BAB 38

2.4K 448 35
                                    


Penduduk di WRN 8 mulai berisik, saat Upia dan keenam anak terpilih meninggalkan tempat kumuh itu. Mereka bertanya-tanya apa yang baru saja dilakukan sang pria pengasah kayu itu sampai para pengawal berkerumun di depan rumahnya.

Molatu memang pendiam, ia juga tak suka bergaul dengan lingkungan di sekitarnya. Kebanyakan menghabiskan waktu di rumah setelah pulang bekerja. Tetangga mencoba menguping. Namun Molatu yang menyadarinya mengusir mereka seperti ayam.

Tak ada yang berani pada Molatu.

Keenam anak itu kembali.

Upia menyusuri koridor, membimbing anak itu ke ruangan dimana keenam anak itu semestinya berada sejak awal.

Keenam anak itu membuka pintu. Hanya terlihat ruangan kosong. Namun di dalamnya ada banyak orang dewasa.

Mata Sanja dan Nala tertuju pada dua orang yang ia kenal.Orang tua Ayu.

Dua anak itu berlari ke arah Amerta dan mendekapnya hangat.

"Kalian baik-baik saja Nak?" tanya Amerta.

Nala dan Sanja mengangguk.

Selain Amerta dan Abimanyu, ada juga orang lain yang merea kenal. Rumia Ilen. Drio langsung menghampiri nenek tua itu.

"Apa kabar kalian?" tanya Rumia Ilen.

"Baik."

"Baik, Tak ada waktu lagi," ucap Ambruang. "Buka portalnya Rumia!"

Amerta memelotot. "MEREKA SEMUA MASIH ANAK-ANAK WARINGIN! MEREKA TAK BISA MELAKUKAN INI."

Tak ada seorang pun dalam hidup seorang Waringin yang berani berbicara dengan nada tinggi kepadanya, kecuali sang ayah.

Untung saja Waringin mengerti situasi, karena ibunya pernah melakukan hal yang sama, membentak mertuanya sendiri saat tahu Waringin diculik.

"Ini adalah takdir Amerta," kata Waringin. "Kalau bisa membantu keenam anak ini, aku akan mengerahkan semua pasukan masuk ke dalam portal tanpa terkecuali untuk menyelamatkan anakmu."

"Memangnya apa yang akan terjadi kalau mereka melawan takdir?" tanya Abimanyu

"Semua orang selain mereka yang masuk ke dalam portal tak akan bisa kembali."

Maka tak ada cara lain.

Amerta seperti ibu pada umumnya. Ia menangis terisak dan pingsan dua kali saat tahu Ayu diculik oleh seorang pemberontak. Mirisnya lagi, pemberontak level 5.\

Ayu adalah anak sayu-satunya yang Amerta miliki, sehingga ia akan melakukan apapun demi bisa membawa anaknya kembali pulang dalam keadaan utuh.

Amerta juga secara tidak langsung tahu kalau Ayu telah ditakdirkan menjadi anak terpilih. Berat baginya menerima ini, namun sekarang tak ada yang bisa ia lakukan untuk melawan takdir. Paling penting sekarang adalah Ayu kembali dengan selamat. Itu lebih daripada cukup. Urusan anak terpilih bisa ia bahas belakangan.

"Baiklah..." jawab Amerta pasrah.

"Maafkan kami tante," ucap si lembut Sanja.

Amerta menggeleng. Ia menunduk. "Ini berat bagiku," gumamnya memeluk Nala dan Sanja yang menangis dalam dekapannya. "Tetapi aku tahu ini juga berat bagi kalian, Nak. Menjadi anak-anak terpilih bukan hal yang mudah. Kalian harus menghadapi situasi berat disaat kalian tak menginginkannya."

Melihat keharuan itu, membuat Rumia Ilen hampir lupa dengan tugasnya. "Kurasa kita harus melakukannya sekarang."

Waringin mengangguk, begitupun dengan Amerta dan Abimanyu.

ARCHIPELAGOS 2 (Wizarding School in Nusantara)Where stories live. Discover now