada kota sihir yang indah. Menawan. Namun tak bisa dikunjungi sembarangan. Ada ikan Mas yang berjaga. Kota ini menggunakan mantra khusus yang sangat kuat untuk menyingkirkan air, mereka punya empat batu khusus yang ditaruh di empat mata angin, membentuk portal. Kedalaman danau toba yang tak terukur bisa menjadi salah satu penyebab mengapa kota ini penuh misteri. Sihir jahat tak bisa masuk kesana. Jika berani berbuat jahat, kalian akan dibawa oleh makhluk yang disebut sebagai orang Bunian.

"Keempat ada kota..."

"Tunggu." Tanra menyela. "Orang Bunian?"

"Ya, orang Bunian. Orang yang keberadaannya tersembunyi. Aku tak bisa menjelaskan ini lebih detail, karena kalian tak akan percaya. Tetapi kalau penasaran, kalian bisa mencari bukunya di perpustakaan. Bahkan para penyihir sampai sekarang tak tahu mereka apa."

Engku Angga melanjutkan. "Keempat ada kota Turangi, portal menuju kesana menggunakan mobil dari dunia luar. Kota itu benar-benar kental akan budaya. Menggunakan bangunan di era kerajaan Majapahit. Bangunan tradisional yang masih terjaga. Dikisahkan ada satu raja yang juga seorang penyihir. Namanya tak boleh disebutkan."

"Kenapa?" Ije bertanya.

Engku Angga tersenyum tipis, semanis gula yang membuat anak-anak semakin tidak fokus dengan apa yang baru saja ia katakan.

"Karena orang-orang akan memanfaatkan ini untuk sesuatu yang besar."

Murid terdiam. Mereka tak akan lupa soal pertempuran semester lalu.

"Lanjut kota kelima. Ini adalah kota rahasia. Di tengah pegunungan pulau Papua. Aku tak bisa menceritakan kota ini karena masih menjadi misteri. Jadi, kalian tak perlu bertanya apapun."

Pelajaran hari itu berakhir dengan Engku Angga yang memberikan tugas tentang sekolah sihir di seluruh dunia.

🌿

ARCHIPELAGOS 2 (Wizarding School in Nusantara)Where stories live. Discover now