BAB 35

2.3K 411 45
                                    


Nala menggantikan Drio mengontrol pergerakan kapal di belakang kapal. Dia memastikan diesel listrik yang mengandalkan generator untuk menggerakkan baling-baling. Memastikan mesin diesel bertugas untuk mengisi penuh baterai pada generator listrik.

Sejujurnya tugasnya simpel saja, hanya mengawasi, karena bukan hal yang lucu jika kapal selam berhenti bergerak. Ini bukan kendaraan di darat, mereka tak bisa keluar semena-mena menghirup udara segar.

Nala diam dan duduk, ia membuka tas rajutnya. Memperhatikan dua kotak di dalamnya.

Satu adalah hadiah pemberian orang lain untuknya, sementara yang satunya lagi adalah hadiah yang ingin ia berikan pada orang lain.

Hadiah yang Nala terima dari Encik Juria yang dititipkan kepada Nyai Mina belum Nala buka. Entah mengapa hati Nala merasa ragu dan bersalah telah menerima hadiah dari orang yang ia curigai menjadi penyebab semua kekacauan yang terjadi di pertempuran lalu. Dugaan Nala yang salah membuat Nala menjadi lebih berbati-hati.

Nala menarik napas dalam. Ia menyentuh keempat sisi dari hadiah itu. Sebuah kotak persegi panjang yang indah sekali.

Baru saja Nala hendak membukanya, tiba-tiba terdengar suara besi berjatuhan dari ruangan sebelah. Tempat penyimpangan senjata dan perlengkapan kapal selam lainnya.

Saat Nala mengintip karena penasaran, ia melihat Lexan menunduk memunguti semua besi-besi yang berjatuhan.

"Cari apa?" tanya Nala seraya membantu.

Lexan tersenyum. "Ah, cari pengasah pedang. Pedangku beberapa hari ini kena air, mulai berkarat."

Nala menyadari sesuatu. "Tunggu..."

Ia pergi ke ruangan sebelah, mengambil sebuah kotak persegi dan kembali beberapa detik kemudian. "Ambillah ini."

Lexan mengambilnya.

"Itu hadiah untukmu Lex."

"Terima kasih." Lalu pria itu pergi begitu saja.

Respon yang sudah Nala duga. Selama berhari-hari ia memendam hasrat untuk memberikan itu, dan momen yang terjadi kurang dari semenit. Tetapi ia bersyukur akan dua hal : Lexan mengambilnya dan pria itu mengucapkan terima kasih.

Apa pula yang Nala harapkan lebih dari sesosok Lexan. Pria dingin dengan senyum tipis tanpa ekspresi.

"Lunas."

Nala menghela napas lega, tujuannya sudah tercapai.

Mungkin segenap orang menganggap Nala menyukai Lexan, mungkin nampaknya begitu. Tetapi jauh di dalam lubuk hati Nala, ia hanya ingin membalas hadiah yang Lexan berikan tahun ajaran yang lalu. Nala selalu begitu, kalau kau baik, ia akan baik. Kalau kau memberikannya sesuatu ia akan membalasnya dengan cara yang sama. Tetapi kalau kau jahat, ia akan jadi lebih jahat lagi.

Sementara itu Lexan menemukan Tanra di perpustakaan kapal. Masih membaca buku.

Tanra juga terlihat mencari sesuatu.

"Ada yang bisa kubantu?" tanya Lexan.

"Kacamataku," jawab Tanra sembari meraba-raba lantai besi.

Buku-buku bertumpuk nampak di bawah lantai. Juga buku-buku di meja. Rak buku hampir setengahnya kosong karena berpindah tempat. Salah satu kelebihan Tanra : membaca cepat.

Lexan menepuk jidat ketika melihat benda yang dicari Tanra berada tepat dihadapannya. Ia mengambilnya dan memasangkannya langsung ke wajah Tanra, seraya bergumam. "Kadangkala kita tak bisa melihat sesuatu yang dekat, karena berpikir terlalu jauh."

ARCHIPELAGOS 2 (Wizarding School in Nusantara)Where stories live. Discover now