BAB 19

2.4K 493 79
                                    

🌿🌿🌿

"Tak salah lagi," kata Encik Flo khawatir. "Ini adalah mantra Berau Ginau. Mantra yang mengeluarkan tanaman Hexpakta."

"Tanaman Hexpakta?" tanya Nala, perempuan itu tak berhenti cemas sepanjang perjalanan. Sampai akhirnya mereka kembali ke penginapan.

"Itu adalah tanaman yang cukup beracun Nal," jawab Tanra. "Tanaman itu ditemukan pada abad ke empat, di hutan terpencil di pulau Kalimantan. Kemudian dikembangkan dan dijadikan mantra sihir. Tanaman itu dua belas kali lebih berbahaya daripada gigitan ular kobra. Hanya membutuhkan waktu dua belas menit saja."

"Untungnya Encik Flo ada disana," timpal Ayu.

"Tidak ada untungnya Ayu," jawab Tanra. "Para penderita yang berhasil disembuhkan akan mengalami demam tinggi serta tak sadarkan diri selama minimal 14 jam, selama itu dia akan mengalami mimpi buruk."

Tanra sejujurnya ingin marah pada Lexan. Tetapi dia memilih diam sekarang karena iba. Sementara itu Bastian tak pernah lagi tersenyum karena rasa bersalah menghampirinya. Ia menyalahkan dirinya karena tak becus menjadi Ketua Tim.

"Berterima kasihlah kepada Nenek Rumia," gumam Engku Angga. "Dia yang membuka portal ke dunia itu. Kalau tidak ada beliau, kita tak akan tahu dimana keberadaan Lexan dan Nala."

Rumia Ilen hanya bisa tersenyum.

Membuka portal membutuhkan kekuatan yang luar biasa. Itu menujukkan dengan jelas kalau Rumia bukan perempuan sembarangan. Ia dulunya bekerja di Kementerian Pertahanan dan HAM. Bukan sebagai anggota biasa, melainkan sebagai ketua. Sebelum memutuskan pensiun menikmati masa tuanya.

"Terima kasih Nek," kata Bastian mewakilkan.

Nenek Rumia tersenyum, ia menghampiri Bastian. Mengelus pundak anak itu lembut. "Pasti sulit menjadi Ketua Tim, kan?"

Bastian tersenyum tipis, entah mengapa rasa hangat menjalar di sekujur tubuhnya.

Pandangan mereka beralih ke Lexan yang terbaring lemah. 14 Jam bukan waktu yang singkat.

Nala menangis terisak, Encik Flo menenangkannya.

"Ini semua... ini semua salahku Encik," katanya tersedu-sedu. "Lexan melindungiku dan mengorbankannya nyawanya sendiri."

🌿

"Karena dua diantara kalian telah jatuh sakit, maka Nyai Rondo memutuskan untuk memulangkan kalian," kata Encik Flo dengan hembusan napas tatkala menoleh ke ketujuh anak itu.

Lexan sudah sadar, tetapi wajahnya masih pucat.

Hari itu juga ketujuh anak itu dipulangkan. Mereka tak menemukan petunjuk apapun.

"Tak masalah," kata Bastian saat mereka dalam perjalanan pulang di kapal selam. "Nyai pasti bangga dengan kita, dia tak mau kita kenapa-kenapa makanya dipulangkan."

"Cih." Tanra berdiri, ia berjalan kea rah Lexan dan...

BUGK....

Sebuah tinjuan dilayangkannya pada pria itu.

Lexan menyeka sudut bibirnya. Ia bangkit berdiri.

BUGK...

Dilayangkannya tinjuan balasan pada Tanra.

Pertengkaran terjadi diantara mereka. Kapal selam yang bernuansa dingin sepertinya memanas.

Sanja menutup mata, Ayu berteriak histeris.

Bastian dan Drio berusaha melerai, namun tak berhasil.

"Ayolah, ini cuma pertunjukan," kata Bastian, membujuk. "Ya.. ya.. hentikan."

ARCHIPELAGOS 2 (Wizarding School in Nusantara)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें