BAB 40

2.4K 447 77
                                    


Nala mencoba mengeluarkan mantra, tapi nihil. Jeruji besi itu anti mantra. Sehingga apapun yang anak itu ucapkan akan jadi sia-sia saja.

"Ambil anak itu dulu," seru Antareja yang kesal karena Nala terus memandanginya dengan sinis. "Akan kuajarkan ia bagaimana menjadi seorang pemberontak yang baik."

Markus Bambong membuka jeruinya. Kemudian Alakus masuk sembari mendesis kamudian dengan paksa menarik tangan Nala. Tak mungkin Nala hanya tinggal diam, ia mencoba melawan dengan menarik tangannya kembali, tapi tangan Alakus sangat kuat dan meskipun berlendir, lendir ini bukan lendir yang membuat tangan menjadi licin. Justru lendir itu membuat organ tubuh apapun yang mengenainya akan mati rasa.

BUGKKK...

Lexan mengetuk kepala Alakus. Manusia jadi-jadian setengah ular itu mengusap rambutnya seraya meringis. "K-kau... ah." Alakus mendorong Nala, lalu menarik tangan Lexan dengan paksa.

Nala ingin membantunya, tetapi Tanra menariknya mundur. Pria berkacamata bulat itulah yang mencoba menahan siapapun untuk maju.

"Lendir itu... akan sia-sia saja Nal," bisik Tanra yang tadinya ingin lanjut  menjelaskan soal lendir, soal jenis-jenis lendir, soal proses bagaimana lendir itu bisa membuat organ tubuh mati rasa.

Keenam anak terpilih itu hanya bisa melihat Lexan menaiki undakan. Alakus mendorongnya seperti budak.

Myu tersenyum tipis. Ia mendekat dan menyentuh dagu Lexan, kekuatan lain yang dimiliki perempuan itu selain mempertahankan wajahnya awet muda adalah menggoda pria. Walaupun tak sepenuhnya berhasil. 

"Hm... sejujurnya aku bingung. Antara kau atau Edo... kau sangat-sangat tampan dan—tinggi. Kau tahu maksudku, kan?"

Lexan mengerling tajam.

"Uh... tatapan itu. Kalau kau menatapku seperti itu terus, aku bisa membuatmu jatuh cinta. Jiwa ragaku gratis untukmu anak tampan. Kau tahu, sudah ada ribuan pria diluar sana yang mencoba melamarku menjadi kekasihnya, setengah diantaranya mati kubunuh, seperempatnya—kami berhubungan dan kubunuh juga. Lalu seperempat yang lain kubiarkan bebas untuk membantu menyebarkan gosip tentangku. Myu—perempuan menawan awet muda sang pemikat pria. Kau pasti pernah mendengar kisah itu, kan?"

"Aku tak peduli."

Myu semakin mendekat, di bawah kakinya tiba-tiba tumbuh tanaman yang membuat wajahnya bisa bersanding dengan wajah Lexan tanpa harus mendongak.

Jari telunjuk perempuan itu menyentuh bibir Lexan dengan lembut. Tetapi Lexan memalingkan wajahnya, pria itu sangat ingin melawan. Hanya saja tangan Alakus yang berlendir mencengkram erat tangannya membuatnya tak berdaya.

Nala yang menyaksikan itu geram. Begitu juga dengan yang lain.

"Myu," gumam Antareja. "Aku tahu kau suka pria tampan. Tetapi tolong bawa kemari, aku juga ingin bermain dengannya."

Maka dengan kesal Myu melepaskan Lexan. Alakus mendorong pria itu, membuatnya tersungkur di tanah.

Ujung kaki Antareja mengangkat dagu Lexan yang menatap dengan sinis.

"Wah... benar Myu dia sangat tampan dari dekat," kata Antareja pada Myu sebelum pandangannya beralih ke Lexan kembali. "Kau memang rupawan dan bisa menghipnotis siapapun dengan wajah ini. Benci kukatakan kalau bahkan di dunia penyihir pun, tampang selalu menjadi perhatian. Tetapi itu tidak berarti bagi orang-orang berwajah monster sepertiku."

Hanya dengan sebuah kaki, itu sudah cukup mampu membuat Lexan bangkit berdiri.

PLAK!

Pria itu menerima tamparan.

ARCHIPELAGOS 2 (Wizarding School in Nusantara)Where stories live. Discover now