BAB 27

2.5K 432 21
                                    


Nyai Rondo berjalan dengan cepat. Masih dia seperti biasanya, langkah kakinya dengan pasti menapak ke lantai dari batuan pualam berukir, dengan dinding yang berlapir-lapis. Kantor Kementrian Sihir Pusat memiliki perlindungan ekstra demi mengamankan banyak hal, lebih baik daripada Kantor Kementrian Sihir yang lain.

Salah satu perbedaan paling mencolok dari Nyai Rondo dengan Nyai Romia sebagai Kepala Sekolah adalah soal keberadaan. Keberadaan Nyai Romia selalu diketahu siapa saja karena ia membawa banyak dayang di belakangnya, sementara Nyai Rondo suka sendirian. Para Pajaga yang berjaga di sepanjang pintu terkejut ketika melihatnya berjalan tanpa ada pengawal. Mengira ia penyusup, belum lagi Serandjana dijaga ketat semenjak larinya buronan dari penjara.

Nyai Rondo punya prinsip : Tenang seperti Air, Tak Tertebak seperti udara dan berani seperti api.

Menjelang pintu terakhir di buka. Perempuan itu bertanya pada searang Pajaga di pintu.

"Mereka semua sudah datang?"

"Sisa satu Nyai," kata Pajaga sopan.

Nyai Rondo mengangguk, ia tak perlu bertanya. Pintu terbuka dan ia masuk. Melangkah sembari mendongakkan kepalanya tinggi-tinggi.

Ruangan ini unya meja berbentuk melingkar, Nyai Rondo berdiri di tengah semua orang yang menatapnya dengan sinis. Perempuan itu memandang berkeliling seraya tersenyum tipis. Memandang wajah semua orang satu persatu.

"Maaf telat."

Ia lalu mengambil posisi duduk, tak lama seorang pria muda berambut ikal dengan kulit sawo matang melangkah masuk. Juga mengambil tempatnya.

Setelah sekian lama, akhirnya para pemimpin daerah sihir tingkat satu berkumpul. Nyai Rondo yang mengumpulkan mereka atas izin Kepala Kementrian Sihir. Sejujurnya meminta izin kepada Kepala Kementrian Sihir bukan hal yang mudah. Namun Nyai Rondo memiliki sebuah rahasia yang membuat sang Kepala tak berkuti. Rahasia bahwa ia merupakan sepupu dua kali dari Engku Tarno, Berong yang membuat onar beberapa bulan lalu.

Diskusi hari ini dihadiri oleh lima pemimpin daerah sihir di Nusantara, beserta tiga pengawal tiap-tiap pemimpin mereka yang berjaga. Telah hampir dua puluh tahun berlalu dan rapat besar baru diadakan kembali. Namun kali ini tak ada penyambutan meriah. Semuanya benar-benar dilakukan secara tertutup. Alasannya karena pemberontak yang kabur dari penjara Serandjana masih berkeliaran.

Pemimpin pertama adalah pemimpin kota Serandjana. Sang tuan rumah. Ialah Sultan Mantir Jana ke-22. 

Kedua Sultan Ambaruang Angerang Kaili, pemimpin kerajaan Wentira.

Ketiga dari kerajaan sihir Dawletoo, Ompu Batuang Ni Onan.

Keempat, satu-satunya pemimpin perempuan diantara mereka, Nyai Roro Salamba, Ratu kerajaan Turangi, kerajaan sihir tertua di Nusantara yang sarat akan budaya dan tak mau ikut tergerus ke perkembangan zaman. Penampilan Salamba sangat mendeksripsikan kerajaan yang ia pimpin. Apalagi ini pertama kalinya ia menghadiri pertemuan.

Terakhir yang paling muda, Rat Sran Filindo Imanyalan. Dia baru dilantik setahun yang lalu setelah ayahnya meninggal. Itu berarti ini kali pertama ia menghadiri rapat, sama seperti Nyai Roro Salamba. Mirip dengan kota yang ia pimpin, Filindo sangat misterius. Dia memakai topeng.

"Baiklah, dengan ini diskusi tertutup dibuka..." titah Kepala Kementrian Sihir setelah memperkenalkan pemimpin satu persatu, lalu memukul gong.

Nyai Rondo berdiri tanpa banyak basa-basi. "Kalian sudah tahu apa yang baru saja terjadi. Kita telah berhasil mengalahkan Berong keenam. Secara tertutup dan kementrian mengajukan gugatan kepadaku dan hukuman atas itu. Namun aku berhasil memenangkan pengadilan. Sekarang, aku akan menuntut kalian semua atas apa yang terjadi."

ARCHIPELAGOS 2 (Wizarding School in Nusantara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang