BAB 24

2.5K 433 12
                                    


"Jalan buntu, akhirnya," kata Dora dengan antusias.

Mereka mengelabui Kraken, mereka melewati ekornya dan melewati sisi kanan badan hewan itu.

"Kau ingin melihat wajahnya lebih jelas?"

Drio menenggak ludah, mengangguk.

Kapal Selam bergerak naik, bergerak memutar. Dora sangat mudah mengendalikan kapal selam.

Kapal selam hanya berjarak lima meter dari mata Kraken.

Drio menenggak ludah. Mata Kraken berwarna merah tua dengan ukuran sebesar kapal selam mereka.

"Dora, kalau dia menganga, habislah kita."

"Hahaha... Apakah kau memintaku untuk menyusuri saluran pencernaan hewan ini Drio?"

Drio mengernyit. "Apa kau gila? Tidak. Tentu saja tidak. Sekarang, aku tahu kenapa orang-orang bilang kau lebih cocok menjadi murid Agni daripada Fangin, Dora. Ini, kau... Kau benar nekat."

Sejujurnya Dora tak seberani itu. Dia hanya tahu banyak soal Kraken, kalau hewan itu buta dengan warna hitam. Hanya ada tiga warna yang bisa ia lihat. Kuning, merah dan biru. Ikan-ikan berwarna demikian akan jadi santapannya.

"Maaf tak mengatakannya sejak awal. Tetapi aku memang menjebakmu disana agar aku punya teman untuk melihat Kraken. Sejujurnya hewan itu bukan hewan langka Drio. Dia sering dijumpai, hanya saja di waktu tertentu dan dalam jangka waktu yang lama. Hanya satu waktu yang pasti, yaitu malam ini. Seorang perempuan tua di kotaku yang bekerja menjadi penjual hewan laut memberitahuku soal ini. Bagaimana? menyenangkan bukan memenuhi rasa penasaran kita dengan melampaui batasan dalam diri kita sendiri."

Drio mengangguk dengan kesal. "Melampaui batasan? Kita akan dihukum kalau ada yang tahu. Ah sudahlah, sekarang pukul empat, kau tak boleh lupa kita ada latihan sihir jam tujuh di balai."

"Tentu ingat."

"Satu lagi, kau bilang tak suka teknologi. Tetapi kau menguasai dan menikmati kapal selam dengan riang gembira. Aneh sekali."

Drio meninggalkan perempuan itu. Masuk ke dalam rumahnya dan menggunakan waktu yang tersisa untuk tidur.

Sementara Dora tersenyum. Ia mengeluarkan daftar list dari sakunya. Mencoret sebuah kalimat disana : Bertemu dengan Kraken.

*

Careline kehilangan berlian hitamnya di kamar jadi pembahasan yang panas hari ini di kelas Sejarah Sihir Lanjutan.

"Aku tahu dia yang mengambilnya," celetuk Careline ketus. "Dia sudah mencurigakan sejak awal."

Suara pukulan meja terdengar keras. "Kau menuduhku?" Angela menatap Careline sinis.

Suasana panas menjalar. Semua orang melihat dengan antusias dari tempatnya masing-masing. Sementara itu , Kezia, Romi dan Luna teman secandi mereka mencoba melerai.

"Kau menuduhku?" celetuk Angela. Tangannya menunjuk dengan wajah memerah seperti tomat, napasnya tak beraturan, tangannya mengepal, rasa ingin menampar Careline tak terbendung lagi.

"Tentu saja. Diantara semua teman candi kita, cuma kau yang tinggal di candi Angela. Kau bilang tak mau ikut klub, oh ternyata kau diam-diam masuk ke kamarku dan mencuri."

"Tak ada bukti perempuan laknat. Kau hanya menduga."

"Bukan menduga, kemarin sebelum berangkat, berlian itu masih ada. Tetapi kenapa tiba-tiba hilang saat kau pulang. Kau tahu, kalung itu di beli ibuku di toko perhiasan unik sihir di Afrika. Edisi terbatas. Seorang Paranga sepertimu pasti sangat menginginkannya.

ARCHIPELAGOS 2 (Wizarding School in Nusantara)Where stories live. Discover now